Suara.com - Para pegiat Hak Asasi Manusia (HAM) memilih untuk golput atau tidak memilih Capres dan Cawapres di Pemilu 2019 pada 17 April mendatang. Mereka menilai tidak ada capres dan cawapres yang berkomitmen untuk mengungkap kasus pelanggaran HAM di masa lalu.
Inisiator Aksi Diam Hitam Kamisan, Maria Katarina Sumarsih memastikan akan golput atau golongan putih di Pilpres 2019. Sumarsih merupakan ibu dari Bernardus Realino Norma Irmawan (Wawan), mahasiswa Fakultas Ekonomi Unika Atma Jaya Jakarta yang tertembak dalam demonstrasi 1998.
"Golput itu justru pilihan yang cerdas dan bijak, rakyat itu baik, disuruh ngapain saja mau, golput itu pendidikan untuk penguasa, karena setiap pemilu yang ada hanya politisi yang semakin tidak berkualitas," kata Sumarsih dalam diskusi publik 12 Tahun Aksi Kamisan di Gedung Joeang, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (16/1/2019).
Menurut Sumarsih, kedua capres-cawapres tidak ada keinginan untuk menyelesaikan kasus HAM yang menjadi hak paling tinggi bagi manusia, keduanya tidak pantas untuk dipilih.
Di tempat yang sama, Direktur LSM Lokataru Indonesia Haris Azhar menyatakan golput adalah bentuk kritik keras terhadap penyelenggaraan pemilihan umum di Indonesia.
"Saya sih bakal golput, tidak memilih dua-duanya, nanti jika tetap ada presiden ya iya, tapi kalau makin signifikan jumlah golput, artinya itu penanda bagi penguasa, bahwa mereka jangan jemawa jadi penguasa, artinya mereka gagal menarik orang untuk memilih mereka," kata Haris.
Para pegiat HAM ini menilai kedua capres baik Joko Widodo Jokowi dan Prabowo Subianto terlibat dalam isu pelanggaran HAM. Jokowi dinilai melindungi pelanggar HAM di dalam Kabinet Kerja, sementara Prabowo diduga terlibat dalam penculikan aktivis 1998.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Tak Ada Tawar Menawar! Analis Sebut Reformasi Polri Mustahil Tanpa Ganti Kapolri
-
Menjelajahi Jantung Maluku: "Buru Expedition" Wanadri Ungkap Kekayaan Tersembunyi Pulau Buru
-
Polemik Ijazah Gibran Tak Substansial tapi Jadi Gaduh Politik
-
Klarifikasi Ijazah Gibran Penting agar Tidak Ulangi Kasus Jokowi
-
Menkeu Purbaya Ultimatum ke Pengelolaan Program Makan Gratis: Nggak Jalan, Kita Ambil Duitnya!
-
Eks Kapolri Tegaskan Polri di Bawah Presiden: Perspektif Historis dan Konstitusional
-
J Trust Bank Desak Crowde Lebih Kooperatif dan Selesaikan Kewajiban
-
KPK: Penyidikan Korupsi Haji Tidak Mengarah ke PBNU
-
Ancol Rencanakan Reklamasi 65 Hektare, Pastikan Tak Gunakan Dana APBD
-
Dirut PAM Jaya Jamin Investor Tak Bisa Paksa Naikkan Tarif Air Pasca-IPO