Suara.com - Pandemi covid-19 menjadi salah satu bencana yang paling besar sejak bulan-bulan awal tahun 2020. Ratusan ribu nyawa sudah menghilang yang disebabkan oleh virus corona.
Bukan hanya berdampak pada kesehatan, virus corona juga ikut mengguncang dunia.
Banyak negara melakukan pembatasan wilayah atau lockdown untuk menekan penyebaran virus, namun kebijakan tersebut membuat orang tidak bisa bekerja.
Akibatnya, beberapa orang mengalami pemutusan hubungan kerja karena perusahaan tempat ia mencari nafkah hancur. Sebagian lain memiliki pekerjaan dengan gaji yang tidak dibayarkan secara utuh.
Teka-teki mengenai sampai kapan wabah ini akan berakhir juga masih menjadi misteri.
Bahkan mulai muncul slogan 'New Normal' untuk segala lini kehidupan, termasuk ekonomi sebagai akibat dari pandemi Covid-19.
Simon Mair, Peneliti di bidang Ekonomi Ekologis, Pusat Pemahaman Kemakmuran Berkelanjutan, University of Surrey meneliti empat kemungkinan yang terjadi pada dunia setelah pandemi virus corona.
"Dari perspektif ekonomi, ada empat kemungkinan di masa depan: turun ke barbarisme, kapitalisme negara yang kuat, sosialisme negara radikal, dan transformasi menjadi masyarakat besar yang dibangun di atas bantuan bersama."
Hal tersebut tertuang dalam tulisnya dalam artikel berjudul 'What will the world be like after coronavirus? Four possible futures' yang diterbitkan di The Conversation 30 Maret 2020.
Baca Juga: Suasana Lebaran, Yuk Intip 5 Masjid Terindah di Dunia
1. State Capitalism
State capitalism merupakan bentuk yang sudah banyak negara terapkan saat ini, tujuannya adalah untuk mengejar nilai tukar sebagai penopang ekonomi. Sebagai contohnya Inggris, Spanyol dan Denmark.
Negara akan memberikan stimulus Keynesian besar-besaran dengan memberikan kredit dan melakukan pembayaran langsung ke pebisnis. Sehingga kegiatan ekonomi akan tetap berjalan.
Mungkinkah ini skenario yang berhasil? "Mungkin, tetapi hanya jika Covid-19 terbukti dapat dikontrol dalam waktu singkat. Karena lockdown terus menerus harus dihindari untuk mempertahankan fungsi pasar, penularan infeksi masih mungkin berlanjut." tulisnya.
2. Barbarisme
"Ini adalah skenario paling suram. Barbarisme terjadi di masa depan jika kita terus mengandalkan nilai tukar sebagai prinsip panduan kita, namun menolak untuk memberikan dukungan kepada mereka yang dikurung di pasar karena penyakit atau pengangguran. Ini menggambarkan situasi yang belum kita lihat." tulisnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
UPDATE Klasemen SEA Games 2025: Indonesia Selangkah Lagi Kunci Runner-up
-
6 Mobil Bekas Paling Cocok untuk Wanita: Lincah, Irit, dan Punya Bagasi Cukup
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
-
Pabrik Toba Pulp Lestari Tutup Operasional dan Reaksi Keras Luhut Binsar Pandjaitan
Terkini
-
Pramono Anung soal WFA Akhir Tahun: Pelayanan Publik Tetap Jalan, Petugas Frontline Wajib Masuk
-
Tak Cuma Halau Banjir Rob, Pramono Anung Mau Sulap Tanggul Ancol Jadi Spot Wisata Baru
-
SPPG Dorong Efisiensi Produksi Massal dan Perkuat Ekonomi Pangan Lokal
-
Polda Metro Jaya Ungkap Jaringan Uang Palsu USD dan SGD, Ribuan Lembar Disita
-
Pemerintah Bangun SPPG sebagai Dapur Modern untuk Mendukung Program Makan Bergizi Gratis
-
BPOM Ingatkan Risiko Pangan Bermasalah, Ini Tips Aman Memilih Hampers Natal
-
BPOM Ungkap Peredaran Pangan Ilegal dan Kedaluwarsa Jelang Nataru, Nilainya Capai Rp 42 Miliar
-
Golkar Copot Musa Rajeckshah dari Ketua DPD Sumut, Sekjen Bongkar Alasannya
-
OTT KPK di Kalsel, Dua Orang Tiba di Gedung Merah Putih untuk Pemeriksaan Intensif
-
Bupati Bekasi Kena OTT KPK, Berikut 5 Fakta Penting Terkait Penangkapan Ade Kuswara Kunang