Suara.com - Direktur Eksekutif Institut Demokrasi Republikan (ID-Republikan) Syaiful Arif menilai, pendidikan wawasan kebangsaan harus kembali diberikan kepada para aparatur sipil negara (ASN).
Hal itu dipicu atas hasil survei Alvara Research Center yang menemukan 19,4 persen ASN alias PNS anti-Pancasila.
Arif menjelaskan, 19,4 persen bukanlah angka yang sedikit untuk jumlah ASN anti-Pancasila. Apalagi, survei itu diadakan di 6 kota besar, yakni Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan dan Makassar.
Selain itu, kata dia, ASN merupakan bagian aktor kenegaraan yang semestinya ikut mendukung dasar negara Pancasila.
“Ketika diminta memilih antara Islam atau Pancasila sebagai dasar negara, 19 persen ASN ini ternyata lebih memilih Islam sebagai dasar negara,” kata Arif dalam keterangan tertulis, Selasa (20/11/2018).
Dengan adanya temuan tersebut, Arif menilai seharusnya pemerintah kembali mengadakan program penguatan Pancasila.
Bukan hanya untuk ASN, melainkan untuk seluruh masyarakat Indonesia. Ia menuturkan, pemerintah sempat memunyai Indonesia sempat memiliki program Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P-4). Namun, sejak Orde Baru runtuh, yakni 1998, program tersebut dihapuskan.
“Setelah P4 dihapus, praktis tak lagi ada program penguatan Pancasila secara tersistematis, struktural, dan massif,” jelasnya.
Selain itu, Arif menjelaskan pendidikan wawasan soal kebangsaan bisa disertai dengan keagamaan agar menjadi solusi terkikisnya kepercayaan masyarakat terhadap Pancasila.
Baca Juga: Sukses Gantikan Ismed, Teco Angkat Topi Buat Bule
“Penguatan Pancasila melalui wawasan keislaman moderat menjadi solusi yang tak bisa ditolak, jika ingin mengembalikan kembali kalangan terpapar radikalisme, ke pangkuan kesadaran berkebangsaan,” tuturnya.
Terakhir, Arif meminta adanya penelitian mendalam kepada 19 persen ASN yang mengaku anti-Pancasila tersebut. Menurutnya mereka itu harus dibina agar pemikirannya bisa kembali kepada Pancasila.
“Jika tidak, mereka akan menjadi duri dalam daging lembaga kenegaraan, mengingat sebagai pegawai negeri yang hidup dari APBN, justru menolak dasar negara nasional,” pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Sadis! Pembunuh Guru di OKU Ternyata Mantan Penjaga Kos, Jerat Leher Korban Demi Ponsel
-
Gebrakan Menhan-Panglima di Tambang Ilegal Babel Dikritik Imparsial: Pelanggaran Hukum, Tanda Bahaya
-
Otak Pembakar Rumah Hakim PN Medan Ternyata Mantan Karyawan, Dendam Pribadi Jadi Pemicu
-
Dari IPB hingga UGM, Pakar Pangan dan Gizi Siap Dukung BGN untuk Kemajuan Program MBG
-
Menhaj Rombak Skema Kuota Haji: yang Daftar Duluan, Berangkat Lebih Dulu
-
Isu Yahya Cholil Staquf 'Dimakzulkan' Syuriyah PBNU, Masalah Zionisme Jadi Sebab?
-
Siap-siap! KPK akan Panggil Ridwan Kamil Usai Periksa Pihak Internal BJB
-
Bukan Tax Amnesty, Kejagung Cekal Eks Dirjen dan Bos Djarum Terkait Skandal Pengurangan Pajak
-
Menhaj Irfan Siapkan Kanwil Se-Indonesia: Tak Ada Ruang Main-main Jelang Haji 2026
-
Tembus Rp204 Triliun, Pramono Klaim Jakarta Masih Jadi Primadona Investasi Nasional