Suara.com - Pendiri sekaligus deklarator Partai Demokrat Hengky Luntungan menilai, Susilo Bambang Yudhoyono telah membawa partai berlambang bintang Mercy itu ke praktik politik dinasti.
Karenanya, Hengku melalui DPP Forum Komunikasi dan Deklarator Partai Demokrat meminta pelaksanaan kongres dipercepat pada September 2019.
Ia mengatakan, SBY melanggar sejumlah pasal AD/ART yang dibuat pada Kongres Bali 2013 dan Kongres Surabaya 2010.
SBY, kata dia, juga telah membuat seolah-olah Partai Demokrat besar karena sosoknya sendiri dan menisbikan peran pendiri serta deklarator partai.
"Sehingga Bapak SBY mencoba menjadikan Partai Demokrat menjadi partai tokoh dan dirinya menjadi tokoh Partai Demokrat sebagai pemilik partai demokrat," kata Hengky di kawasan TB Simatupang, Jakarta Selatan, Selasa (2/7/2019)
"SBY juga menganut sistem partai dinasati yang sering melakukan manajemen konflik di internal dengan menyingkirkan pejuang partai. Padahal, para pejuang partai telah berjasa saat berdirinya Demokrat,” tukasnya lagi.
Hengky sebagai pendiri Demokrat menjelaskan, SBY baru masuk menjadi kader tahun 2003 atau 2 tahun setelah organisasi politik itu didirikan tahun 2001.
"Sehingga partai ini sengaja digiring seolah-olah didirikan oleh keluarga Cikeas. Saya pelaku sejarah, tidak hanya pendiri, saya juga mendaftarkan partai dan membuat AD/ART partai," ujarnya.
Alasan lainnya DPP Forum Komunikasi Pendiri dan Deklarator Partai Demokrat meminta kongres dipercepat pada September tahun ini karena menilai SBY telah gagal membesarkan partai. Itu ditunjukkan dengan perolehan suara yang merosot setiap pemilu.
Baca Juga: Jadi Wapres Dua Kali, JK Ungkap Perbedaan Kerja dengan Jokowi dan SBY
Hengky menjelaskan, tahun 2014 Demokrat memperoleh suara sebanyak 10,19 persen suara. Sementara Pemilu 2009, Demokrat meraup 20,40 persen suara pemilih.
”Dengan demikian, persentase perolehan suara partai merosot hingga 50 persen. Sementara Pemilu 2019 hanya memeroleh 7,7 persen suara pemilih. Ketua Umum saat ini, SBY, gagal,” tegasnya.
Berita Terkait
-
Jadi Wapres Dua Kali, JK Ungkap Perbedaan Kerja dengan Jokowi dan SBY
-
Politikus Demokrat: Kunjungan Cak Imin Bisa Membuat SBY Sedikit Tersenyum
-
Minta Pendukung Tak Benci, Demokrat: Politik Berlabuh di Kepentingan Berada
-
Kisruh Ucapan Selamat Budaya Barat, Sandiaga Sindir Sikap Megawati ke SBY
-
Membaiknya Hubungan SBY-Mega, Bikin Demokrat Pede Bisa Gabung ke Jokowi
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- 9 Mobil Bekas dengan Rem Paling Pakem untuk Keamanan Pengguna Harian
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
Pilihan
-
Pabrik Toba Pulp Lestari Tutup Operasional dan Reaksi Keras Luhut Binsar Pandjaitan
-
Kuota Pemasangan PLTS Atap 2026 Dibuka, Ini Ketentuan yang Harus Diketahui!
-
Statistik Suram Elkan Baggott Sepanjang 2025, Cuma Main 360 Menit
-
Pengguna PLTS Atap Meningkat 18 Kali Lipat, PLN Buka Kouta Baru untuk 2026
-
Bank Dunia Ingatkan Menkeu Purbaya: Defisit 2027 Nyaris Sentuh Batas Bahaya 3%
Terkini
-
Viral Video Main Golf di Tengah Bencana Sumatra, Kepala BGN Dadan Hindayana Buka Suara
-
Megawati: Kalau Diam Saya Manis, Tapi Kalau Urusan Partai Saya Laki-laki!
-
Amankan Nataru, Satpol PP DKI Sebar 4.296 Personel
-
Kemenkes Waspadai Leptospirosis Pascabanjir, Gejalanya Mirip Demam Biasa tapi Bisa Mematikan
-
Said Didu Bongkar 5 Kedaulatan RI yang 'Dirampas' Jokowi demi Oligarki Selama Satu Dekade
-
Dulu Besi Tangganya Dicuri, Kini Kabel CCTV JPO Daan Mogot Ditemukan Putus
-
Kemendagri Monitor Pengiriman Bantuan 101.000 Lembar Pakaian untuk Korban Bencana di Aceh
-
Banjir Sumatra Picu Risiko Penyakit Menular, Kemenkes Dorong Imunisasi Darurat
-
OTT 9 Orang Termasuk Jaksa di Banten, KPK Juga Amankan Uang Rp 900 Juta
-
Noel Siap Jalani Sidang Kasus K3, Penampilan Peci dan Sorban Jadi Sorotan