Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo [suara.com/Kurniawan Mas'ud]
Pengamat politik Universitas Paramadina Djayadi Hanan menilai saat ini nama Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo belum diperhitungkan sebagai calon presiden atau wakil presiden. Indikatornya hasil survei yang menunjukkan elektabilitas Gatot berada di urutan bawah.
"Di jejak pendapat nama beliau belum terlalu signifikan. Data SMRC (Saiful Mujani Research and Consulting) bulan Mei lalu menyebutkan elektabilitasnya baru dua persen," kata Djayadi kepada Suara.com, Jumat (6/10/2017).
Hanan memprediksi peluang Gatot semakin menipis setelah pensiun pada Maret 2018 nanti. Setelah pensiun, menurut perkiraan Hanan, Gatot bakal kesulitan mendongkrak elektabilitas.
"Modalnya dia sekarang sebagai Panglima TNI. kalau dia sudah nggak jadi Panglima TNI, maka modalnya hilang. Seperti mantan mantan Panglima TNI sebelumnya, setelah pensiun namanya redup, contohnya Moeldoko, Djoko Santoso dan lainnya," ujar dia.
Tapi yang namanya politik bisa saja terjadi perubahan yang tak terduga.
Djayadi menilai Gatot punya peluang masuk Kabinet Kerja setelah pensiun, mengingat dia punya kedekatan dengan Presiden Joko Widodo. Gatot dan Jokowi punya hubungan baik, salah satu indikatornya adalah meskipun Gatot kerab membuat manuver, Jokowi tidak menegurnya.
"Dia sangat mungkin bisa masuk kabinet Jokowi kalau sudah pensiun dan sudah nggak menjabat Panglima TNI. Sebab hubungannya dengan Jokowi sampai sekarang baik-baik saja. Kalau Jokowi menjabat lagi sebagai Presiden periode kedua, bisa jadi Gatot masuk kabinet," kata dia.
Langkah yang diambil Gatot yang menarik perhatian, antara lain sikapnya terhadap gerakan demonstrasi 2 Desember 2016 atau menjelang pilkada Jakarta.
Baru-baru ini, Gatot kembali menyita perhatian lewat statement menyebut ada lembaga yang mengadakan 5.000 senjata dengan mencatut nama Presiden, kemudian instruksi kepada semua jajaran TNI untuk nonton bareng bareng film Pengkhianatan G30S/PKI.
"Di jejak pendapat nama beliau belum terlalu signifikan. Data SMRC (Saiful Mujani Research and Consulting) bulan Mei lalu menyebutkan elektabilitasnya baru dua persen," kata Djayadi kepada Suara.com, Jumat (6/10/2017).
Hanan memprediksi peluang Gatot semakin menipis setelah pensiun pada Maret 2018 nanti. Setelah pensiun, menurut perkiraan Hanan, Gatot bakal kesulitan mendongkrak elektabilitas.
"Modalnya dia sekarang sebagai Panglima TNI. kalau dia sudah nggak jadi Panglima TNI, maka modalnya hilang. Seperti mantan mantan Panglima TNI sebelumnya, setelah pensiun namanya redup, contohnya Moeldoko, Djoko Santoso dan lainnya," ujar dia.
Tapi yang namanya politik bisa saja terjadi perubahan yang tak terduga.
Djayadi menilai Gatot punya peluang masuk Kabinet Kerja setelah pensiun, mengingat dia punya kedekatan dengan Presiden Joko Widodo. Gatot dan Jokowi punya hubungan baik, salah satu indikatornya adalah meskipun Gatot kerab membuat manuver, Jokowi tidak menegurnya.
"Dia sangat mungkin bisa masuk kabinet Jokowi kalau sudah pensiun dan sudah nggak menjabat Panglima TNI. Sebab hubungannya dengan Jokowi sampai sekarang baik-baik saja. Kalau Jokowi menjabat lagi sebagai Presiden periode kedua, bisa jadi Gatot masuk kabinet," kata dia.
Langkah yang diambil Gatot yang menarik perhatian, antara lain sikapnya terhadap gerakan demonstrasi 2 Desember 2016 atau menjelang pilkada Jakarta.
Baru-baru ini, Gatot kembali menyita perhatian lewat statement menyebut ada lembaga yang mengadakan 5.000 senjata dengan mencatut nama Presiden, kemudian instruksi kepada semua jajaran TNI untuk nonton bareng bareng film Pengkhianatan G30S/PKI.
Komentar
Berita Terkait
-
Gatot Nurmantyo: Ancaman Terbesar Prabowo Bukan dari Luar, tapi Pembusukan dari Dalam
-
Eks Panglima TNI Sebut Prabowo Bisa Kena Imbas Pelanggaran HAM Berat jika Tak Copot Kapolri
-
Soal Wacana Darurat Militer, Gatot Nurmantyo Ungkap Dampak Mengerikan Jika Prabowo Nekat Setujui
-
Gatot Kritik Penyebaran Video Penangkapan Anggota BAIS: Ada Pembentukan Opini Mendiskreditkan TNI
-
Ucapkan Selamat Pada Jokowi, Jenderal Gatot: Karena Sudah Merusak Negeri Ini
Terpopuler
- 5 Perbedaan Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia yang Sering Dianggap Sama
- 5 Mobil Bekas yang Perawatannya Mahal, Ada SUV dan MPV
- 5 Mobil SUV Bekas Terbaik di Bawah Rp 100 Juta, Keluarga Nyaman Pergi Jauh
- Sulit Dibantah, Beredar Foto Diduga Ridwan Kamil dan Aura Kasih Liburan ke Eropa
- 13 Promo Makanan Spesial Hari Natal 2025, Banyak Diskon dan Paket Hemat
Pilihan
-
Libur Nataru di Kota Solo: Volume Kendaraan Menurun, Rumah Jokowi Ramai Dikunjungi Wisatawan
-
Genjot Daya Beli Akhir Tahun, Pemerintah Percepat Penyaluran BLT Kesra untuk 29,9 Juta Keluarga
-
Genjot Konsumsi Akhir Tahun, Pemerintah Incar Perputaran Uang Rp110 Triliun
-
Penuhi Syarat Jadi Raja, PB XIV Hangabehi Genap Salat Jumat 7 Kali di Masjid Agung
-
Satu Indonesia ke Jogja, Euforia Wisata Akhir Tahun dengan Embel-embel Murah Meriah
Terkini
-
Gempa M5,6 Guncang Pesisir Bengkulu, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami
-
Arus Balik Natal 2025 Mulai Terlihat di Stasiun Senen
-
Tito Karnavian Tekankan Kreativitas dan Kemandirian Fiskal dalam RKAT Unsri 2026
-
Mendagri Minta Pemda Segera Siapkan Data Masyarakat Terdampak & Lokasi Pembangunan Huntap
-
Teror Bom 10 Sekolah Depok, Pelaku Pilih Target Acak Pakai AI ala ChatGPT
-
Kejari Bogor Bidik Tambang Emas Ilegal, Isu Dugaan 'Beking' Aparat di Gunung Guruh Kian Santer
-
Efek Domino OTT KPK, Kajari HSU dan Bekasi Masuk 'Kotak' Mutasi Raksasa Kejagung
-
Diduga Sarat Potensi Korupsi, KPK-Kejagung Didesak Periksa Bupati Nias Utara, Kasus Apa?
-
Resmi! KY Rekomendasikan 3 Hakim Perkara Tom Lembong Disanksi Nonpalu
-
Ancaman Bencana Susulan Mengintai, Legislator DPR: Jangan Tunggu Korban Jatuh Baru Bergerak