Suara.com - Sebanyak 151 korban bentrokan massa dengan aparat keamanan di Jalan MH Thamrin hingga kini mendapat perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan Jakarta.
Dari total tersebut, tercatat dua korban bentrok dibawa ke RSUD Tarakan Jakarta dengan menggunakan mobil ambulans salah satu partai politik untuk mendapatkan penanganan pada Rabu (22/5/2019).
Petugas medis sudah bersiaga di instalasi gawat darurat (IGD) untuk segera memberikan penanganan begitu pasien tiba di RS tersebut.
Data para pasien korban bentrok yang ditangani RSUD Tarakan Jakarta dicatat di papan pengumuman yang ditempatkan di depan ruang instalasi gawat darurat (IGD).
Dari informasi yang dihimpun, korban terkena gas air mata saat bentrok di sekitar Kantor Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI Jakarta.
"Kena gas air mata. (Bentrok) di Bawaslu," kata salah satu pengantar korban yang enggan menyebutkan namanya kepada Antara.
Sampai saat ini, korban bentrok antara massa dengan aparat keamanan di sekitar Tanah Abang, Jalan Thamrin dan Petamburan, Jakarta Pusat, masih berdatangan ke RSUD Tarakan.
Sebelumnya, Kepala Bagian Umum dan Pemasaran RSUD Tarakan Reggy S Sobari mengatakan korban bentrok antara massa dengan aparat keamanan di sekitar Tanah Abang, Jalan Thamrin dan Petamburan, Jakarta Pusat, beberapa mengalami luka akibat peluru karet.
Baca Juga: Kominfo Batasi Medsos, BPN Prabowo: Rezim Jokowi Panik
"Ada beberapa korban yang membawa peluru karet itu saat dibawa ke RSUD Tarakan. Ada beberapa yang kami bantu mengeluarkan peluru karet itu dari tubuhnya," ungkapnya.
Reggy mengatakan tidak ada korban yang terluka akibat peluru tajam. Beberapa korban yang sudah diperbolehkan pulang malah meminta proyektil peluru karet yang mengenai tubuhnya untuk dibawa.
Ketika ditanya apakah penyebab dua korban meninggal di RSUD Tarakan, Reggy tidak bisa memastikan karena keluarga menolak untuk dilakukan autopsi. Penyebab kematian sebenarnya bisa diketahui dari autopsi.
"Korban meninggal mengalami luka berupa lubang berbentuk bulat. Apakah luka itu yang menyebabkan meninggal, kami tidak bisa memastikan," ujar Reggy. (Antara)
Berita Terkait
-
Kominfo Batasi Medsos, BPN Prabowo: Rezim Jokowi Panik
-
Polisi Bersenjata Laras Panjang Mulai Tembaki ke Arah Atas Perusuh Bawaslu
-
Polisi Terus Berusaha Pukul Mundur Demonstran di Slipi
-
Pendemo 22 Mei Tak Mau Bubar, Prajurit Marinir Dikerahkan di Jembatan Slipi
-
Korban Kerusuhan Bawaslu: 20 Orang Dibawa ke RS, 1 Hilang Kesadaran
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Saham Entitas Grup Astra Anjlok 5,87% Sepekan, Terseret Sentimen Penutupan Tambang Emas Martabe
-
Pemerintah Naikkan Rentang Alpha Penentuan UMP Jadi 0,5 hingga 0,9, Ini Alasannya
-
Prabowo Perintahkan Tanam Sawit di Papua, Ini Penjelasan Bahlil
-
Peresmian Proyek RDMP Kilang Balikpapan Ditunda, Bahlil Beri Penjelasan
-
Resmi Melantai di Bursa, Saham Superbank Melambung Tinggi
Terkini
-
Cerita Polisi Bongkar Kedok Klinik Aborsi di Apartemen Basura Jaktim, Janin Dibuang di Wastafel
-
Telepon Terakhir Anak 9 Tahun: Apa Pemicu Pembunuhan Sadis di Rumah Mewah Cilegon?
-
Pramono Sebut UMP Jakarta 2026 Naik, Janji Jadi Juri Adil Bagi Buruh dan Pengusaha
-
Polda Metro Bongkar Bisnis Aborsi Ilegal Modus Klinik Online: Layani 361 Pasien, Omzet Rp2,6 Miliar
-
Beda dengan SBY saat Tsunami Aceh, Butuh Nyali Besar Presiden Tetapkan Status Bencana Nasional
-
Kronologi Pembunuhan Bocah 9 Tahun di Cilegon, Telepon Panik Jadi Awal Tragedi Maut
-
Gubernur Bobby Nasution Serahkan Bantuan KORPRI Sumut Rp2 Miliar untuk Korban Bencana
-
Gubernur Bobby Nasution Siapkan Lahan Pembangunan 1.000 Rumah untuk Korban Bencana
-
Misteri Kematian Bocah 9 Tahun di Cilegon, Polisi Periksa Maraton 8 Saksi
-
Rencana Sawit di Papua Dikritik, Prabowo Dinilai Siapkan Bencana Ekologis Baru