Suara.com - Wakil Presiden Ma'ruf Amin setuju dengan langkah Kementerian Agama yang memindahkan materi khilafah dari fiqih ke sejarah agama Islam untuk mata pelajaran di madrasah. Pasalnya, materi khilafah dianggapnya tepat apabila diajarkan sebagai bagian dari sejarah Islam.
Ma'ruf menjelaskan bahwa bahwa khilafah itu memang bagian dari Islam namun bukan berarti Islam itu ialah khilafah. Materi khilafah yang diajarkan kepada siswa itu dinilainya harus proporsional sebagai sistem pemerintahan yang tercantum dalam sejarah Islam.
"Menurut saya khilafah itu direlokasi itu saya kira sudah tepat, dalam sejarah Islam, memang saya sering mengatakan khilafah itu Islami, tapi Islami itu tidak berarti khilafah," kata Ma'ruf di Kantor Wakil Presiden, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Rabu (11/12/2019).
Dia memaparkan bahwa negara-negara berbasis Islam itu memiliki beragam sistem pemerintahan yang berbeda-beda, seperti Arab Saudi yang menggunakan sistem kerajaan, kemudian Qatar yang menggunakan sistem pemerintahan keamiran.
Indonesia, Mesir, Pakistan dan Turki juga menerapkan pemerintahan republik. Dengan begitu, Ma'ruf berharap kalau sistem pemerintahan khilafah juga bisa diterangkan oleh pengajar secara baik kepada pelajar.
"Jadi karena itu membahas soal khilafah harus proporsional," katanya.
Namun Ma'ruf menekankan bahwa materi ajar khilafah itu bukan berarti untuk mengganti pemerintah Indonesia karena sudah ada kesepakatan sebagai negara kesatuan republik Indonesia (NKRI).
"Dan itu sudah tidak bisa diubah, karena itu khilafah tidak cocok, di Saudi juga tidak boleh," ucapnya.
"Maka tepat kalau itu dimasukkan dalam sejarah kebudayaan Islam, islami tapi tidak berarti khilafah," sambungnya.
Baca Juga: Dosen UIN: Guru Agama Islam Harus Paham Khilafah Tak Cocok di Indonesia
Kemudian Ma'ruf juga sempat menilai kalau materi ajar soal jihad harus bisa dijelaskan secara tepat agar tidak meluas pengertiannya.
"Dia berarti perbaikan islahan dalam situasi damai karena itu dalam konteks Indonesia memberi makna jihad harus tepat. Di sini tidak ada perang, di sini negara damai," kata dia.
Kabar tersebut sempat dijelaskan oleh Direktur Kurikulum, Sarana, Kelembagaan dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah, A Umar. Umar menjelaskan bahwa materi khilafah akan dipindahkan dari pelajaran fikih ke pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI). Nantinya khilafah akan diarahkan sebagai wawasan terkait keragaman sistem pemerintahan.
Dia mengatakan pembahasan tentang khilafah di madrasah kini tidak lagi masuk dalam mata pelajaran Fikih tapi SKI. Perubahan tersebut tertuang dalam Keputusan Menteri Agama (KMA) No 183 tahun 2019 tentang Pedoman Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Bahasa Arab di Madrasah serta KMA Nomor184 tahun 2019 tentang Pedoman Implementasi Kurikulum pada Madrasah.
"Pelajaran khilafah diorientasikan untuk memberikan wawasan pengetahuan kepada peserta didik tentang keragaman sistem pemerintahan dalam sejarah Islam hingga era negara bangsa," kata Umar saat dihubungi dari Jakarta, Senin (9/12/2019).
Sebelumnya, pedoman kurikulum madrasah, Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab mengacu pada KMA Nomor 165 Tahun 2014. Menurut dia, sebagai bagian mata pelajaran SKI, khilafah disampaikan dalam konteks lini masa sejarah kebudayaan.
Berita Terkait
-
Wapres Ma'ruf Amin: Pengelolaan Aset Wakaf di Indonesia Belum Produktif
-
Polemik Revisi Materi Ajar, HNW: Kenapa Jihad Bakal Dihapuskan?
-
Materi Khilafah Dipindah ke Pelajaran Sejarah, PBNU Beri Masukan
-
Menag: Pemindahan Materi Khilafah Tak Berkaitan dengan Radikalisme
-
Wapres Maruf: Tindakan Koruptif Pejabat Negara Memprihatinkan
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Murah untuk Aktivitas Harian Pemula, Biaya Operasional Rendah
- 51 Kode Redeem FF Terbaru 8 Desember 2025, Klaim Skin Langka Winterlands dan Snowboard
- Shio Paling Hoki pada 8-14 Desember 2025, Berkah Melimpah di Pekan Kedua!
- 7 Rekomendasi Bedak Padat Anti Dempul, Makeup Auto Flawless dan Anti Cakey
- Sambut HUT BRI, Nikmati Diskon Gadget Baru dan Groceries Hingga Rp1,3 Juta
Pilihan
-
Rekomendasi 7 Laptop Desain Grafis Biar Nugas Lancar Jaya, Anak DKV Wajib Tahu!
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Sentuh Rp70 Ribu
-
Shell hingga Vivo sudah Ajukan Kuota Impor 2026 ke ESDM: Berapa Angkanya?
-
Kekhawatiran Pasokan Rusia dan Surplus Global, Picu Kenaikan Harga Minyak
-
Survei: Kebijakan Menkeu Purbaya Dongkrak Optimisme Konsumen, tapi Frugal Spending Masih Menguat
Terkini
-
Bukan Cuma Bupati Lampung Tengah, OTT KPK Juga Jaring 4 Orang Lainnya
-
Dituding ABS ke Prabowo Soal Listrik Aceh, Bahlil: Itu Laporan Resmi dari PLN
-
Perintah Keras Bahlil ke DPR/DPRD Golkar: Rakyat Kena Bencana, Jangan Cuma Mikirin Program!
-
Bupati Lampung Tengah Kena OTT KPK, Ketum Golkar Bahlil: Saya Belum Dapat Info
-
JK Hingga Jurnalis Korban Pengeroyokan Terima Anugerah Dewan Pers 2025
-
Lilin Nusantara Dukung Langkah Kapolri Usut Penyebab Banjir Sumatra, Ini Alasannya
-
Mobil Tertabrak KRL di Jakarta Utara, KAI Ingatkan Pentingnya Disiplin Berkendara
-
Terungkap! Kompor Diduga Jadi Penyebab Kebakaran Ponpes Almawaddah Ciganjur Jaksel
-
Kejari Bandung Jerat Wakil Wali Kota Erwin Sebagai Tersangka Penyalahgunaan Kewenangan Tahun 2025
-
Sinyal Kuat dari Kremlin: Putin Jawab Langsung Undangan Prabowo, Siap Datang ke Indonesia