Suara.com - Beberapa hari terakhir, khalayak ramai dihebohkan dengan beredarnya tabloid Indonesia Barokah di sejumlah daerah di Indonesia. Tabloid kontroversi itu dinilai memiliki banyak kesamaan dengan tabloid Obor Rakyat yang juga sempat heboh pada 2014 lalu.
Direktur Eksekutif Infonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo mengatakan, ada beberapa kesamaan dari tabloid Indonesia Barokah dengan tabloid Obor Rakyat. Salah satunya adalah kedua tabloid kontroversial ini terbit di detik-detik akhir jelang pemilihan presiden atau pilpres untuk menyudutkan salah satu pasangan capres-cawapres.
"Kalau menurut saya ada kesamaan, momentumnya kalau Obor Rakyat sekitar sebulan sebelum Pilpres 2014. Kalau ini kurang dari 80 hari Pilpres 2019 muncuk tabloid Indonesian Barokah," kata Karyono dalam diskusi publik 'Tabloid Indonesia Barokah: Karya Jurnalistik atau Kumpulan Opini?' di Hotel Menara Peninsula, Jakarta Pusat, Rabu (30/1/2019).
Selain itu, kedua media juga memiliki kesamaan yakni sama-sama merupakan media propaganda yang didesain untuk kepentingan kontestasi elektoral. Dari sisi materi, berita yang disajikan oleh kedua tabloid itu dinilai tidak memenuhi kaidah jurnalistik.
"Mereka merupakan media framing. Tidak ada cover both side, tidak ada wawancara yang berimbang. Sehingga antara tabloid Indonesia Barokah dengan Obor Rakyat memiliki kesamaan," ungkap Karyono.
Meski demikian, Karyono juga melihat ada beberapa perbedaan yang tampak dari kedua tabloid kontroversial ini. Salah satunya adalah isi narasi tabloid Obor Rakyat dinilai lebih 'seram' dan berani dibandingkan dengan tabloid Indonesia Barokah.
Sementara untuk tabloid Indonesia Barokah dinilai masih menggunakan kalimat yang santun dan tidak cenderung menyerang tanpa data yang berujung fitnah seperti yang ada dalam tabloid Obor Rakyat.
"Dibandingkan dengan Indonesia Barokah, masih serem Obor Rakyat. Dari segi cover saja Obor Rakyat mengandung unsur pelecehan yang datanya sulit diverifikasi," pungkas Karyono.
Baca Juga: Sempat Punya Berat Badan 29 Kg, Pria Ini Sekarang Jadi Jawara Angkat Besi
Berita Terkait
-
Habis Tabloid Indonesia Barokah Terbitlah Tabloid Pembawa Pesan
-
Kala Utang Pemerintah dan Nilai Tukar Rupiah Jadi Gorengan Politik
-
Bawaslu Meminta PT POS Tolak Pengiriman Tabloid Indonesia Barokah
-
Polisi Jaga Ribuan Eksemplar Tabloid Indonesia Barokah di Kantor Pos
-
Dewan Pers Sebut Tabloid Indonesia Barokah Bukan Produk Jurnalistik
Terpopuler
- Berapa Tarif Hotman Paris yang Jadi Pengacara Nadiem Makarim?
- Upgrade Karyamu! Trik Cepat Bikin Plat Nama 3D Realistis di Foto Miniatur AI
- Jangan Ketinggalan Tren! Begini Cara Cepat Ubah Foto Jadi Miniatur AI yang Lagi Viral
- Pelatih Irak Soroti Kerugian Timnas Indonesia Jelang Kualifikasi Piala Dunia 2026
- 6 Cara Buat Foto Miniatur Motor dan Mobil Ala BANDAI dengan AI yang Viral di Medsos!
Pilihan
-
Isu PHK Massal Gudang Garam: Laba Perusahaan Anjlok Parah, Jumlah Karyawan Menyusut?
-
Isu PHK Massal Gudang Garam: Laba Perusahaan Anjlok Parah, Jumlah Karyawan Menyusut?
-
8 Rekomendasi HP Rp 2 Jutaan Terbaik September 2025, Baterai Awet Kamera Bening
-
Harga Emas Naik Terus! Emas Antam, Galeri24 dan UBS Kompak di Atas 2 Juta!
-
Tutorial Dapat Phoenix dari Enchanted Chest di Grow a Garden Roblox
Terkini
-
Skandal Korupsi Haji, KPK Bongkar Proses Pencairan Dana Jemaah 2024
-
Aktor Preman Pensiun 'Encuy' Ditemukan Meninggal Dunia, Polisi Selidiki Dugaan Bunuh Diri
-
Soal 17+8 Tuntutan Rakyat, Fathian: Lawan Monster Ungu Hanya Bisa dengan Bersatu
-
Geger Isu Prabowo Diisolasi Saat Demo Memanas, Nama Teddy Terseret dalam Pusaran Curiga Netizen
-
Belasan Pemuda Hendak Lempar Batu ke Gedung DPRD Blora, Sambo yang Pertama Ketangkap
-
Viral Pengusaha Dubai Ajak "Crazy Rich" Ahmad Sahroni Pindah: Sindiran Pedas untuk Indonesia?
-
Menhut Raja Juli Klaim Tak Kenal Azis Wellang, Greenpeace: Tidak Cukup untuk Menutup Persoalan Ini
-
Rocky Gerung Singgung Skenario Pengganti Gibran: Semua Tergantung PDIP
-
Keluarga Ungkap Penyebab Icang Korban Congkel Mata di Bogor Meninggal Dunia
-
Pengamat Sarankan Prabowo Kumpulkan Menteri Pasca Kericuhan: Evaluasi Loyalitas, Jangan ABS