Suara.com - Mantan Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memberi tanggapannya mengenai kerusuhan yang terjadi karena kasus rasisme di Amerika Serikat. Ia mengaku dirinya bukan anti Amerika namun juga tidak mendewakan.
Melalui artikel panjangnya berjudul "Amerika, Are You OK?" yang dibagikan SBY lewat Facebook-nya, Presiden keenam Indonesia ini memaparkan pendapatnya soal Amerika dan kekuatannya di dunia.
SBY menjelaskan, dirinya bukan orang yang termasuk anti-Amerika atau anti-Barat.
"Menurut saya, sesuai amanah para pendiri republik, “politik bebas aktif” harus tetap menjadi haluan kita. Di era saya dulu, saya tambahkan lagi dengan “all direction foreign policy”. Artinya, menjalin hubungan baik ke segala penjuru dunia, apapun ideologi dan sistem politik yang dianut negara-negara itu. Syaratnya, mereka menghormati kedaulatan kita dan memiliki “common interests” dengan Indonesia," tulis SBY dikutip Suara.com, Rabu (3/6/2020).
Baca Juga: Protes George Floyd, Demonstran Bentrok dengan Polisi di Depan Gedung Putih
Meski demikian, SBY mengaku bahwa dirinya juga tidak mendewakan Amerika. Dengan membahas isi buku "The Rise and Fall of the Great Powers" karya Paul Kennedy, SBY menjelaskan bahwa negara-negara yang pernah berjaya juga bisa jatuh, atau menyusut pamornya.
"Amerika juga begitu. Tentu, saat ini Amerika masih “digdaya”. Tapi laksana matahari, ada masa terbit dan terbenamnya, kisah jaya dan jatuhnya sebuah negara akan selalu ada," tambah SBY.
Menurut SBY, ada tiga hal yang tengah menjadi pukulan besar bagi Amerika Serikat saat ini.
"Pertama, korban Covid-19nya tertinggi di dunia; kedua ekonominya tidak cerah; dan ketiga terjadi kerusuhan sosial yang meluas," sebut SBY.
Baca Juga: Pantau Kesiapan Masjid Jelang New Normal, JK: Yang Pakai Masker Boleh Masuk
Selain itu, SBY juga menelisik tiga skenario yang bisa terjadi usai kerusuhan rasisme Amerika ini.
"Skenario pertama, dengan penanganan yang tepat (paduan antara persuasi dan law enforcement) akhirnya aksi-aksi sosial yang cenderung rusuh itu bisa diredakan. Dugaan saya, ini skenario terbaik yang diinginkan oleh pemerintahan Trump. Saya kira mayoritas rakyat Amerika juga menginginkan demikian. Skenario ini tak memerlukan konsesi apapun yang mesti diberikan oleh pemerintah.
Skenario kedua, unjuk rasa makin meluas. Gabungan unsur polisi, National Guard dan elemen tentara federal (misalnya polisi militer) tak mampu menghentikan atau meredakannya. Para Gubernur dan Walikota dengan “resources” yang ada tak juga bisa mengatasi keadaan. Pemerintah Federal “terpaksa” melakukan negosiasi dengan elemen perlawanan masyarakat dengan pemberian konsesi tertentu.
Skenario ketiga, adalah kelanjutan dari skenario kedua. Ini terjadi jika situasi politik, sosial dan keamanan makin memburuk. Aksi-aksi kekerasan dan sekaligus perusakan makin meningkat intensitasnya. Presiden Trump dengan alasan untuk mencegah terganggunya keamanan nasional dan demi kepentingan umum akhirnya melakukan tindakan yang “tegas dan keras”" SBY menjabarkan.
Dari skenario tersebut, SBY mengharapkan terjadinya skenario yang ketiga. Hanya saja dia memasrahkannya pada rencana Presiden Trump.
Baca juga: Situasi Makin Tak Kondusif, Pentagon Kerahkan Ribuan Tentara ke Washington
Berita Terkait
-
Ditanya tentang Donald Trump, Justin Trudeau Pasang Wajah Bingung
-
Joe Biden Berencana Hadiri Pemakaman George Floyd
-
Presiden Donald Trump Tuding Para Gubernur di AS Lembek Tangani Demonstrasi
-
AS Rusuh, Donald Trump Dikecam karena Menyalahgunakan Agama
-
Nyeleneh, Trump Puji Diri Sendiri Klaim Berhasil Redam Protes di AS
Terpopuler
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
Pilihan
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
-
Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
Terkini
-
Titik Didih Krisis Puncak! Penutupan Belasan Tempat Wisata KLH Picu PHK Massal, Mulyadi Geram
-
Minta Pendampingan KPK, Gus Irfan Pastikan Ibadah Haji dan Umrah Bebas Rasuah
-
Misteri Keracunan 1.315 Siswa Terpecahkan: BGN Temukan Kadar Nitrit Hampir 4 Kali Lipat Batas Aman
-
Wali Kota Semarang Dorong Sekolah Rakyat Jadi Wadah Lahirkan Generasi Hebat
-
Izin Dibekukan, DPR Ingatkan TikTok untuk Kooperatif dan Transparan
-
12 Tokoh Ajukan Amicus Curiae di Praperadilan Nadiem, Gugat Bobroknya Sistem Penetapan Tersangka
-
Genjot Skrining Tuberkulosis, Ahmad Luthfi Luncurkan Program Speling Melesat dan TB Express
-
Menteri Haji Ingin Samakan Masa Tunggu Haji Jadi 26,4 Tahun di Seluruh Indonesia, Begini Rencananya
-
Jawab Tantangan Yusril, Delpedro Cs Ajukan Praperadilan ke PN Jaksel
-
Korupsi Wastafel, Anggota DPRK Aceh Besar jadi Tersangka usai Polisi Dapat 'Restu' Muzakir Manaf