Anggota Komisi III DPR dari Gerindra Muhammad Syafi'i [suara.com/Bagus Santosa]
Anggota Komisi III DPR Fraksi Gerindra Muhammad Syafi'i tidak heran dengan indikasi aparat penegak hukum tebang pilih dalam memproses laporan.
"Kalau aparat penegak hukum pilih tebang itu juga sesuatu yang tidak saya herankan. Itu memang sudah menjadi kelakuan aparat hukum kita. Hukum seperti pisau tajam kebawah tumpul keatas," kata Syafi'i kepada Suara.com, Jumat (10/11/2017).
Pernyataan Syafi'i untuk menanggapi sikap kepolisian yang tergolong cepat menindaklanjuti laporan Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto terhadap para penyebar meme bergambar Novanto saat berada di rumah sakit. Sementara beberapa laporan dari Partai Gerindra, termasuk soal ujaran kebencian kepada Ketua Umum DPP Gerindra Prabowo Subianto, dan laporan dugaan ujaran kebencian terhadap sejumlah partai politik yang dilakukan Ketua Fraksi Partai Nasional Demokrat Victor Laiskodat belum ditindaklanjuti.
"Apa bedanya ini dengan Jonru? Itu orang kecil nggak punya kekuatan ditangkap. Sementara orang besar seperti Victor Laiskodat, tapi Victor kan orang besar. Kita kan tahu siapa di belakang Victor. Dia Ketua Fraksi Nasdem. Nasdem itu kan kadernya Jaksa Agung. Jadi kalau Victor seperti itu ya mereka kan punya Jaksa Agung," tutur Syafi'i.
"Sementara Jonru nggak punya siapa-siapa. Itu memang sudah fakta yang saya nggak heran sedikitpun kalau aparat hukum kita melakukan pilih tebang - pilih tebang seperti itu," Syafi'i menambahkan.
Bagi Syafi'i, wajah penegakan hukum di Indonesia saat ini menyedihkan.
"Coba saja bayangkan ada orang di Jakarta yang kampanye Anies-Sandi, angkat parang. Teriak Allahu Akbar, ditangkap. Sementara yang ngejar-ngejar Fahri Hamzah di Sulawesi Utara kan angkat parang juga. Fahri itu pejabat negara lho. Lalu yang ngepung pesawat Zulkarnain pakai senjata tajam ada nggak proses hukumnya? Itu nggak ada," tutur Syafi'i.
Syafi'i wajah menggambarkan penegakan hukum di Indonesia bukan soal benar atau salah, bukan soal baik atau buruk. Tapi soal siapa kuat, siapa yang punya uang, katanya.
"Kalau kalian punya uang, kalian akan diperlakukan secara baik. Kalau tidak punya uang, tidak punya kekuasaan, meskipun benar kalian akan menderita di negeri ini. Maka itulah saya bercita-cita mengganti presiden dengan Prabowo," kata Syafi'i.
"Kalau aparat penegak hukum pilih tebang itu juga sesuatu yang tidak saya herankan. Itu memang sudah menjadi kelakuan aparat hukum kita. Hukum seperti pisau tajam kebawah tumpul keatas," kata Syafi'i kepada Suara.com, Jumat (10/11/2017).
Pernyataan Syafi'i untuk menanggapi sikap kepolisian yang tergolong cepat menindaklanjuti laporan Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto terhadap para penyebar meme bergambar Novanto saat berada di rumah sakit. Sementara beberapa laporan dari Partai Gerindra, termasuk soal ujaran kebencian kepada Ketua Umum DPP Gerindra Prabowo Subianto, dan laporan dugaan ujaran kebencian terhadap sejumlah partai politik yang dilakukan Ketua Fraksi Partai Nasional Demokrat Victor Laiskodat belum ditindaklanjuti.
"Apa bedanya ini dengan Jonru? Itu orang kecil nggak punya kekuatan ditangkap. Sementara orang besar seperti Victor Laiskodat, tapi Victor kan orang besar. Kita kan tahu siapa di belakang Victor. Dia Ketua Fraksi Nasdem. Nasdem itu kan kadernya Jaksa Agung. Jadi kalau Victor seperti itu ya mereka kan punya Jaksa Agung," tutur Syafi'i.
"Sementara Jonru nggak punya siapa-siapa. Itu memang sudah fakta yang saya nggak heran sedikitpun kalau aparat hukum kita melakukan pilih tebang - pilih tebang seperti itu," Syafi'i menambahkan.
Bagi Syafi'i, wajah penegakan hukum di Indonesia saat ini menyedihkan.
"Coba saja bayangkan ada orang di Jakarta yang kampanye Anies-Sandi, angkat parang. Teriak Allahu Akbar, ditangkap. Sementara yang ngejar-ngejar Fahri Hamzah di Sulawesi Utara kan angkat parang juga. Fahri itu pejabat negara lho. Lalu yang ngepung pesawat Zulkarnain pakai senjata tajam ada nggak proses hukumnya? Itu nggak ada," tutur Syafi'i.
Syafi'i wajah menggambarkan penegakan hukum di Indonesia bukan soal benar atau salah, bukan soal baik atau buruk. Tapi soal siapa kuat, siapa yang punya uang, katanya.
"Kalau kalian punya uang, kalian akan diperlakukan secara baik. Kalau tidak punya uang, tidak punya kekuasaan, meskipun benar kalian akan menderita di negeri ini. Maka itulah saya bercita-cita mengganti presiden dengan Prabowo," kata Syafi'i.
Tag
Komentar
Berita Terkait
-
Mengintip Rumah Setya Novanto di Kupang yang Dilelang KPK, Harganya Miliaran!
-
Pembebasan Bersyarat Setya Novanto Digugat! Cacat Hukum? Ini Kata Penggugat
-
Setnov Bebas Bersyarat, Arukki dan LP3HI Ajukan Gugatan ke PTUN Jakarta: Kecewa!
-
Terpopuler: Anak Setya Novanto Menikah, Gaji Pensiunan PNS Bakal Naik Oktober 2025?
-
Biodata dan Agama Rheza Herwindo, Anak Setya Novanto yang Nikahi Kerenina Sunny
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
KPK Segel Rumah Kajari Bekasi Meski Tak Ditetapkan sebagai Tersangka
-
Si Jago Merah Mengamuk di Kemanggisan, Warung Gado-Gado Ludes Terbakar
-
ODGJ Iseng Main Korek Gas, Panti Sosial di Cengkareng Terbakar
-
Diplomasi Tanpa Sekat 2025: Bagaimana Dasco Jadi 'Jembatan' Megawati hingga Abu Bakar Baasyir
-
Bobby Nasution Berikan Pelayanan ke Masyarakat Korban Bencana Hingga Dini Hari
-
Pramono Anung Beberkan PR Jakarta: Monorel Rasuna, Kali Jodo, hingga RS Sumber Waras
-
Hujan Ringan Guyur Hampir Seluruh Jakarta Akhir Pekan Ini
-
Jelang Nataru, Penumpang Terminal Pulo Gebang Diprediksi Naik Hingga 100 Persen
-
KPK Beberkan Peran Ayah Bupati Bekasi dalam Kasus Suap Ijon Proyek
-
Usai Jadi Tersangka Kasus Suap Ijon Proyek, Bupati Bekasi Minta Maaf kepada Warganya