Suara.com - Duta Besar RI untuk Jerman Arif Havas Oegroseno menyebut Pemerintah Jerman tidak pernah meremehkan kasus Covid-19. Hal ini bisa dilihat dari menurunnya kasus Covid-19 di Jerman.
"Pada saat kasus yang pertama kasus terdeteksi, pada saat itu juga tim krisis dibentuk. Kemudian tidak ada sikap meremehkan covid dari pimpinan yang tertinggi di Jerman," ujar Arif dalam video rekaman dari youtube BNPB, Sabtu (30/5/2020).
Arif menuturkan, Pemerintah Jermah tidak seperti dengan negara-negara lain di eropa yang seolah menyepelekan kasus covid-19.
"Tidak seperti negara lain yang menganggap hanya flu dan tidak perlu khawatir tapi kemudian jumlahnya lebih dari 100 ribu dari hari ke hari. Kemudian cepat membuat kebijakan, dalam arti lockdown," ucap dia.
Berbeda dengan negara lain di Eropa, Jerman langsung bergerak cepat baik membentuk tim crisis Covid, melakukan lockdown hingga menggalang dana untuk vaksin.
Arif mengatakan dua minggu setelah Jerman melakukan kebijakan Lockdown, jumlah yang terkena Covid-19 mencapai 100 ribu orang. Namun pada 28 April 2020 atau sekitar satu bulan setelah lockdown jumlah kasus Covid-19 menurun.
"Dua minggu setelah lockdown, jumlah warga Jerman yang terkena corona virus mencapai 100 ribu orang. Namun pada tanggal 28 April kira-kira satu bulan setelah itu jumlahnya sudah menurun mencapai angka 50 orang per100 ribu," ucap dia.
Arif menyebut faktor lain yang mendorong Jerman bangkit dari Covid yakni infrastruktur kesehatan yang sangat bagus.
Lebih lanjut, Jerman memiliki tempat tidur ICU sebanyak 28 ribu, memiliki ventilator 35 ribu. Angka yang sangat tinggi dibandingkan negara-negara eropa disekitar Jerman.
Baca Juga: Kasus Corona Meningkat, Pemkot Depok Perpanjang Masa Belajar dari Rumah
Bahkan kata dia, alat ventilator pertama ditemukan di Jerman pada tahun 1907.
"Dan sekarang ini Jerman membantu pasien dari negara-negara tetangga, kita lihat Perancis. jerman juga punya kebijakan yang cepat tentang vaksin. Jadi dana research vaksin itu sudah mencapai 3,5 miliar euro," tutur Arif.
Selanjutnya, faktor lainnya yakni Jerman melakukan penyeimbangan antara kepentingan kesehatan dan kepentingan ekonomi.
Arif mengatakan Jerman membuat kebijakan yang cukup mempuni di sektor perekonomian.
Pemerintah Jerman juga menyiapkan dana stabilisasi ekonomi sebesar 600 miliar Euro, bantuan UMKM 165 miliar Euro, pinjaman untuk bank sebagai modal kerja sampai dengan 1 miliar euro dengan pengembalian satu tahun.
"Serta utang untuk start up juga sampai 1 mikiar euro dengan pengembalian 10 tahun," kata dia.
Selain itu, Arif menyebut pemerintah Jerman juga menerapkan kebijakan dengan tegas. Dimana dilakukan suatu implementasi kebijakan hingga ke lapangan.
"Padahal lockdown, misalnya, masih banyak orang yang tidak terlalu patuh, bahkan ada pada waktu itu orang yang membuat corona party. Jadi karena club ditutup mereka membuat pesta-pesta di rumah-rumah, dan oleh pemerintah Jerman dibubarkan dan dilakukan tindakan sweeping bahkan. Sehingga kebijakannya tegas sampai ke lapangan," katanya.
Kebijakan Pemerintah Jerman kata Arif, juga jelas. Sehingga mudah dimengerti dan diterapkan langsung masyarakat. Selain itu masyarakat di sana juga disiplin.
"Jadi tidak menggunakan bahasa yang rumit, sulit dimengerti. Tapi bisa diterapkan langsung oleh masyarakat, sehingga menimbulkan displin masyarakat yang tinggi. Memang banyak hoax, memang banyak protes terhadap kebijakan yang tegas ini. Tapi ini mayoritas masyarakat Jerman memiliki displin yang tinggi demi kepentingan bersama," katanya.
Sebelumnya, Arif mengatakan sebanyak 180 ribu warga Jerman terinfeksi Covid-19. Dari jumlah tersebut 164 ribu orang dinyatakan sembuh atau angka kesembuhan mencapai 82 persen.
"Pada tanggal 28 Mei, dimana pada hari ini tercatat 180 ribu warga di Jerman yang terinfeksi. Dan 164 ribu yang sembuh atau recover. Dengan demikian ini menunjukan angka kesembuhan mencapai 82 persen," ujar Arif.
Berita Terkait
-
Viral Plang 'Keluarga Ini Nekat Mudik ke Zona Merah', Didukung Warganet
-
Viral Video Monyet Mencuri Sampel Darah Pasien Covid-19, Bikin Geger!
-
Negatif Corona, Satu Keluarga di Tambora Masih Isolasi Mandiri di Musala
-
Peneliti Kembali Teliti Asal Usul Virus Corona, Trenggiling atau Kelelawar?
-
Angka Kesembuhan Pasien Covid di Jerman Capai 82 Persen, Ini Kebijakannya
Terpopuler
- Kecewa Kena PHP Ivan Gunawan, Ibu Peminjam Duit: Kirain Orang Baik, Ternyata Munafik
- Uang Jemaah Disita KPK, Khalid Basalamah Terseret Pusaran Korupsi Haji: Masih Ada di Ustaz Khalid
- 15 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 24 September 2025: Kesempatan Dapat Packs, Coin, dan Player OVR 111
- Apa Kabar Janji 50 Juta Per RT di Malang ?
- Gibran Dicap Langgar Privasi Saat Geledah Tas Murid Perempuan, Ternyata Ini Faktanya
Pilihan
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
-
Dukungan Dua Periode Prabowo-Gibran Jadi Sorotan, Ini Respon Jokowi
-
Menkeu Purbaya Putuskan Cukai Rokok 2026 Tidak Naik: Tadinya Saya Mau Turunin!
Terkini
-
Di Hadapan Mahasiswa Unpad, Pramono Anung Tegaskan Pemimpin Tak Boleh Tersulut Emosi
-
Sule Kena Tilang Saat Bawa Double Cabin, Dishub DKI: Sudah Sesuai Prosedur
-
Gibran Disebut Cawapres Prabowo Lagi di 2029, PSI: Pernyataan Jokowi Powerfull
-
Tangis Nanik Deyang Minta Maaf soal Kasus Keracunan MBG Tuai Pro Kontra
-
PBNU Desak Penetapan Tersangka Korupsi Kuota Haji, KPK Sebut Pemeriksaan Masih Intensif
-
Apa Itu Cassandra Paradox? Bikin Rocky Gerung Walkout dari Talkshow dengan Relawan Jokowi
-
Isyana Bagoes Oka Dikabarkan Jadi Wakil Ketua Umum PSI, Kaesang Siap Umumkan
-
SMAN 62 Pastikan Farhan Masih Berstatus Siswa Aktif Meski Ditahan Polisi
-
Kementerian BUMN Bakal Tinggal Kenangan, Ingat Lagi Sejarahnya Sebelum Dihapus
-
Minta KPK Segera Tetapkan Tersangka Kasus Haji, Awan PBNU: Jangan Digoreng Ngalor Ngidul