Suara.com - Kematian anak-anak suku Asmat di Kabupaten Asmat, Papua, karena wabah gizi buruk, dinilai sebagai imbas ketidakseriusan Presiden Joko Widodo membangun kedaulatan pangan dan melakukan reforma agraria sejati di daerah tersebut.
Setidaknya sejak sepekan terakhir, pemerintah mengakui sedikitnya 7.320 warga Asmat terjangkit wabah cacar dan gizi buruk, sehingga ditetapkan sebagai kejadian luar biasa (KLB).
Presiden Jokowi mewacanakan relokasi suku Asmat sebagai solusi atas persoalan tersebut.
Namun, rencana yang ditawarkan Jokowi itu ditolak Gubernur Papua Lukas Enembe, dan Bupati Asmat Elisa Kambu, saat keduanya—bersama Bupati Nduga Doren Wakerwa—diundang ke Istana Bogor, Selasa (23/1/2018).
Ketua Aliansi Gerakan Reforma Agraria (AGRA) Rahmat Ajiguna menyatakan kekecewaan yang mendalam, atas sikap pemerintahan Jokowi.
“Wabah cacar dan gizi buruk yang dialami anak-anak suku Asmat bukan persoalan yang baru terjadi kekinian, melainkan sudah dimulai puluhan tahun. Karenanya, ini adalah bencana kemanusiaan akibat kebijakan negara yang tersistematis,” tutur Rahmat melalui pernyataan sikapnya yang diterima Suara.com, Selasa (30/1/2018).
Organisasi massa petani dan kaum minoritas tersebut bukan tanpa alasan menyebut KLB itu sebagai konsekuensi logis, atas ketidakseriusan pemerintah menjalankan reforma agraria.
”Rakyat Indonesia hidup di negeri yang amat kaya sumber daya alam, karenaya tidak ada syarat sedikit pun bagi rakyat untuk hidup dalam kemiskinan, kemelaratan, gizi buruk dan kematian akibat kurang makan,” tuturnya.
Ia mengungkapkan, wabah gizi buruk yang mengakibatkan kematian suku Asmat itu adalah akibat perampasan tanah dan penjarahan kekayaan alam Papua oleh korporasi yang difasilitasi pemerintah sejak era Orde Baru.
“Solusi melakukan relokasi suku Asmat juga bukan hal yang baru. Pada era Orba, solusi yang sama juga ditawarkan Soeharto. Suku Asmat direlokasi dari pedalaman ke pinggiran sungai, ketika eksploitasi besar-besaran hutan dan kekayaan alam milik suku Asmat pada era 1970-an atau disebut the West Papua dillema. Sejak itu pula suku Asmat kehilangan keberagaman sumber pangan, karena tanah, hutan dan isinya dijarah oleh korporasi,” bebernya.
Sementara persoalan gizi buruk yang menimpa suku Asmat juga bukan baru-baru ini terjadi, melainkan sudah berlangsung setidaknya sejak setahun terakhir.
“Gizi buruk sudah berlangsung sejak setahun terakhir dan membunuh 63 anak Asmat, dan pemerintah Jokowi tidak bersuara mengenai hal ini. Baru awal tahun 2018 presiden bersuara dan menetapkan peristiwa itu sebagai KLB,” jelasnya.
Hal tersebut, kata Rahmat, menunjukan respons buruk dan pengabaian pemerintah atas hak rakyat untuk hidup yang manusiawi.
“Selain itu, secara umum, masalah gizi buruk di Indonesia membuktikan kegagalam pemerintah Jokowi dalam membangun kedaulatan pangan di negeri ini,” tegasnya lagi.
Secara nasional hingga akhir tahun 2017, terdapat 27,5 persen atau 6,5 juta anak Indonesia yang mengalami gizi buruk.
Berita Terkait
Terpopuler
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 September: Klaim Pemain 108-112 dan Hujan Gems
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Thom Haye Akui Kesusahan Adaptasi di Persib Bandung, Kenapa?
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
- Saham DADA Terbang 2.000 Persen, Analis Beberkan Proyeksi Harga
Pilihan
-
Profil Agus Suparmanto: Ketum PPP versi Aklamasi, Punya Kekayaan Rp 1,65 Triliun
-
Harga Emas Pegadaian Naik Beruntun: Hari Ini 1 Gram Emas Nyaris Rp 2,3 Juta
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
Terkini
-
PIP September 2025 Kapan Cair? Cek Nominal dan Ketentuan Terkini
-
PLN Perkuat Keandalan Listrik untuk PHR di WK Rokan Demi Ketahanan Energi Nasional
-
PN Jaksel Tolak Praperadilan, Eksekusi Terpidana Kasus Pencemaran Nama Baik JK Tetap Berlanjut
-
Roy Suryo Sindir Keras Acara UGM yang Dihadiri Menteri Sepi Peminat: Ini Karma Bela Ijazah Jokowi!
-
Dokter Tifa Bongkar Cuitan Akun Fufufafa Soal 'Lulusan SMP Pengen Mewah': Ndleming!
-
Mardiono Tinggalkan Arena Muktamar Usai Disoraki, Agus Suparmanto Terpilih Aklamasi Jadi Ketum PPP
-
Peringati Hari Sungai Sedunia, BRI Peduli Ajak Generasi Muda Jaga Ekosistem Sungai dan Lingkungan
-
Eks Wali Kota Semarang Hadiri Pernikahan Anak Meski Masih Dipenjara, Kok Bisa?
-
Anak Menkeu Purbaya Sindir Outfit Orang Miskin yang Ingin Terlihat Kaya
-
PPP Pecah? Kubu Mardiono dan Agus Suparmanto Saling Klaim Menang Aklamasi di Tengah Hujan Kursi