Skenario ini bisa terjadi lantaran banyak bisnis gagal dan pekerja kelaparan karena tidak ada mekanisme yang jelas. Rumah sakit tidak didukung dengan tindakan yang jelas hingga kewalahan.
Barbarisme ini bisa terjadi secara tidak sengaja selama pandemi, atau setelah puncak pandemi. Kesalahannya adalah jika pemerintah gagal melangkah dengan cara yang tepat selama pandemi.
Kegagalan ekonomi dan masyarakat yang berkelanjutan akan memicu kerusuhan politik dan sosial, yang menyebabkan runtuhnya sistem kesejahteraan negara dan masyarakat.
3. Negara Sosialis
Negara sosialis bisa terjadi di masa depan pertama dengan perubahan budaya yang menempatkan nilai berbeda di jantung ekonomi. Skenario ini terlihat di beberapa negara seperti Inggris, Spanyol, dan Denmark.
Dalam skenario seperti ini, negara mengambil langkah untuk melindungi bagian-bagian ekonomi yang penting bagi kehidupan, "seperti produksi makanan, energi dan tempat tinggal misalnya, sehingga ketentuan dasar kehidupan tidak lagi sesuai dengan keinginan pasar."
Ekonom Inggris tersebut juga memperingatkan untuk berhati-hati jika skenario ini terjadi. "Ada risiko pada pendekatan ini - kita harus berhati-hati untuk menghindari otoritarianisme." jelasnya.
Namun pendekatan ini yang dinilai paling baik untuk semua negara setelah pandemi, terutama bagi negara yang memiliki sumber daya yang kuat. Negara yang kuat mampu mengerahkan sumber daya untuk melindungi masyarakat.
4. Saling Membantu
Baca Juga: Suasana Lebaran, Yuk Intip 5 Masjid Terindah di Dunia
Prediksi kemungkinan yang terakhir di ekonomi dunia adalah saling membantu. Simon menggambarkan, skenario ini menjadi jalan keluar dari tiga skenario sebelumnya.
"Ini adalah jalan keluar dari barbarisme, atau kapitalisme negara, dan dapat mendukung sosialisme negara." jelasnya.
Dalam skenario ini, negara tidak berperan terlalu banyak, justru individu atau kelompok-kelompok kecil yang menguasainya. Bentuk paling ambisius dari gerakan ini adalah munculnya struktur demokrasi baru.
"Kita bisa melihat ini (saling membantu) sebagai kegagalan negara menanggapi bencana. Atau kita dapat melihatnya sebagai respons sosial yang pragmatis, penuh kasih sayang terhadap krisis yang sedang berlangsung." tulis Simon.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
Dampingi Presiden, Bahlil Ungkap BBM hingga Listrik di Sumbar Tertangani Pasca-Bencana
-
UPDATE Klasemen SEA Games 2025: Indonesia Selangkah Lagi Kunci Runner-up
-
6 Mobil Bekas Paling Cocok untuk Wanita: Lincah, Irit, dan Punya Bagasi Cukup
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
Terkini
-
Begini Kata DPP PDIP Soal FX Rudy Pilih Mundur Sebagai Plt Ketua DPD Jateng
-
Mendagri Tito Sudah Cek Surat Pemerintah Aceh ke UNDP dan Unicef, Apa Katanya?
-
Terjebak Kobaran Api, Lima Orang Tewas dalam Kebakaran Rumah di Penjaringan!
-
Kayu Gelondongan Sisa Banjir Sumatra Mau Dimanfaatkan Warga, Begini Kata Mensesneg
-
SPPG Turut Berkontribusi pada Perputaran Ekonomi Lokal
-
Dukung Program MBG: SPPG di Aceh, Sumut, dan Sumbar Siap Dibangun Kementerian PU
-
Mendagri Tito Jelaskan Duduk Perkara Pemkot Medan Kembalikan Bantuan Beras 30 Ton ke UAE
-
Minggu Besok, Pesantren Lirboyo Undang Seluruh Unsur NU Bahas Konflik Internal PBNU
-
Kementerian PU Tandatangani Kontrak Pekerjaan Pembangunan Gedung SPPG di 152 Lokasi
-
Eks Mensos Tekankan Pentingnya Kearifan Lokal Hadapi Bencana, Belajar dari Simeulue hingga Sumbar