Suara.com - Warga di sekitar Gunung Merapi masih trauma karena peristiwa letusan di sana. Letusan Merapi terjadi dua kali pada Kamis (24/5/2018) pukul 02.56 dan pukul 10.48 WIB.
Letusan itu membuat warga sekitar lereng Merapi di dusun Gondang, Pakem masih terus waspada dengan meningkatkan kesiapsiaganya. Mereka masih berada di dalam rumah masing-masing sembari menunggu informasi lebih lanjut dari pemerintah.
"Sementara ya masih di rumah, ngga tahu nanti kalau terjadi lagi," ujar Kistyawati
Hal Senada juga disampaikan oleh Wanto, perempuan yang sehari-harinya berjualan berbagai minuman di area Merapi. Dia mengatakan sampai detik ini belum nampak puncak merapi. Puncak masih tertutup asap tebal. Rumahnya berjarak sekitar 7 km dari puncak.
Dia was-was setiap mendengar letusan. Sebab ia masih mengingat erupsi merapi yang pernah pernah terjadi di tahun 2010.
"Mlayu-mlayu karena perlu evakuasi, jadi harus siap siaga," ujarnya.
Wanto sempat menunjukan rumah yang pernah ditempati. Namun kini sudah rata dengan tanah. Hanya tersisa pondasi rumah.
Pondasi itulah yang menandai kisah kelam Gunung Merapi 2010. Kini ia merasa trauma ketika mendengar gemuruh Merapi.
"Saya trauma mas, 2010 sampai ke rumah saya, ini habis e mas. Itu pondasinya masih. Itu kan bekas rumah saya mas," Terangnya dengan mata berkaca-kaca. (Somad).
Sementara itu, warga Umbulharjo, Cangkringan, Sleman sempat khawatir ketika letusan Gunung Merapi mengeluarkan awan fijar merah pada pukul 02.58 kemudian letusan kedua pada pukul 10.48 WIB.
Sriyono selaku Kepala bidang Pemerintahan Desa Umbulharjo, Cangkringan, Sleman menyatakan saat ini warganya memang berada di rumah masing-masing serta melakukan aktivitas seperti biasa.
"Warga masih di rumah masing-masing mas sekarang, " ujar Sriyono.
Ia mengatakan memang warga sempat keluar rumah lalu mengatur sepeda motornya mengarah ke jalan umum untuk persiapan evakuasi. Setelah dirasa kondisi kondusif warga kembali beraktifitas.
"Warga sempat keluar rumah lalu mengatur motornya mengarah jalan turun setelah kondusif beraktifitas seperti biasa" ungkapnya.
Ia menyarankan kepada warga masyarakat ketika terjadi letusan atau merada kurang nyaman berada di rumah warga diminta untuk dapat menggunakan balai desa sebagai tempat pengungsian.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Bedak Viva Terbaik untuk Tutupi Flek Hitam, Harga Mulai Rp20 Ribuan
- 25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 1 November: Ada Rank Up dan Pemain 111-113
- Mulai Hari Ini! Sembako dan Minyak Goreng Diskon hingga 25 Persen di Super Indo
- 7 Rekomendasi Mobil Bekas Sekelas Brio untuk Keluarga Kecil
- 7 Mobil Bekas Favorit 2025: Tangguh, Irit dan Paling Dicari Keluarga Indonesia
Pilihan
-
Jokowi Takziah Wafatnya PB XIII, Ungkap Pesan Ini untuk Keluarga
-
Nasib Sial Mees Hilgers: Dihukum Tak Main, Kini Cedera Parah dan Absen Panjang
-
5 HP dengan Kamera Beresolusi Tinggi Paling Murah, Foto Jernih Minimal 50 MP
-
Terungkap! Ini Lokasi Pemakaman Raja Keraton Solo PB XIII Hangabehi
-
BREAKING NEWS! Raja Keraton Solo PB XIII Hangabehi Wafat
Terkini
-
Sopir Angkot Cegat Mikrotrans JAK41 di Velodrome, Dishub DKI Janji Evaluasi Rute
-
Ratusan Warga Prasejahtera di Banten Sambut Bahagia Sambungan Listrik Gratis dari PLN
-
Hasto PDIP: Ibu Megawati Lebih Pilih Bendungan dan Pupuk Daripada Kereta Cepat Whoosh
-
Putri Zulkifli Hasan Sambut Putusan MK: Saatnya Suara Perempuan Lebih Kuat di Pimpinan DPR
-
Projo Tetapkan 5 Resolusi, Siap Kawal Prabowo hingga 2029 dan Dukung Indonesia Emas 2045
-
Budi Arie Bawa Gerbong Projo ke Gerindra? Sinyal Kuat Usai Lepas Logo Jokowi
-
Cinta Terlarang Berujung Maut, Polisi Tega Habisi Nyawa Dosen di Bungo
-
Dua Tahun Lalu Sakit Berat, Kini Adies Kadir Didoakan Kembali di Majelis Habib Usman Bin Yahya
-
Makna Arahan Mendagri Tito Karnavian Soal Dukungan Pemda Terhadap PSN
-
Raja Keraton Solo Pakubuwono XIII Wafat, Akhir Perjalanan Sang Pemersatu Takhta Mataram