Suara.com - Hasil hitung cepat yang memenangkan pasangan calon nomor urut 1 Joko Widodo alias Jokowi dan Maruf Amin atas Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno mendapat sorotan dari sejumlah media asing.
Salah satunya Bloomberg. Mereka menyoroti tujuh lembaga survei memenangkan Jokowi dalam Quick Count dengan selisih 7 persen dari Prabowo dari 95 persen suara yang masuk.
Perbedaan sikap Jokowi dan Prabowo Subianto ketika merespons hasil hitung cepat 7 lembaga survei tersebut juga tak luput dari sorotan Bloomberg.
Meski menang versi hitung cepat, Jokowi tidak mendeklarasikan kemenangan. Dia malah ingin menunggu hasil perhitungan resmi versi Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Sementara, Prabowo Subianto mengisyaratkan bakal menentang hasil hitung cepat tersebut, meski mengklaim kemenangannya dalam Pilpres 2019.
"Mari kembali bersatu sebagai saudara dan rakyat setelah pemilihan dalam persatuan dan persaudaraan," kata Jokowi seperti dikutip SUARA.com dari Bloomberg, Kamis (18/4/2019).
Bloomber juga menyoroti isyarat ancaman kalibut setelah Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Namun, media tersebut juga mengutip jaminan Prabowo Subianto bahkan pihaknya tidak akan merusuh usai pencoblosan.
"Jika ada kekacauan atau tidak, itu tidak akan datang dari kami, saya jamin. Tapi, kami tidak ingin ditipu lagi. Orang Indonesia tidak akan ditipu lagi," ujar Prabowo Subianto usai memberikan hak suara seperti dikutip Bloomberg.
Bloomberg menyoroti pertumbuhan kaum konservatif di Indonesia yang diawali oleh dukungan Prabowo Subianto untuk pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno dalam pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta.
Baca Juga: Andi Arief Tuding Wiranto Bikin Makin Panas karena Sebut Jokowi Menang
Menurut Bloomberg, pemilihan itu memicu perpecahan di Ibu Kota. Disoroti pula, aksi protes untuk menggulingkan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang saat itu berkuasa di Jakarta.
Bloomberg melihat aksi massa tersebut menguntungkan Prabowo Subianto ketika hendak mencalonkan diri sebagai presiden di Pilpres 2019.
Peristiwa itu memastikan pemilihan presiden akan dilatarbelakangi oleh meningkatnya pengaruh Islam konservatif. Bagi banyak pengamat, kerusuhan dua tahun lalu mendorong Jokowi memilih seorang ulama terkemuka, Maruf Amin sebagai pasangannya.
Peneliti International Institute for Strategic Studies, Aaron Connolly, membandingkan Pilpres 2019 dengan Pilpres 2014. Menurut Connolly, Pilpres 2019 lebih kental politik identitas ketimbang 2014.
"Pilpres 2019 ini lebih banyak mengedepankan politik identitas ketimbang Pilpres 2014," kata Aaron Connolly, peneliti yang berbasis di Singapura tersebut seperti dikutip Bloomberg.
Connolly mengatakan, "Jokowi telah berusaha untuk mengkooptasi sejumlah konservatif Islam." Menurut dia, pemilihan Maruf Amin memang dirancang untuk menggaet kaum muslim yang mungkin merasa tidak nyaman memberikan suara untuk Jokowi.
Berita Terkait
-
Dinyatakan Menang Quick Count, Jokowi Langsung Rapat dengan Menteri
-
Cegukan Nggak Putus-Putus Kayak Sandiaga Uno? Yuk Intip Cara Mengatasinya
-
Kalah di Pakistan, Jokowi - Ma'ruf Amin Berjaya di Korea Utara
-
Hasil Pilpres 2019: Prabowo Unggul Telak Atas Jokowi di Islamabad, Pakistan
-
Metro TV Dituding 'Akali' Quick Count Prabowo, Ini Klarifikasi Presenter
Terpopuler
- Cara Edit Foto Pernikahan Pakai Gemini AI agar Terlihat Natural, Lengkap dengan Prompt
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Anak Jusuf Hamka Diperiksa Kejagung Terkait Dugaan Korupsi Tol, Ada Apa dengan Proyek Cawang-Pluit?
- Dedi Mulyadi 'Sentil' Tata Kota Karawang: Interchange Kumuh Jadi Sorotan
- Ditunjuk Jadi Ahli, Roy Suryo Siapkan Data Akun Fufufafa Dukung Pemakzulan Gibran
Pilihan
-
Media Belanda Julid ke Eliano Reijnders yang Gabung Persib: Penghangat Bangku Cadangan, Gagal
-
Sudah di Indonesia, Jebolan Ajax Amsterdam Hilang dari Skuad
-
Harga Emas Antam Tembus Paling Mahal Hari Ini, Jadi Rp 2.115.000 per Gram
-
Ustaz Khalid Basalamah Terseret Korupsi Kuota Haji: Uang yang Dikembalikan Sitaan atau Sukarela?
-
Belajar dari Cinta Kuya: 5 Cara Atasi Anxiety Attack Saat Dunia Terasa Runtuh
Terkini
-
Lingkaran Korupsi Hutan Mengarah ke Petinggi? Anak Buah Menhut Raja Juli Diperiksa KPK!
-
Ojol Demo di Jakarta Hari Ini, Pramono: Pasti Aman
-
Tol Fatmawati Gratis Bikin Macet Hilang? Ini Kata Gubernur Pramono
-
Istana Masih Teka-teki, Menakar Peluang Mahfud MD Kembali ke Kursi Panas Menko Polkam
-
Zulhas Dorong Pesantren Dirikan Koperasi Desa, Jadikan Pusat Ekonomi Umat
-
Geger Korupsi Haji Seret Kader PBNU, KH Marzuki Mustamar: KPK Angkut Saja Siapapun yang Salah!
-
Gebrakan Gubernur Papua Tengah: Gratiskan Sekolah untuk 24.481 Siswa, Beasiswa Kuliah Disiapkan
-
5 Fakta Demo Akbar 5.000 Ojol Hari Ini: Kepung Istana hingga DPR, Jakarta Waspada Macet!
-
Usai Video Perpisahan Penuh Haru Viral, Jabatan Kepsek SMP N 1 Prabumulih Dikembalikan
-
Iklan Pemerintah di Bioskop: Antara Transparansi dan Propaganda