Suara.com - Rakyat Irak benar-benar membuktikan diri dalam pemungutan suara pemilihan umum, bahwa mereka ingin mendobrak tatanan politik lama yang dinilai melanggengkan praktik korupsi dan inkompetensi pejabat.
Pemenang terbesar dalam pemilu yang digelar pada Sabtu (13/5) akhir pekan lalu adalah gerakan boikot.
Itu dibuktikan hanya 44,5 persen warga—yang memenuhi persayaratan sebagai pemilih—ikut serta menggunakan hak suara.
Namun, mayoritas warga yang menggunakan hak suaranya juga tak lagi memilih partai maupun calon-calon pejabat lama.
Mereka, seperti diberitakan laman berita berbahasa Prancis, Middle East Eye, Rabu (16/5/2018), memberikan suara dukungan untuk Aliansi Sairoun.
Aliansi Sairoun adalah koalisi antara pendukung ulama Islam Syiah Muqtada al-Sadr dan Partai Komunis Irak, serta Partai Republik Irak.
Koalisi antara gerakan Sadrist yang ultakonservatif dan kental bernuansa religius dengan PKI yang ultrasekuler, tampak membingungkan bagi banyak analis.
Namun, persatuan Islam-Komunis tersebut dinilai telah menciptakan sintesis yang berhasil.
Salah satu tokoh yang dianggap paling tepat melambangkan gerakan politik baru itu adalah seorang perempuan bernama Suhad al Khateeb.
Baca Juga: Duh! ISIS Tebar Ancaman di Piala Dunia, Sasar Ronaldo dan Messi
Suhad adalah komunis tulen yang memenangkan kursi parlemen. Uniknya, ia memenangkan pertarungan memperebutkan parlemen tersebut berkat jasa warga pemilih di kota Najaf.
Kota Najaf adalah salah satu kota suci bagi umat Islam Syiah, dan menjadi pusat pendidikan teologis paling penting.
Suhad, seorang guru et aktivis anti-kemiskinan dan hak perempuan, mengakui sebelumnya tak pernah mempertimbangkan jalur pemilu dan parlemen sebagai wujud perjuangannya.
"Pemilu 2014, saya tak mencalonkan diri. Tapi banyak kelompok dan warga Najaf yang menginginkan saya berlaga,” kata Suhad kepada Middle East Eye.
"Aku dan kawan-kawan, baik PKI maupun Sadrist, rutin mengunjungi rumah-rumah warga untuk mendengarkan keluh kesah dan persoalan mereka. Kami berada di tengah permukiman kumuh dan rakyat miskin Najaf,” tuturnya.
Sekretaris Jenderal PKI, Raid Jahid Fahmi, menjelaskan aliansi antara Sadrist dan kaum komunis sebenarnya bukan hal baru.
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 HP RAM 8 GB Paling Murah dengan Spesifikasi Gaming, Mulai Rp1 Jutaan
- 5 Tablet Snapdragon Mulai Rp1 Jutaan, Cocok untuk Pekerja Kantoran
- 7 Rekomendasi Sepatu Jalan Kaki Terbaik Budget Pekerja yang Naik Kendaraan Umum
- 7 Pilihan Sepatu Lokal Selevel Hoka untuk Lari dan Bergaya, Mulai Rp300 Ribuan
- Besok Bakal Hoki! Ini 6 Shio yang Dapat Keberuntungan pada 13 November 2025
Pilihan
-
Minta Restu Merger, GoTo dan Grab Tawarkan 'Saham Emas' ke Danantara
-
SoftBank Sutradara Merger Dua Musuh Bebuyutan GoTo dan Grab
-
Pertamina Bentuk Satgas Nataru Demi Pastikan Ketersediaan dan Pelayanan BBM
-
Jenderal TNI Muncul di Tengah Konflik Lahan Jusuf Kalla vs GMTD, Apa Perannya?
-
Geger Keraton Solo: Putra PB XIII Dinobatkan Mendadak Jadi PB XIV, Berujung Walkout dan Keributan
Terkini
-
Soal Pemberian Gelar Pahlawan Soeharto, Waketum Golkar Tak Mau Ada Polemik Berkepanjangan
-
Dinkes DKI Sebut Tak Ada Rumah Sakit Tolak Rawat Pasien Baduy, Hanya Diminta...
-
Politisi PDIP Dukung Pihak yang Gugat Gelar Pahlawan Nasional untuk Soeharto, Bakal Ikut?
-
Stop 'Ping-pong' Pasien BPJS: Sistem Rujukan Berjenjang Didesak Dihapus, Ini Solusinya
-
Divonis 18 Tahun, Kejagung Bakal Eksekusi Zarof Ricar Terdakwa Pemufakatan Jahat Vonis Bebas Tannur
-
Kasus Korupsi Smartboard Seret 3 Perusahaan di Jakarta, Kejati Sumut Sita Dokumen Penting
-
Lindungi Ojol, Youtuber hingga Freelancer, Legislator PKB Ini Usul Pembentukan RUU Pekerja GIG
-
Eks Danjen Kopassus Soenarko Santai Hadapi Wacana Abolisi: Kasus Makar Saya Cuma Rekayasa dan Fitnah
-
Pemerintah Bakal Kirim 500 Ribu TKI ke Luar Negeri Tahun Depan, Ini Syarat dan Sumber Rekrutmennya
-
5 Fakta Panas Kasus Ijazah Palsu Wagub Babel: Kampus Ditutup, Diperiksa 5 Jam Penuh