Suara.com - Sembilan warga sipil termasuk empat anak-anak tewas dalam serangan rudal Amerika Serikat pada pangkalan udara Suriah di dekat Kota Homs pada Jumat (7/4/2017), menurut kantor berita pemerintah Suriah.
Kantor Berita Suriah SANA, Sabtu (8/4), melaporkan warga sipil itu tewas di desa-desa dekat pangkalan udara. Selain itu, sedikitnya tujuh orang terluka dan rumah di daerah itu rusak parah dihantam 59 rudal Tomahawk AS.
Warga setempat menerangkan dua rudal AS menghantam pangkalan udara militer Suriah Al-Shairat. Tapi, rudal itu juga sekaligus membunuh lima warga, termasuk tiga bocah dan menghancurkan rumah penduduk.
Sementara rudal AS lainnya menghantam perkampungan Al-Hamrat, sehingga membunuh empat warga termasuk seorang bocah.
“Selain itu, tujuh warga di perkampungan al-Manzoul, 4 kilometer dari pangkalan udara Al-Shairat luka parah karena rudal AS,” demikian laporan SANA.
Putin Kecam Agresi AS
Presiden Rusia Vladimir Putin mengecam serangan Amerika Serikat ke pangkalan militer Suriah Jumat (7/4) pagi. Putin klaim hal tersebut merupakan agresi terhadap sebuah negara berdaulat.
"Presiden Putin menyebut serangan Amerika ke Suriah merupakan agresi terhadap sebuah negara berdaulat dan melanggar norma internasional," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov.
Baca Juga: Sambangi Petani Kendeng Penolak Pabrik Semen, Sutiyoso Dikecam
Untuk diketahui, sebanyak 60 rudal Tomahawk diluncurkan dari kapal perang negeri Paman Sam yang ada di perairan Laut Tengah.
Puluhan rudal mematikan tersebut, seperti dilansir AFP, ditujukan ke satu pangkalan udara milik tentara Suriah.
Ini adalah kali pertama serangan militer AS yang ditujukan kepada pemerintah Suriah, dan menjadi keputusan perang pertama Presiden Donald Trump.
Pejabat pemerintahan AS di Washington DC mengungkapkan, 60 rudal itu ditembakkan sebagai aksi balasan atas serangan gas beracun ke warga sipil di Idlib.
Trump dan militer sekutu yang dipimpin AS secara sepihak menuding serangan memakai senjata kimia itu didalangi pemerintah Suriah.
Sementara berdasarkan analisis faktual militer Suriah dan Rusia yang menjadi sekutu Presiden Bashar Al Assad, senjata kimia itu bukan dijatuhkan oleh pesawat-pesawat tempur pemerintah.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
Terkini
-
Gak Perlu Mahal, Megawati Usul Pemda Gunakan Kentongan untuk Alarm Bencana
-
5 Ton Pakaian Bakal Disalurkan untuk Korban Banjir dan Longsor Aceh-Sumatra
-
Kebun Sawit di Papua: Janji Swasembada Energi Prabowo yang Penuh Risiko?
-
Bukan Alat Kampanye, Megawati Minta Dapur Umum PDIP untuk Semua Korban: Ini Urusan Kemanusiaan
-
Tak Mau Hanya Beri Uang Tunai, Megawati Instruksikan Bantuan 'In Natura' untuk Korban Bencana
-
Jaksa Bongkar Akal Bulus Proyek Chromebook, Manipulasi E-Katalog Rugikan Negara Rp9,2 Miliar
-
Mobil Ringsek, Ini 7 Fakta Kecelakaan KA Bandara Tabrak Minibus di Perlintasan Sebidang Kalideres
-
Giliran Rumah Kajari Kabupaten Bekasi Disegel KPK
-
Seskab Teddy Jawab Tudingan Lamban: Perintah Prabowo Turun di Hari Pertama Banjir Sumatra
-
7 Fakta Warga Aceh Kibarkan Bendera Putih yang Bikin Mendagri Minta Maaf