Suara.com - Pascapembubaran Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), kini ada dorongan untuk juga membubarkan sebuah sekte di kalangan Kristen, yaitu Saksi Yehova. Sekte itu disebut antipancasila oleh Pengamat Politik yang juga pendukung Joko Widodo saat Pilpres 2014 lalu, Boni Hargens.
Siapa sebenarnya sekte ini? Suara.com menelusuri profil sekte ini lewat situs resminya jw.org. Sekte ini juga bisa disebut dengan nama Saksi-Saksi Yehuwa.
Dalam majalah resmi terbitan komunitas Saksi Yehova, Sadarlah! terbitan 2010, Saksi Yehova adalah sebuah agama yang diorganisir oleh organisasi bernama Jehovah's Witnesses atau Jehovas Zeugen. Mereka ingin mengembalikan kekristenan di awal kemunculan. Saksi-Saksi Yehova mengaku bukan sekte karena tidak memisahkan diri dari gereja.
Dalam situs jw.org menjelaskan nama Yehova atau Yehuwa adalah nama pribadi Allah (Tuhan Kristinani). Sementara kata ‘saksi’ adalah orang yang menyatakan pandangan atau kebenaran yang ia yakini.
“Jadi, nama Saksi-Saksi Yehuwa menunjukkan bahwa kami adalah sekelompok orang Kristen yang menyatakan kebenaran tentang Yehuwa, Pencipta segala sesuatu. (Penyingkapan [Wahyu] 4:11) Kami memberikan kesaksian kepada orang lain melalui cara hidup kami dan dengan menceritakan apa yang kami pelajari dari Alkitab.—Yesaya 43:10-12; 1 Petrus 2:12,” tulis dalam situs itu.
“Kami berasal dari ratusan etnik dan bahasa, tetapi kami semua dipersatukan karena tujuan yang sama. Yang terutama, kami ingin menghormati Yehuwa, Allah dalam Alkitab dan Pencipta segala sesuatu. Kami berusaha sebisa-bisanya untuk mengikuti Yesus Kristus dan bangga disebut Kristen. Kami semua secara rutin membantu orang-orang untuk belajar Alkitab dan Kerajaan Allah. Karena kami bersaksi, atau berbicara, mengenai Allah Yehuwa dan Kerajaan-Nya, kami dikenal sebagai Saksi-Saksi Yehuwa,” tulis situs itu mengenalkan diri di halaman muka.
Berdasarkan data mereka di 2016, terakhir pengikut saksi Yehova di seluruh dunia ada 8.340.982 orang. Jumlah mereka dihitung berdasarkan anggota yang sudah dibaptis sebagai Saksi Yehuwa dan mereka yang belum dibaptis. Untuk menjadi anggota, mereka tidak dikenakan biaya apapun. Namun ada pihak ‘baik’ yang memberikan sumbangan ke mereka.
Dalam sejarah modern, Saksi Yehova ini dimulai pada akhir abad ke-19. Saksi Jehova ini berdiri dari sekelompok kecil siswa Alkitab yang tinggal dekat Pittsburgh, Pennsylvania, di Amerika Serikat. Mereka mulai menganalisis Alkitab secara sistematis. Mereka membandingkan doktrin-doktrin yang diajarkan di gereja dengan apa yang sebenarnya Alkitab ajarkan.
“Di dalam kelompok siswa Alkitab yang tulus itu, ada pria bernama Charles Taze Russell. Meskipun Russell memimpin pekerjaan pendidikan Alkitab kala itu dan merupakan editor pertama Menara Pengawal, ia bukanlah pendiri agama baru. Tujuan Russell dan Siswa-Siswa Alkitab, yaitu sebutan mereka waktu itu, adalah mengumumkan ajaran Yesus Kristus dan meniru kegiatan dari sidang jemaat Kristen abad pertama. Karena Yesus adalah pendiri Kekristenan, kami percaya bahwa dia adalah pendiri organisasi kami,” tulis situs itu lagi.
Baca Juga: Tak Hanya HTI, Sekte 'Saksi Yehuwa' Juga Diusul Dibubarkan
Dalam berkegiatan, Saksi Yehova mengklaim tidak meminta sumbangan dari jemaatnya.
“Tidak ada kolekte di pertemuan ibadah kami, dan para hadirin tidak diharuskan memberikan perpuluhan. (Matius 10:7, 8) Sebaliknya, kotak sumbangan disediakan di tempat-tempat pertemuan kami bagi mereka yang ingin menyumbang. Nama penyumbang tidak diumumkan.”
Masih di dalam situs itu, sumbangan itu digunakan untuk menolong korban bencana alam, membangun tempat ibadah di negara berkembang, dan untuk mencetak serta mengirim Alkitab dan bacaan Kristen lainnya.
“Setiap orang memutuskan sendiri apakah ia mau menyumbang untuk membayar pengeluaran setempat, kegiatan sedunia, atau keduanya. Setiap sidang jemaat membuat laporan keuangan rutin untuk diketahui anggota sidang,” jelasnya.
Kantor Pusat Saksi Yehova di Warwick, New York, AS. Mereka mempunyai pemimpin pusat dengan jabatan Badan Pimpinan. Mereka adalah Samuel Herd, Geoffrey Jackson, Stephen Lett, Gerrit Lösch, Anthony Morris III, Mark Sanderson, dan David Splane. Mereka melakukan tugas mereka di kantor pusat.
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
Terkini
-
Rocky Gerung Pasang Badan Bebaskan Aktivis Kasus Demo Agustus: Mereka Bukan Kriminal!
-
Pastikan Serapan Anggaran MBG Membaik, Luhut: Menkeu Tak Perlu Ambil Anggaran yang Tak Terserap
-
Ngeri! Jakarta Masuk 5 Besar Kota dengan Udara Terburuk di Dunia
-
Buka Suara soal Kasus Puluhan Siswa SD Keracunan MBG di Jaktim, DKPKP DKI Bilang Begini
-
Cuaca Hari Ini: Waspada Badai, Sebagian Besar Wilayah Indonesia Diprediksi Hujan
-
Prediksi Cuaca Hari Ini 4 Oktober 2025: Waspada Hujan Lebat dan Gelombang Tinggi
-
Terkuak! Kasus Keracunan Siswa di Jakarta Akibat Dapur MBG Tak Jalani SOP BGN
-
Prabowo Blusukan ke Monas, Cek Persiapan HUT ke-80 TNI
-
Gedung Ponpes Al-Khoziny Ambruk Tewaskan 13 Orang, FKBI Desak Investigasi dan Soroti Kelalaian Fatal
-
Prakiraan Cuaca 4 Oktober 2025 di Berbagai Kota Wisata dari Bogor, Bali hingga Yogyakarta