Suara.com - Lembaga Survei Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI) melakukan survei terhadap isu demonstrasi mahasiswa dan pelajar, respons publik terhadap revisi UU KPK serta RUU lainnya, hingga kepuasan serta kenyamanan terhadap kepemimpinan Presiden Jokowi.
Hasilnya, sebanyak 77 persen responden setuju terhadap pergerakan mahasiswa saat aksi di Gedung DPR RI pada 23 dan 25 September 2019.
Direktur Eksekutif KedaiKOPI Kunto Adi Wibowo mengungkapkan, 10,7 persen responden lainnya ragu-ragu dan 12.3 persen tidak setuju.
“Tapi respons berbeda diberikan responden kepada aksi pelajar STM di DPR. Responden yang setuju ada 27,1 persen, ragu-ragu 18,8 persen, sementara 54,1 persen menyatakan tidak setuju,” tambah Kunto.
Selanjutnya, persepsi publik terhadap revisi UU KPK pun beragam. Sebanyak 55,2 persen responden berpendapat revisi UU KPK melemahkan KPK; 33, 1 persen menolak berpendapat; dan, hanya 11,7 persen yang berpendapat revisi UU KPK akan memperkuat KPK.
“Menurut responden, 3 hal yang memperkuat KPK adalah hadirnya Dewan Pengawas, status ASN untuk penyidik dan persetujuan Dewan Pengawas untuk pelaksanaan OTT. Sementara 3 hal yang melemahkan KPK menurut responden adalah juga hadirnya Dewan Pengawas, persetujuan Dewan Pengawas untuk pelaksanaan OTT dan status ASN untuk penyidik,” jelasnya.
Untuk isu RKUHP, sebanyak 59.1 persen responden berpendapat revisi UU KUHP tidak segera disahkan, 11.9 persen berpendapat untuk segera disahkan dan sisanya tidak berpendapat.
Survei ini juga menemukan kepercayaan publik pada beberapa lembaga negara, KPK menempati posisi teratas (4,02) dari 6 lembaga. Di peringkat kedua TNI (3,82), Presiden (3,46), Polri (3,15), Partai Politik (2,51) dan DPR (2,39).
Terakhir, survei ini juga menunjukkan kepuasan dan kenyamanan publik kepada Presiden Jokowi berada pada level di bawah 50 persen. Publik yang mengaku puas 46,5 persen, sementara yang nyaman ada 49,5 persen.
Baca Juga: KCI Bakal Tanggung Semua Biaya Kerusakan Stasiun saat Aksi Mahasiswa
Berita Terkait
-
Jika Temu Jokowi dan BEM Disiarkan TV, Putra Nababan: Kurang Efektif!
-
Gara-gara Tulisan di Poster Aksi, Aktivis FMN Purwokerto Dipersekusi
-
Usai Salat Berjamaah di Dekat DPR, Mahasiswa Bersalaman dengan Polisi
-
Tolak RKUHP dan UU KPK, Mahasiswa Bawa Peti Mati Hitam ke Depan Aparat
-
Video Ambulans Ditembaki Gas Air Mata, Mabes: Ada yang Sengaja Bikin Viral
Terpopuler
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- Gary Neville Akui Salah: Taktik Ruben Amorim di Manchester United Kini Berbuah Manis
- 5 Mobil Bekas 30 Jutaan untuk Harian, Cocok buat Mahasiswa dan Keluarga Baru
- Belanja Mainan Hemat! Diskon 90% di Kidz Station Kraziest Sale, Bayar Pakai BRI Makin Untung
Pilihan
-
Heboh di Palembang! Fenomena Fotografer Jalanan Viral Usai Cerita Istri Difoto Tanpa Izin
-
Tak Mau Ceplas-ceplos Lagi! Menkeu Purbaya: Nanti Saya Dimarahin!
-
H-6 Kick Off: Ini Jadwal Lengkap Timnas Indonesia di Piala Dunia U-17 2025
-
Harga Emas Hari Ini Turun: Antam Belum Tersedia, Galeri 24 dan UBS Anjlok!
-
5 Fakta Wakil Ketua DPRD OKU Parwanto: Kader Gerindra, Tersangka KPK dan Punya Utang Rp1,5 Miliar
Terkini
-
Narkoba Rp29 Triliun Dibakar, Aset Bandar Rp241 Miliar Dipamerkan di Depan Prabowo
-
Transportasi Jakarta Makin Nyaman, Pramono Resmikan Layanan Kesehatan di Stasiun MRT
-
Gaya Koboi Bikin Gibran-KDM Keok, PAN Sulit Gaet Purbaya usai Masuk Bursa Cawapres, Mengapa?
-
Patut Diacungi Jempol, Perempuan Ini Berani Tegur Oknum Polisi Usai Jadi Korban Catcalling
-
Nasib Sahroni-Nafa Urbach hingga Uya Kuya di Ujung Tanduk, MKD DPR Resmi Gelar Sidang
-
Blak-blakan Prabowo: Ini Tugas Utama yang Saya Berikan ke Kapolri Sejak Hari Pertama!
-
Komisioner KPU Kena Sanksi Jet Pribadi: DPR Turun Tangan, Ini yang akan Dilakukan!
-
Borok 'Wakil Tuhan' Terkuak! 3 Hakim Pemutus Vonis Lepas Korupsi CPO Dituntut 12 Tahun Penjara
-
Bobby Nasution: Intervensi Harga Cabai Merah Semata-mata untuk Kepentingan Masyarakat
-
Mendikdasmen Soroti Fenomena 'Xenomania', Sebut Anak Muda Lebih Bangga Bahasa Asing