Suara.com - Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan, organisasinya mengalami krisis keuangan yang parah. PBB terancam tidak bisa membayar gaji karyawannya untuk bulan November.
Dikutip dari Telegraph pada Rabu (9/10/2019), krisis keuangan yang terjadi di PBB disebabkan oleh keterlambatan kontribusi dari negara-negara anggotanya.
Hal ini disampaikan Antonio Guterres ketika berbicara di depan komite yang mengawasi keuangan PBB.
Guterres mengatakan, saat ini kondisi keuangan sangat minim sehingga debat Majelis Umum PBB bulan lalu hanya mungkin dilakukan karena pemotongan pengeluaran darurat yang dilakukan awal tahun ini.
"Organisasi ini menghadapi krisis keuangan yang parah," kata Guterres pada hari Selasa (8/10/2019).
"Pada akhirnya, implementasi anggaran tidak lagi didorong oleh perencanaan program, tetapi oleh ketersediaan uang. Kami terancam menghabiskan cadangan uang dan memasuki bulan November tanpa uang yang cukup untuk membayar gaji para staf," imbuhnya.
Guterres meminta negara anggota yang belum membayar kontribusi tahun 2019 untuk segera melakukan pembayaran secara cepat. Negara yang dimaksud adalah Amerika Serikat.
Menurut laporan Telegraph, PBB mengandalkan kontribusi tahunan dari negara-negara anggotanya untuk memenuhi biaya operasional.
Pembayaran yang terlambat sering menyebabkan akuntan di New York jadi khawatir menjelang akhir tahun.
Baca Juga: Ditanya Peluang Gibran di Solo, Puan: Enggak Tahu, Daftar Saja Belum
Para pejabat mengatakan kekurangan anggaran tahunan semakin dalam setiap tahun.
Bulan Juni lalu, Guterres memperingatkan bahwa PBB akan menghadapi konsekuensi jangka panjang jika tidak ada tindakan yang diambil untuk mengatasi krisis keuangan ini.
Pada hari Senin, Guterres mengatakan kepada 30.000 staf Sekretariat PBB bahwa organisasi ini mengalami defisit $ 230 juta (Rp 3,2 triliun).
Sekjen PBB memerintahkan para staf untuk membatalkan perjalanan dinas yang tidak penting, menunda pertemuan dan konferensi dalam upaya untuk menghemat anggaran.
Kontribusi untuk PBB dihitung setiap tahun menggunakan formula berdasarkan pada pendapatan nasional bruto setiap negara anggota, beban utang, dan pendapatan per kapita.
Pada 3 Oktober, 128 dari 193 negara anggota PBB telah membayar kontribusinya untuk tahun 2019 secara penuh. Negara yang telah membayar di antaranya Inggris, Cina, Prancis dan Rusia, empat anggota tetap Dewan Keamanan.
Berita Terkait
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Dicopot
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
- Viral Murid SD Kompak Tolak Makan Gratis, Anak-Anak Jujur Masalahnya di Menu?
Pilihan
-
3 Kontroversi Purbaya Yudhi Sadewa di Tengah Jabatan Baru sebagai Menteri
-
Indonesia di Ujung Tanduk, Negara Keturunan Jawa Malah Berpeluang Lolos ke Piala Dunia 2026
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan Memori 256 GB, Terbaru September 2025
-
IHSG Jeblok Hingga 1 Persen di Sesi I Perdagangan Selasa Setelah Sertijab Menteri Keuangan
-
19 Tewas di Aksi Demo Anti Korupsi, Eks Persija Jakarta: Pemerintah Pembunuh!
Terkini
-
Viral! Wanita Ini Syok Isi Celengan Berubah, Uang Ratusan Ribu Mendadak Jadi Recehan
-
Peringatan Ulta Levenia soal Ancaman Intervensi Asing di Indonesia
-
KPK Tahan 3 Tersangka Kasus Suap pada Pengadaan Katalis Pertamina
-
Refly Harun : Gibran Jadi Wapres Setelah SMA di Luar Negeri Adalah Cacat Bawaan
-
Jejak Karier Irjen Asep Edi Suheri yang Dituntut Mundur: Punya Prestasi Mentereng
-
Kaldera Toba Kembali dapat Kartu Hijau UNESCO, Gubernur Bobby Nasution Ajak Terus Jaga Bersama
-
Ngaku Merasa Terhormat Jadi Menteri Keuangan, Kinerja Purbaya Yudhi Sadewa Disorot
-
Pamer ATM Prioritas, Anak Menkeu Purbaya Sebut Ciri Orang Miskin: Rasis & Bermental Pengemis
-
Melawan Kritik dengan Kekuatan Negara? TNI Dikecam Keras Karena Laporkan Ferry Irwandi!
-
Bukan Cuma Tudingan 'Agen CIA'? Ini 4 Fakta Geger Lain dari Anak Menkeu Purbaya Sadewa