Suara.com - Sejarah pernah mencatat Bung Hatta sebagai ekonom generasi awal Indonesia, yang bahkan hingga tutup usia tak pernah mampu mewujudkan impiannya untuk memiliki sepatu merek Bally.
Namun, sang proklamator itu bertenang saat menutup mata ketika telah mempu mendefinisikan konstitusi ekonomi Indonesia sebagai bangun ekonomi kerakyatan, yang berasaskan kekeluargaan dalam wadah bernama koperasi.
Seiring waktu berjalan, bahkan hingga tujuh dasawarsa berlalu sejak ia berdiri di belakang Bung Karno untuk memproklamasikan kemerdekaan, koperasi yang diimpikannya mampu mengubah keadaan rakyat menjadi lebih baik nyatanya masih jauh panggang dari api. Tak juga ketika koperasi genap menginjak usia ke-70 pada Rabu (12/7/2017) hari ini.
Bung Hatta memang tak pernah salah meletakkan pondasi koperasi sebagai bangun ekonomi yang dianggap paling sesuai untuk bangsa Indonesia. Tapi, para penerus belum juga mampu menerjemahkan cita-citanya.
Mimpi Bung Hatta ibarat utopia yang berada di alam imajinasi,yakni ketika koperasi telah benar-benar mampu mengangkat derajat perekonomian bangsa. Bahkan, para pengambil keputusan untuk beberapa rezim di Tanah Air kerap kali tampak tidak yakin bahwa koperasi mampu mengambil peran sebagaimana yang diharapkan Bung Hatta.
Mereka mestinya melihat betapa koperasi telah demikian menguasai sektor pertanian hingga menggurita di Jepang. Sementara di Eropa, betapa koperasi menjadi panutan bagi pelaku ekonomi yang lain.
Bahkan di Amerika Serikat, di mana liberalisme ekonomi berkembang, koperasi justru mampu melebarkan sayapnya bersaing dengan pelaku ekonomi yang lain dalam "level of playing field" yang setara.
Pengamat koperasi Suroto mengatakan, koperasi di Indonesia hanya perlu keberpihakan agar bisa menjadi instrumen yang paling efektif untuk memeratakan pendapatan dan kekayaan.
"Indonesia menghadapi masalah kesenjangan struktural yang akut, koperasi merupakan instrumen yang tepat untuk menyelesaikan masalah ini," ujar Ketua Umum Asosiasi Kader Sosio Ekonomi Strategis (Akses) itu, seperti dilansir Antara.
Baca Juga: Wapres Setuju Voting untuk Putuskan RUU Pemilu
Namun, faktanya, belum ada keberpihakan yang nyata dari pembuat kebijakan jelas membuat ketimpangan pengembangan koperasi terus berlanjut.
Akibatnya menjadi nyata, ketika indeks rasio gini di Indonesia masih bertengger di angka 0,40 persen dengan tingkat akumulasi kekayaan pada segelintir elite yang masih sangat besar.
"Padahal kemiskinan dan pengangguran dengan sendirinya juga akan menurun kalau kita dapat mengefektifkan koperasi," ucap Suroto.
Sayangnya, koperasi yang dalam istilah ekonomi berkonsep "economic patron refund"—transaksi yang terjadi justru mengembalikan nilai tambah kepada pelakunya—malah tidak mendapatkan tempat untuk berkembang laksana pelaku usaha lain di Indonesia.
Maka, pada usianya kini yang tepat menginjak 70 tahun, koperasi layaknya kendaraan tua yang terbatuk-batuk di tengah derasnya arus kapitalisme yang semakin menggurita di Tanah Air.
Ia tak lagi bisa sambat, tak lagi bisa mengeluhkan, atau bahkan meneriakkan aspirasinya agar diberi tempat untuk berteduh dari serangan perkembangan ekonomi yang diserahkan sepenuhnya pada pasar.
Berita Terkait
-
Memprihatinkan, Puluhan Koperasi di Mataram Dibubarkan
-
Presiden Jokowi Dijadwalkan Buka Hari Koperasi Nasional ke-70
-
Temui Jokowi, Dekopin Minta TPI Diserahkan ke Koperasi Nelayan
-
OPSI Minta Kasus PHK Mitra PT HM Sampoerna Ditangani Dengan Bijak
-
Tingkatkan Ekonomi, Digagas Koperasi Batik di Polowijen
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Prabowo Kirim Surat ke Eks Menteri Termasuk Sri Mulyani, Ini Isinya...
Pilihan
-
Wakil Erick Thohir Disebut jadi Kandidat Kuat Menteri BUMN
-
Kursi Menteri BUMN Kosong, Siapa Pengganti Erick Thohir?
-
Otak Pembunuhan Kacab Bank, Siapa Ken si Wiraswasta Bertato?
-
DPR 'Sentil' Menkeu Purbaya, Sebut Kebijakan Rp200 Triliun Cuma Jadi Beban Bank & Rugikan Rakyat!
-
Ivan Gunawan Blak-blakan: Dijauhi Teman Pesta Usai Hijrah dan Risih Dipanggil 'Haji'
Terkini
-
Dua Karyawan PT WKM Diduga jadi Korban Kriminalisasi, Aktivis Malut Tuntut PT Position Angkat Kaki!
-
Profil dan Rekam Jejak Afriansyah Noor: Kembali Jadi Wamenaker, Pengganti Immanuel Ebenezer
-
Siapa Sarah Sadiqa? Mengenal Srikandi Baru Pilihan Prabowo Jadi Kepala LKPP
-
Beda Jauh dari Mahfud, Kenapa KPU Tak Cantumkan Pendidikan Terakhir Gibran?
-
Kursi Menteri BUMN Kini Kosong, Erick Thohir: Nanti Ada...
-
Dilantik Jadi Kepala Badan Komunikasi Pemerintah, Harta Angga Raka Prabowo Tembus Rp 33 Miliar
-
Djamari Chaniago dan Ahmad Dofiri Dianugerahi Pangkat Jenderal Kehormatan oleh Prabowo
-
Sudah 7 Hari Mogok Makan di Rutan, Aktivis Syahdan Husein: Sampai Semua Tahanan Politik Dibebaskan!
-
Erick Thohir Jadi Menpora, Siapa Menteri BUMN Sekarang?
-
Jadi Menko Polkam, Intip Kekayaan Djamari Chaniago: Punya Kapal Laut Hingga Harley Davidson