Suara.com - Sekretaris Jenderal Federasi KontraS Andy Irfan mendesak pemerintah menarik personel gabungan TNI-Polri dari Papua dan Papua Barat. Irfan menilai seharusnya pemerintah melakukan upaya dialogis dengan mengedepankan HAM dalam penyelesaian konflik yang terjadi di tanah Papua.
"Kami mendesak agar seluruh personel BKO dari Polri dan Polri yang dikerahkan ke Papua harus segera ditarik mundur," kata Irfan lewat keterangan tertulis yang diterima Suara.com, Rabu (4/9/2019).
Menurut Irfan, pengerahan ribuan personel TNI-Polri ke Papua dan Papua Barat menunjukkan bahwa pendekatan keamanan masih menjadi prioritas dalam skema penanganan konflik di tanah Papua yang dilakukan oleh pemerintah. Hal itu pun dinilai tidak lain daripada bentuk intimidasi terhadap masyarakat Papua.
"Pengiriman ribuan personel keamanan seolah merupakan bentuk intimidasi kepada seluruh rakyat Papua," ujarnya.
Irfan lantas menilai sudah semestinya kekinian pemerintah lebih mengedepankan upaya dialogis dengan mengedepankan HAM dalam menyelesaikan konflik Papua.
"Upaya pemulihan keadaan di Papua harus dilakukan sepenuhnya melalui penegakan hukum yang akuntabel, dialog perdamaian berbasis HAM dan penguatan kualitas layanan publik," kata dia.
Sebelumnya, Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian mengatakan setidaknya ada 6.000 personel gabungan TNI-Polri yang telah dikerahkan untuk mengamankan Papua dan Papua Barat. Tito bahkan mengaku bersama Hadi telah berkomitmen untuk menambah pasukan bila dibutuhkan.
"Saya dengan Pak Panglima (Marsekal TNI Hadi Tjahjanto) sudah komitmen, kurang akan tambah lagi sampai situasi aman," kata Tito usai menghadiri acara HUT ke-71 Polwan di Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Minggu (1/9/2019).
Kekinian, Kapolri dan Panglima TNI pun tengah berkantor di Papua sejak Senin (2/9) lalu. Mereka berkantor di Papua guna mengendalikan situasi keamanan dan bertemu sejumlah tokoh penting dalam upaya mengkondusifkan situasi.
Baca Juga: Polisi Klaim Blokir Internet di Sebagian Besar Papua Sudah Dicabut
Berita Terkait
-
PBB: Blokir Internet di Papua Langgar Hak atas Kebebasan Berpendapat
-
Kominfo Akui Sudah Mulai Cabut Blokir Internet di Papua
-
Polisi Klaim Blokir Internet di Sebagian Besar Papua Sudah Dicabut
-
Komisi Tinggi HAM PBB: Pulihkan Internet untuk Rakyat Papua
-
Kepala Komisi Tinggi HAM PBB: Saya Terganggu dengan Kekerasan di Papua
Terpopuler
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
- Kompetisi Menulis dari AXIS Belum Usai, Gemakan #SuaraParaJuara dan Dapatkan Hadiah
- Ini 5 Shio Paling Beruntung di Bulan Oktober 2025, Kamu Termasuk?
- Rumah Tangga Deddy Corbuzier dan Sabrina Diisukan Retak, Dulu Pacaran Diam-Diam Tanpa Restu Orangtua
Pilihan
-
Dean James Cetak Rekor di Liga Europa, Satu-satunya Pemain Indonesia yang Bisa
-
Musim Hujan Tiba Lebih Awal, BMKG Ungkap Transisi Musim Indonesia Oktober 2025-2026
-
Bahlil Vs Purbaya soal Data Subsidi LPG 3 Kg, Pernah Disinggung Sri Mulyani
-
3 Rekomendasi HP 1 Jutaan Baterai Besar Terbaru, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Menkeu Purbaya Pernah Minta Pertamina Bikin 7 Kilang Baru, Bukan Justru Dibakar
Terkini
-
BRI Catat Serapan FLPP Tertinggi, Menteri PKP Apresiasi Dukungan untuk Rumah Subsidi
-
Kepala BGN: Dampak Program MBG Nyata, Tapi Tak Bisa Dilihat Instan
-
Musim Hujan Tiba Lebih Awal, BMKG Ungkap Transisi Musim Indonesia Oktober 2025-2026
-
Rocky Gerung: Program Makan Bergizi Gratis Berubah Jadi Racun karena Korupsi
-
Keputusan 731/2025 Dibatalkan, PKB: KPU Over Klasifikasi Dokumen Capres
-
Bantah Makam Arya Daru Diacak-acak Orang Tak Dikenal, Polisi: Itu Amblas Faktor Alam!
-
Menkes Budi Tegaskan Peran Kemenkes Awasi Keamanan Program Makan Bergizi Gratis
-
Terungkap! Ini Rincian 'Tarif Sunat' Dana Hibah yang Bikin Eks Ketua DPRD Jatim Kusnadi Kaya
-
Demi Buktikan Bukan Pembunuhan, Polisi akan 'Buka-bukaan' 20 CCTV ke Keluarga Arya Daru
-
'Mari Bergandeng Tangan': Disahkan Negara, Mardiono Serukan 'Gencatan Senjata' di PPP