Suara.com - Kepala Badan Narkotika Nasioanal, Budi Waseso menyatakan jaringan gembong nakoba mendapat fasilitas istimewa di dalam lembaga pemasyarakatan (Lapas). Sebab itu, jaringan tersebut dapat melakukan transaksi meski mereka ditahan.
"Lapas mengatakan penuh, atau over capacity 300 hingga 600 persen, tapi nyatanya ada yang dapat ruangan tersendiri," kata Budi di Kantor BNN, Jalan MT. Haryono, Cawang, Jakarta Timur, Kamis (15/6/2017).
Fasilitas yang dimiliki jaringan itu, lanjut Budi, sangat mewah karena tersedia fasilitas seperti TV, dapur, uang makan, kantor bahkan punya staf di dalam Lapas.
Budi tidak mau menerangkan Lapas mana yang ia maksud menyediakan fasilitas semewah itu bagi bandar narkoba. Namun Budi menjelaskan, itu terungkap di saat BNN berhasil menangkap satu orang tersangka yang merupakan jaringan dari dalam Lapas.
"Jaringan Lapas itu sebenarnya sedang kita sidik masalah TPPUnya, ternyata betul hasil monitoring kita, dia bekerja, dia sedang melakukan kegiatan," ujar Budi.
Budi menjelaskan, untuk mengunkap kasus tersebut, BNN menggunakan operasi intelijen sehingga didapat bukti berupa foto dan dokumentasi lainnya terkait kegiatan mereka di dalam Lapas.
"Hasil penelusuran TPPU oleh PPATK, kita bisa membuktikan itu aliran dana yang dilakukan oleh jaringan ini, yaitu salah satunya warga negara Inggris. Dia lari ke mana-mana, tapi dia mengendalikan uang dari hasil penjualan narkotika di Indonesia," tutur Budi.
Budi mengatakan, 50 persen praktek peredaran narkoba di Indonesia, itu dikendalikan dari dalam Lapas.
"Buktinya 70 persen tahanan Lapas itu kasus narkoba. Dan 30 persen itu diwakili oleh korupsi, teroris dan kriminal biasa," kata Budi.
Baca Juga: BNN Musnahkan 28 Kg Sabu dan 167 Ekstasi
Berita Terkait
Terpopuler
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Cara Edit Foto Pernikahan Pakai Gemini AI agar Terlihat Natural, Lengkap dengan Prompt
- Anak Jusuf Hamka Diperiksa Kejagung Terkait Dugaan Korupsi Tol, Ada Apa dengan Proyek Cawang-Pluit?
- Dedi Mulyadi 'Sentil' Tata Kota Karawang: Interchange Kumuh Jadi Sorotan
- Ditunjuk Jadi Ahli, Roy Suryo Siapkan Data Akun Fufufafa Dukung Pemakzulan Gibran
Pilihan
-
Belajar dari Cinta Kuya: 5 Cara Atasi Anxiety Attack Saat Dunia Terasa Runtuh
-
Kritik Menkeu Purbaya: Bank Untung Gede Dengan Kasih Kredit di Tempat yang Aman
-
PSSI Diam-diam Kirim Tim ke Arab Saudi: Cegah Trik Licik Jelang Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026
-
Pemain Eropa Telat Gabung, Persiapan Timnas Indonesia Terancam Kacau Jelang Hadapi Arab Saudi
-
STY Sudah Peringati Kluivert, Timnas Indonesia Bisa 'Dihukum' Arab Saudi karena Ini
Terkini
-
Manuver Comeback dari Daerah: PPP Solok 'Sodorkan' Epyardi Asda untuk Kursi Ketua Umum
-
Mengapa Penculik Kacab Bank BUMN Tak Dijerat Pasal Pembunuhan Berencana? Ini Logika Hukum Polisi
-
PT Gag Nikel di Raja Ampat Kembali Beroperasi, Komisi XII DPR: Tutup Sebelum Cemari Geopark Dunia!
-
KPK Dinilai 'Main Satu Arah', Tim Hukum Rudy Tanoe Tuntut Pembatalan Status Tersangka
-
Mendagri Sambut Kunjungan CIO Danantara, Bahas Pendidikan dan Pengelolaan Sampah Berkelanjutan
-
Nasib 7 Pekerja Freeport Tertimbun Longsor: Titik Terang Belum Juga Muncul, Komunikasi Terputus!
-
Kronologi Sadis Penculikan Kacab Bank BUMN: Kopda FH Sempat Ancam Lepas Korban Gegara Hal Ini!
-
Setelah Bikin Blunder, KPU Minta Maaf karena Aturan Rahasia Ijazah Capres
-
Uang Pengembalian Khalid Basalamah Berubah Jadi Sitaan Korupsi Kuota Haji? KPK: Nanti Kami Jelaskan
-
Gen Z Pemilik Second Account Ketar-ketir! Komdigi Kaji Usulan 1 Orang 1 Akun Medsos