Suara.com - Partai Persatuan Pembangunan (PPP) prihatin terhadap adanya sekelompok kecil masyarakat Indonesia yang berpotensi ingin mengubah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) menjadi negara khilafah.
"Dari hasil survei, ada sekitar tujuh persen WNI yang berpotensi ingin mengubah NKRI menjadi negara khilafah. Meskipun jumlahnya kecil, tapi kalau dibiarkan akan menjadi besar," kata Ketua Umum PPP, Muhammad Romahurmuziy, di sela acara buka puasa bersama di Kompleks Rumah Jabatan Anggota DPR RI di Jakarta, Kamis (8/6/2017).
Menurut Romy, panggilan akrab Romahurmuziy, menyikapi isu tersebut, DPP PPP mengundang mantan Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), KH Asy'ad Ali, untuk menyampaikan kuliah Ramadan dengan topik seputar penyebab dan perkembangan kelompok terorisme di dunia internasional maupun di Indonesia.
Asy'ad Ali dalam ceramahnya, Romy menyebutkan, bahwa dari hasil survei ada sekitar tujuh persen WNI yang setuju ingin melakukan perubahan bentuk negara Indonesia dari NKRI ke khilafah.
"Potensi ini harus segera diantisipasi agar tidak makin membesar," katanya.
Menurut Romy, tugas PPP sebagai partai politik berbasis Islam, menjadi kanal guna mengantisipasi kecenderungan warga yang ingin mengubah ideologi.
WNI yang berpandangan ingin mengubah NKRI, kata dia, hanya sebagian kecil, tapi pandangan tersebut harus diluruskan lagi, dan meluruskannya dengan pendekatan persuasif, tidak bisa dengan kekerasan.
"Umat Islam, kelebihanya berperilaku lemah-lembut, sehingga dapat bersikap persuasif. Karena itu, agama Islam terus berkembang," katanya.
Romy menambahkan, dari tujuh persen WNI yang setuju ingin perubahan NKRI, sekitar 1,5 persen di antaranya setujui perubahan NKRI dengan cara kekerasan.
"Kelompok ini, meskipun jumlahnya sangat kecil, tapi harus segera diantisipasi, karena kalau dibiarkan akan menjadi besar," katanya. (Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Apa Jabatan Nono Anwar Makarim? Ayah Nadiem Makarim yang Dikenal Anti Korupsi
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
Pilihan
-
Studi Banding Hemat Ala Konten Kreator: Wawancara DPR Jepang Bongkar Budaya Mundur Pejabat
-
Jurus Baru Menkeu Purbaya: Pindahkan Rp200 Triliun dari BI ke Bank, 'Paksa' Perbankan Genjot Kredit!
-
Sore: Istri dari Masa Depan Jadi Film Indonesia ke-27 yang Dikirim ke Oscar, Masuk Nominasi Gak Ya?
-
CELIOS Minta MUI Fatwakan Gaji Menteri Rangkap Jabatan: Halal, Haram, atau Syubhat?
-
Hipdut, Genre Baru yang Bikin Gen Z Ketagihan Dangdut
Terkini
-
IPA Pesanggarahan Resmi Beroperasi, Sambungkan Layanan Air Bersih ke 45 Ribu Pelanggan Baru
-
17+8 Tuntutan Rakyat Jadi Sorotan ISI : Kekecewaaan Masyarakat Memuncak!
-
BNPB Ungkap Dampak Banjir Bali: 9 Meninggal, 2 Hilang, Ratusan Mengungsi
-
Usai Dicopot Prabowo, Benarkah Sri Mulyani Adalah Menteri Keuangan Terlama?
-
Inikah Ucapan yang Bikin Keponakan Prabowo, Rahayu Saraswati Mundur dari Senayan?
-
Suciwati: Penangkapan Delpedro Bagian dari Pengalihan Isu dan Bukti Rezim Takut Kritik
-
Viral Pagar Beton di Cilincing Halangi Nelayan, Pemprov DKI: Itu Izin Pemerintah Pusat
-
Temuan Baru: Brimob Dalam Rantis Sengaja Lindas Affan Kurniawan
-
PAN Tolak PAM Jaya Jadi Perseroda: Khawatir IPO dan Komersialisasi Air Bersih
-
CEK FAKTA: Isu Pemerkosaan Mahasiswi Beralmamater Biru di Kwitang