Suara.com - Setidaknya 547 orang bocah lelaki di sebuah kelompok paduan suara Gereja Katolik di Jerman pernah menjadi korban pelecehan seksual dan kekerasan fisik lainnya, demikian diwartakan kantor berita AFP mengutip hasil penyelidikan yang dirilis pada Selasa (18/7/2017).
Pelecehan terhadap anggota Regensburger Domspatzen, kelompok paduan suara pada sebuah gereja katedral berusia 1000 tahun di Regensburg, sebuah kota di selatan negara bagian Bavaria, mulai diusut pada 2010 silam.
Investigator yang ditunjuk oleh Keuskupan Regensburg untuk menyelidiki skandal itu mengatakan bahwa dari hasil penyelidikan - yang memeriksa kasus-kasus pelecehan dan kekerasan di kelompok paduan suara itu dari tahun 1945 hingga awal dekade 1990an - ditemukan setidaknya 67 kasus pemerkosaan dan 500 kasus kekerasan fisik.
Beberapa korban bahkan bercerita bahwa masa-masa hidup mereka ketika bergabung dengan kelompok paduan suara itu adalah "masa yang paling kelam, yang ditandai oleh ketakutan, kekerasan, dan keputusasaan", demikian dibeberkan oleh Ulrich Weber, pengacara yang ditugasi Keuskupan Regensburg untuk menyelidiki kasus tersebut.
Jumlah kasus dalam laporan final Weber ini bertambah lebih dari dua kali lipat dari laporan awal yang dipresentasikannya pada Januari 2016 lalu. Ia dalam penyelidikannya mewawancarai para rohaniwan dan guru pada kelompok paduan suara tersebut.
Weber, yang mengaku tak bisa mewawancarai semua alumni kelompok paduan suara itu, memperkirakan jumlah dari korban dalam skandal tersebut sekitar 700 orang.
Menurut Weber kasus-kasus pelecehan seksual dan kekerasan fisik dalam kelompok paduan suara itu tak terendus oleh publik karena adanya "budaya diam" dalam kelompok dan komunitas yang bertujuan untuk melindungi reputasi dari paduan suara yang memang sudah terkenal secara global itu.
Ia juga menuding mantan pemimpin paduan suara, Georg Ratzinger, yang tak lain adalah kakak Paus Emeritus Benediktus XVI, sebagai salah satu pihak yang bersalah dalam skandal tersebut.
Sebagai pemimpin paduan suara Regensburger Domspatzen selama periode 1964-1994, Georg Ratzinger dinilai "memalingkan wajah dan tak mau mencegah" praktik kekerasan fisik terhadap anak-anak paduan suara.
Meski demikian Weber mengatakan dia tak punya bukti bahwa Ratzinger, yang juga seorang pastor, mengetahui adanya pelecehan seksual dalam paduan suara itu.
Ratzinger sendiri, yang kini berusia 93 tahun, mengaku tak mengetahui adanya kekerasan seksual dalam kelompok padua suara itu. Ia mengatakan bahwa kasus-kasus kekerasan seksual tak pernah dibicarakan ketika ia memimpin paduan suara tersebut.
Weber juga menuding Kardinal Regensburg, Gerhard Ludwig Mueller, tak cukup keras berupaya untuk menghentikan praktik kekerasan dan pelecehan yang sudah berlangsung selama berpuluh-puluh tahun. Kardinal Mueller juga dituduh tak mau berdialog dengan para korban.
Menurut temuan Weber ada setidaknya 49 terduga pelaku kekerasan dan pelecehan yang telah teridentifikasi. Meski demikian para terduga ini berkemungkinan kecil diadilli karena dugaan tindak pidana yang mereka lakukan berlangsung sudah terlalu lama.
Sementara setiap korban akan diberikan kompensasi berupa uang sebesar 20.000 euro dari gereja. Keuskupan di sisi lain telah meminta maaf dan dalam pernyataan resminya menulis bahwa "kita semua membuat kesalahan dan kami sudah banyak memetik pelajaran."
Weber dalam sebuah konferensi pers mengatakan bahwa Keuskupan Regensburg telah sepakat untuk memperbaiki cacat dalam organisasinya dan bahwa pihak gereja setempat sudah sangat memahami dan sadar akan kesalahan-kesalahannya di masa lalu.
Berita Terkait
-
Kapolda Metro Jaya Perintahkan Propam Tindak Polisi Pelaku Catcalling di Kebayoran Baru
-
Heboh Polisi Berpeci Catcalling Cewek Sepulang Pilates, Begini Pengakuan Korban!
-
Usai Dibui Gegara Kasus Pelecehan Seksual, Dani Alves Mendadak Jadi Alim
-
Anya Geraldine Buka Kisah Lama, Nyaris Jadi Korban Pelecehan Seksual saat SMP
-
Terseret Kasus Pelecehan Seksual, David Del Rio Didepak dari Serial Matlock
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Terbaik untuk Anak Muda 2025: Irit Bensin, Stylish Dibawa Nongkrong
- 7 Rekomendasi Lipstik Mengandung SPF untuk Menutupi Bibir Hitam, Cocok Dipakai Sehari-hari
- Gibran Hadiri Acara Mancing Gratis di Bekasi, Netizen Heboh: Akhirnya Ketemu Jobdesk yang Pas!
- 7 Lipstik Halal dan Wudhu Friendly yang Aman Dipakai Sehari-hari, Harga Mulai Rp20 Ribuan
Pilihan
-
Jeje Koar-koar dan Bicara Omong Kosong, Eliano Reijnders Akhirnya Buka Suara
-
Saham TOBA Milik Opung Luhut Kebakaran, Aksi Jual Investor Marak
-
Isuzu Kenalkan Mesin yang Bisa Telan Beragam Bahan Bakar Terbarukan di JMS 2025
-
Pabrik Sepatu Merek Nike di Tangerang PHK 2.804 Karyawan
-
4 HP Baterai Jumbo Paling Murah mulai Rp 1 Jutaan, Cocok untuk Ojol!
Terkini
-
Mengapa Jakarta Selatan Kembali Terendam? Ini Penyebab 27 RT Alami Banjir Parah
-
Korupsi Pertamina Makin Panas: Pejabat Internal Hingga Direktur Perusahaan Jepang Diinterogasi
-
Mengapa Kemensos Gelontorkan Rp4 Miliar ke Semarang? Ini Penjelasan Gus Ipul soal Banjir Besar
-
Soal Progres Mobil Nasional, Istana: Sabar Dulu, Biar Ada Kejutan
-
Kenapa Pohon Tua di Jakarta Masih Jadi Ancaman Nyawa Saat Musim Hujan?
-
Tiba di Korea Selatan, Ini Agenda Presiden Prabowo di KTT APEC 2025
-
Wakapolri Ungkap Langkah Pembenahan Polri: Aktifkan Pamapta dan Modernisasi Pelayanan SPKT
-
Pernah Jadi Korban, Pramono Anung Desak Perbaikan Mesin Tap Transjakarta Bermasalah
-
Skandal Whoosh Memanas: KPK Konfirmasi Penyelidikan Korupsi, Petinggi KCIC akan Dipanggil
-
Formappi Nilai Proses Etik Lima Anggota DPR Nonaktif Jadi Ujian Independensi MKD