Suara.com - Gedung putih di masa pemerintahan Donald Trump telah digucang berbagai isu. Mulai dari tuduhan Trump yang secara pribadi mencoba membatalkan penyelidikan FBI dan miliyarder itu juga mengungkapkan informasi yang sangat rahasia ke pejabat tinggi Rusia.
Pemerintahan yang baru seumur "jagung" itu, beberapa kali menghadapi pukulan, yang ujung-ujungnya memicu kemarahan dari partai Demokrat.
Donald memiliki alasan sendiri untuk masalah ini, mulai dari dia membocorkan informasi rahasia kepada Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov dalam sebuah pertemuan di Oval Office atau dia menekan direktur FBI James Comey untuk membatalkan penyelidikan terhadap mantan penasihat keamanan Michael Flynn.
Namun, kedua isu besar itu dibantah Gedung Putih. Dan ketika pihak Gedung Putih direpotkan dengan menjelaska keputusan Trump memberi tahu Lavrov tentang ancaman bom ISIS yang laporannya dipungut oleh intelijen Israel, New York Times menjatuhkan bom lagi.
Surat kabar tersebut melaporkan bahwa ketika Comey bertemu Trump sehari setelah Flynn mengundurkan diri, menurut catatan kontemporer Comey, presiden mencoba menghentikan penyelidikan FBI.
"Kuharap kau bisa melihat jalanmu yang jelas untuk membiarkan ini pergi, membiarkan Flynn pergi. Dia orang baik, saya harap Anda bisa membiarkan ini terjadi," ucap Trump kepada Comey.
Gedung Putih dengan cepat menolak saran Trump yang mencoba menghalangi proses pengadilan, terkait dengan hubungannya dengan Comey, yang dipecatnya pekan lalu.
"Sementara presiden telah berulang kali menyatakan pandangannya bahwa Jenderal Flynn adalah orang baik yang melayani dan melindungi negara kita, presiden tersebut tidak pernah meminta kepada Comey atau orang lain untuk mengakhiri penyelidikan apapun," kata seorang pejabat AS tanpa menyebut nama.
"Presiden sangat menghormati agen penegak hukum kami, dan semua penyelidikan. Ini bukan penggambaran percakapan Presiden dan Comey yang sebenarnya atau akurat," tegasnya lagi.
Baca Juga: Kecam Donald Trump, Michelle Obama Dapat Tepuk Tangan Meriah
Trump menghabiskan sebagian besar waktunya untuk membantah tuduhan terpisah, termasuk dia mengungkapkan informasi sensitif kepada Lavrov dan duta besar Moskow ke Washington, dengan alasan bahwa dia bertindak sesuai undang-undang.
Namun presiden tersebut bercuit di Twitter menegaskan bahwa dia memiliki "hak mutlak" untuk berbagi fakta-fakta yang berkaitan dengan ... terorisme dan keselamatan penerbangan dengan Rusia.
Kedua tuduhan tersebut memicu seruan jaksa khusus untuk menyelidiki hubungan Trump dengan Rusia dan bahkan mengajukan pertanyaan apakah dia dapat menghadapi proses pemakzulan.
"Negara ini sedang diuji dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya, saya katakan kepada semua rekan saya di Senat, sejarah sedang ditonton," kata Senator Senat Demokrat Chuck Schumer.
Orang nomor dua partai di Senat, Dick Durbin, mengatakan bahwa jika dipikirkan sangat menakjubkan jika seorang presiden Amerika Serikat akan mempertimbangkan untuk menghubungi Kepala Biro Investigasi Federal dan memintanya untuk menghentikan penyelidikan terhadap siapa pun.
"Ini adalah salah satu tuduhan paling serius yang bisa Anda lakukan terhadap seorang pemimpin - bahwa mereka berusaha menunda atau menghalangi administrasi peradilan," kata Durbin. [AFP]
Berita Terkait
-
Vladimir Putin Peringatkan AS: Jangan Intimidasi Korea Utara!
-
Kecam Donald Trump, Michelle Obama Dapat Tepuk Tangan Meriah
-
Trump Desak Korut Kena Sanksi Internasional, Rusia Bela Jong Un
-
Korut Lepaskan Misil Lagi, Trump Desak Sanksi Internasional
-
Bahas Krisis Nuklir Korut, Trump Telepon Presiden Baru Korsel
Terpopuler
- Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
- 6 HP Snapdragon dengan RAM 8 GB Paling Murah, Lancar untuk Gaming dan Multitasking Intens
- 8 Mobil Kecil Bekas Terkenal Irit BBM dan Nyaman, Terbaik buat Harian
- 7 Rekomendasi Parfum Lokal Aroma Citrus yang Segar, Tahan Lama dan Anti Bau Keringat
- 5 Rekomendasi Moisturizer Korea untuk Mencerahkan Wajah, Bisa Bantu Atasi Flek Hitam
Pilihan
-
Breaking News! Bahrain Batalkan Uji Coba Hadapi Timnas Indonesia U-22
-
James Riady Tegaskan Tanah Jusuf Kalla Bukan Milik Lippo, Tapi..
-
6 Tablet Memori 128 GB Paling Murah, Pilihan Terbaik Pelajar dan Pekerja Multitasking
-
Heboh Merger GrabGoTo, Begini Tanggapan Resmi Danantara dan Pemerintah!
-
Toyota Investasi Bioetanol Rp 2,5 T di Lampung, Bahlil: Semakin Banyak, Semakin Bagus!
Terkini
-
Drama 6 Jam KPK di Ponorogo: Tiga Koper Misterius Diangkut dari Ruang Kerja Bupati Sugiri Sancoko
-
Bukan Terorisme Jaringan, Bom SMAN 72 Ternyata Aksi 'Memetic Violence' Terinspirasi Dunia Maya
-
Revolusi Digital Korlantas: Urus SIM, STNK, BPKB Kini Full Online dan Transparan, Pungli Lenyap
-
Babak Baru Horor Nuklir Cikande: 40 Saksi Diperiksa, Jejak DNA Diburu di Lapak Barang Bekas
-
Dua Menko Ikut ke Sydney, Apa Saja Agenda Lawatan Prabowo di Australia?
-
Tak Hanya Game! Politisi PKB Desak Pemerintah Batasi Medsos Anak Usai Insiden Ledakan SMA 72 Jakarta
-
Komnas HAM: Gelar Pahlawan Soeharto Cederai Sejarah Pelanggaran HAM Berat dan Semangat Reformasi
-
Ikut Terluka hingga Tulis Pesan 'DIE', Pelaku Bom SMAN 72 Jakarta Sengaja Ledakkan Kepala Sendiri?
-
Tak Hanya Warga Lokal: Terbongkar, 'Gunung' Sampah di Bawah Tol Wiyoto Berasal dari Wilayah Lain
-
5 Fakta Ngeri Istri Pegawai Pajak Diculik-Dibunuh: Pelaku Orang Dekat, Jasad Dibuang ke Septic Tank