Suara.com - Yunus Wonda, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Papua (DPR Papua) mendesak Komnas HAM melakukan investigasi menyeluruh setelah pasukan keamanan diduga menewaskan empat warga sipil selama operasi anti-pemberontakan. Insiden itu adalah buntut kasus pembunuhan 17 pekerja Trans Papua oleh kelompok bersenjata.
"Kami meminta Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) untuk melakukan penyelidikan menyeluruh. Mereka harus menyelidiki tidak hanya insiden Desember ini, tetapi juga apa yang terjadi pada Juli lalu," kata Yunus Wonda, seperti dilansir Jubi, Senin (10/12/2018).
Menurut Yunus, DPR Papua akan membentuk panitia khusus (Pansus) untuk melakukan penyelidikan atas apa yang terjadi. Tapi saat ini, kata dia, Nduga masih tertutup untuk warga sipil, termasuk anggota DPR Papua.
Sementara itu, Timotius Murib, Ketua Majelis Rakyat Papua (MRP) mengatakan, Pansus Sipol MRP telah memiliki rencana untuk menyelidiki serangan 2 dan 3 Desember yang diklaim dilakukan oleh Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) dan juga laporan gereja yang menyebutkan 4 warga sipil tewas selama evakuasi.
"Karena MRP ini adalah badan perwakilan untuk orang asli Papua, kami tidak melihat kasus Nduga sebagai masalah terpisah, tetapi bagian dari apa yang telah terjadi sejauh ini di Papua," ujar Timotius.
Pada hari Senin (10/12/2018), Samuel Tabuni seorang tokoh muda Papua mengatakan, pasukan keamanan menembak mati empat warga sipil antara tanggal 3 -5 Desember, termasuk setidaknya satu pendeta, saat tim evakuasi yang terdiri dari TNI dan Polri berusaha untuk mengambil jasad para pekerja yang dibunuh oleh kelompok bersenjata di distrik Mbua, Yall dan Yigi di Kabupaten Nduga. Semua informasi ini dia dapatkan dari keluarganya.
"Dua tewas di Mbua dan dua di Yigi. Satu orang yang terbunuh di Mbua adalah paman saya. Namanya Yulianus Tabuni," kata Samuel.
"Paman saya adalah anggota majelis di Mbua. Dia bukan anggota TPNPB," sambungnya.
Baca Juga: 4 Langkah Mendagri Cegah Jual Beli E-KTP
Berita Terkait
-
Polisi Tangkap 96 Rakyat Papua yang Aksi Rayakan Hari HAM Sedunia
-
Wiranto Sebut Papua Masuk Indeks Kerawanan Pemilu
-
Danrem 172/PWY: Jangan Sampai Kelompok Anti NKRI Mempengaruhi Masyarakat
-
Seorang Majelis Gereja Tewas Saat Evakuasi Korban Penembakan di Nduga
-
Insiden Penembakan di Trans Papua, Ratusan Warga Nduga Mengungsi ke Hutan
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- 30 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 September: Raih Hadiah Prime Icon, Skill Boost dan Gems Gratis
Pilihan
-
Pertamax Tetap, Daftar Harga BBM yang Naik Mulai 1 Oktober
-
Lowongan Kerja PLN untuk Lulusan D3 hingga S2, Cek Cara Daftarnya
-
Here We Go! Jelang Lawan Timnas Indonesia: Arab Saudi Krisis, Irak Limbung
-
Berharap Pada Indra Sjafri: Modal Rekor 59% Kemenangan di Ajang Internasional
-
Penyumbang 30 Juta Ton Emisi Karbon, Bisakah Sepak Bola Jadi Penyelamat Bumi?
Terkini
-
Kronologi Cucu Mahfud MD Keracunan MBG hingga Dirawat 4 Hari di RS: Ini Menyangkut Nyawa!
-
Parah! Bikin Siswa SDN 01 Pasar Rebo Keracunan Massal, Menu MBG Ternyata Bau dan Berlendir!
-
Dua Cucu Mahfud MD Tumbang Keracunan MBG, Satu Dilarikan ke RS 4 Hari
-
Bobby Nasution Viral Suruh Truk Aceh Ganti Pelat BK, DPR Minta Pemerintah Pusat Turun Tangan
-
"Mundur Kebangetan!" Sejarawan Geram Pemerintah Paksakan Narasi Tunggal G30S/PKI
-
Cerita Lengkap Cucu Mahfud MD Jadi Korban Keracunan MBG
-
Kronologi Berdarah Polisi Bacok Polisi di Kelab Malam: Aipda S dan Bripka I Adu Bacot saat Teler!
-
Sudah Ditangkap? Misteri Hilangnya Nama Gembong Narkoba Fredy Pratama dari Situs Interpol
-
MBG di SDN 01 Pasar Rebo Disetop Imbas Keracunan Massal, Sampel Muntahan Siswa Diteliti Puskesmas
-
Miris! Polisi Bacok Polisi di Tempat Hiburan Malam, Propam Polda Gorontalo Ancam Sanksi Berat