Suara.com - Ibadah haji terancam batal tahun ini karena pandemi Covid-19 yang masih berlangsung di dunia dan belum ditemukan vaksinnya. Tapi mengapa saat wabah SARS dan MERS, ibadah haji tetap dijalankan?
Menurut pengelola travel umrah dan haji yang sudah berkecimpung dalam usaha ini selama puluhan tahun, ibadah haji dalam zaman modern belum pernah dihadapkan pada pandemi global seperti ini, yang lebih parah ketimbang wabah SARS dan MERS atau Sindrom Pernapasan Timur Tengah.
Baluki Ahmad, Ketua Umum Himpunan Penyelenggara Umrah dan Haji (Himpuh), yang telah menjalani bisnis travel umrah dan haji sejak tahun 1977, wabah SARS yang menimpa dunia pada 2002-2004 "tidak jatuh pada musim haji," begitu pula dengan MERS, sehingga tidak ada protokol kesehatan khusus bagi jemaah haji asal Indonesia saat itu.
"SARS itu tidak jatuh pada musim haji. Saat MERS juga tidak menyentuh di musim peak haji. Tidak ada pembatasan-pembatasan semacam itu, [atau] kondisi seperti wabah sekarang, pada musim haji tidak dirasakan itu," kata Baluki.
Haji 'kecil kemungkinan' diselenggarakan tahun ini, di Arab Saudi 'belum ada persiapan sama sekali' Singapura tunda keberangkatan kontingen haji sampai 2021, Indonesia belum pasti Seluruh masjid di Arab Saudi akan gelar salat berjemaah mulai 31 Mei, kecuali di Mekah
"Tidak ada pembatalan haji saat [wabah] MERS, dan [penyakitnya] sudah tertanggulangi waktu keberangkatan haji, tidak seheboh sekarang, sekarang kan sudah jelas, jangan-jangan kita negara yang akan dilarang bisa masuk ke negara orang karena kondisi [pandemi di negeri] kita," tambahnya.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Syam Refiadi, direktur utama PT Patuna Mekar Jaya, yang sudah mengurus travel umrah dan haji sejak tahun 1988.
"Imbauan [saat wabah MERS] cuma satu, karena [sumber penyakit] diduga dari unta, maka jemaah haji dijauhkan dari unta.
"Haji saat itu sama saja, karena bukan dari virus yang diduga disebarkan oleh manusia, sehingga pemerintah Arab Saudi sendiri, meski banyak unta [di sana], merasa tidak ada isu itu, jadi haji tetap jalan," kata Syam.
Baca Juga: Komisi VIII Minta Kemenag Transparan soal Pembayaran Biaya Haji
"Haji waktu [wabah] SARS juga sama saja, waktu itu media sosial tidak banyak, tidak ada yang menyebarkan berita-berita yang menakutkan.
"Yang [direkomendasikan saat itu] hanya suntikan flu dan meningitis saja. [Ketika] SARS tidak ada himbauan [untuk jemaah haji] pakai masker. Anjuran [kesehatan seperti] Covid-19 tidak ada sama sekali [dulu]," tambahnya.
Bagaimana haji saat MERS lalu?
Menurut Profesor Tjandra Yoga Aditama, Direktur Penyakit Menular Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Regional Asia Tenggara, ketika wabah MERS merebak pada awal tahun 2010an lalu memang ada kekhawatiran kontingen jemaah haji Indonesia akan tertular, namun ibadah sendiri tetap "berjalan".
"Pada waktu MERS 2015 lalu saya kira memang waktu itu ada kekhawatiran kemungkinan terjadi penularan MERS [terhadap jemaah haji Indonesia] di Arab Saudi tapi waktu itu proses haji tetap berjalan dan jemaah tetap berangkat," kata Tjandra, yang lima tahun lalu menjabat sebagai Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan.
"Tapi saya tidak ingat pasti program waktu itu oleh pemerintah tapi saya percaya berbagai penyuluhan telah dilakukan, baik kepada jemaah haji atau petugas kesehatan haji."
Berita Terkait
-
Apa Saja Tugas Petugas Haji? Katanya Sekarang Tak Harus Beragama Islam
-
Revolusi Penyelenggaraan Haji: Kementerian Khusus Terbentuk, Petugas Non Muslim Dilibatkan
-
Lampu Hijau dari Istana: DPR Terima Surpres, Jalan Menuju Kementerian Haji dan Umrah Terbuka?
-
RUU PIHU Tuai Kontroversi, Asosiasi Haji Peringatkan Ancaman Runtuhnya Ekonomi Umat
-
Revisi UU Haji Mendesak: Aturan Kuota 'Made in Indonesia' Tak Sesuai Realita Arab Saudi
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Kemendagri Batalkan Mutasi Kepala SMPN 1 Prabumulih, Wali Kota Arlan Terancam Sanksi
-
DPW dan DPC PPP dari 33 Provinsi Deklarasi Dukung M Mardiono Jadi Ketua Umum
-
Menteri HAM Natalius Pigai Sebut Orang Hilang 'Belum Terlihat', YLBHI Murka: Denial!
-
Dari Dirut Sampai Direktur, Jajaran BPR Jepara Artha Kini Kompak Pakai Rompi Oranye
-
Pemeriksaan Super Panjang, Hilman Latief Dicecar KPK Hampir 12 Jam soal Kuota Haji
-
Dikira Hilang saat Demo Ricuh, Polisi Ungkap Alasan Bima Permana Dagang Barongsai di Malang
-
Tito Karnavian: Satpol PP Harus Humanis, Bukan Jadi Sumber Ketakutan
-
Wamenkum Sebut Gegara Salah Istilah RUU Perampasan Aset Bisa Molor, 'Entah Kapan Selesainya'
-
'Abuse of Power?' Kemendagri Sebut Wali Kota Arlan Langgar Aturan Copot Kepala SMP 1 Prabumulih
-
Strategi Baru Senayan: Mau RUU Perampasan Aset Lolos? UU Polri Harus Direvisi Dulu