Suara.com - Seorang remaja Amerika Serikat harus meregang nyawa setelah ditembak polisi setempat di negara bagian Oaxaca, Meksiko Selatan, Selasa (9/6/2020) malam waktu setempat.
Korban yang diidentifikasi bernama Alexander (16), tewas setelah peluru panas bersarang di kepalanya, sebagaimana dilaporkan Reforma.
Saat kejadian, Alexander dan temannya yang berusia 15 tahun, dikabarkan tengah jajan soda di sebuah pom bensin.
Hingga kini, belum diketahui secara jelas kenapa dan apa motivasi polisi Meksiko itu menembak Alexander dan kawannya yang berhasil selamat kendati harus mengalami luka-luka.
"Mereka saat itu berada di pom bensin untuk membeli soda. Polisi mulai menembak, dan karena anak-anak ini ketakutan, mereka lari," kata sepupu Alexander, Dulce Darian, dikutip dari The Guardian, Kamis (11/6/2020).
"Polisi tidak memberi mereka pilihan untuk berhenti atau melepas masker wajah. Polisi justru mulai menembak dan mengenai kepalanya."
"Alexander meninggal seketika karena polisi tidak ingin memberinya pertolongan pertama," tambahnya.
Jaksa penuntut di Oaxaca telah membuka penyelidikan atas penembakan di kota Acatlan de Pérez Figueroa itu, kendati tak memberi rincian lebih lanjut.
Pemerintah kota setempat juga telah menyampaikan belangsungkawa lewat Facebook, kendati secara tersirat lebih membela pihak kepolisian.
Baca Juga: Sebelum Bunuh Diri, Gadis Cantik di Serang Ancam Mau Bakar Diri
The Guardian melaporkan bahwa pemerintah kota menyampaikan narasi bahwa penembakan itu adalah sebuah kecelakaan dan dilakukan dengan itikad baik tanpa ingin menyakiti masyarakat.
"Mereka ingin memberatkan Alexander untuk membenarkan kekotoran tindakan mereka," cuit Javier Valdivia, seorang warga dari Acatlán de Pérez Figueroa.
Bukti yang dikumpulkan oleh kelompok-kelompok hak asasi manusia menunjukkan bahwa pasukan keamanan di Meksiko secara rutin bertanggung jawab atas pelecehan, penyiksaan, dan pembunuhan di luar pengadilan.
“Ini benar-benar campuran yang tidak stabil dari kurangnya pelatihan, ketidakmampuan untuk menarik orang-orang yang berkualitas dan kurangnya pengawasan,” kata Falko Ernst, analis senior Meksiko dengan International Crisis Group.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Perbedaan Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia yang Sering Dianggap Sama
- 5 Mobil Bekas yang Perawatannya Mahal, Ada SUV dan MPV
- 5 Mobil SUV Bekas Terbaik di Bawah Rp 100 Juta, Keluarga Nyaman Pergi Jauh
- Sulit Dibantah, Beredar Foto Diduga Ridwan Kamil dan Aura Kasih Liburan ke Eropa
- 13 Promo Makanan Spesial Hari Natal 2025, Banyak Diskon dan Paket Hemat
Pilihan
-
Libur Nataru di Kota Solo: Volume Kendaraan Menurun, Rumah Jokowi Ramai Dikunjungi Wisatawan
-
Genjot Daya Beli Akhir Tahun, Pemerintah Percepat Penyaluran BLT Kesra untuk 29,9 Juta Keluarga
-
Genjot Konsumsi Akhir Tahun, Pemerintah Incar Perputaran Uang Rp110 Triliun
-
Penuhi Syarat Jadi Raja, PB XIV Hangabehi Genap Salat Jumat 7 Kali di Masjid Agung
-
Satu Indonesia ke Jogja, Euforia Wisata Akhir Tahun dengan Embel-embel Murah Meriah
Terkini
-
Tito Karnavian Tekankan Kreativitas dan Kemandirian Fiskal dalam RKAT Unsri 2026
-
Mendagri Minta Pemda Segera Siapkan Data Masyarakat Terdampak & Lokasi Pembangunan Huntap
-
Teror Bom 10 Sekolah Depok, Pelaku Pilih Target Acak Pakai AI ala ChatGPT
-
Kejari Bogor Bidik Tambang Emas Ilegal, Isu Dugaan 'Beking' Aparat di Gunung Guruh Kian Santer
-
Efek Domino OTT KPK, Kajari HSU dan Bekasi Masuk 'Kotak' Mutasi Raksasa Kejagung
-
Diduga Sarat Potensi Korupsi, KPK-Kejagung Didesak Periksa Bupati Nias Utara, Kasus Apa?
-
Resmi! KY Rekomendasikan 3 Hakim Perkara Tom Lembong Disanksi Nonpalu
-
Ancaman Bencana Susulan Mengintai, Legislator DPR: Jangan Tunggu Korban Jatuh Baru Bergerak
-
Amnesty International Kutuk Keras Represi Aparat ke Relawan Bantuan Aceh: Arogansi Kekuasaan
-
Ketua Banggar DPR Said Abdullah: Merchant Tolak Pembayaran Tunai Bisa Dipidana