Pakistan, Afghanistan dan Bangladesh kewalahan
Di negara tetangga, Pakistan, yang telah mencatat lebih dari 160.000 kasus dan lebih dari 3.000 kematian, Perdana Menteri Imran Khan menentang 'lockdown‘ nasional, dengan mengatakan negara itu tidak mampu menanggung jaring pengaman.
Banyak warga di Pakistan memilih untuk mengabaikan pedoman jarak sosial dan pembatasan lunak yang diberlakukan provinsi selama liburan Idul Fitri bulan lalu. Kondisi itu pun mendorong peningkatan kasus saat ini.
"Ketika perayaan Idul Fitri datang, masyarakat menganggap longgarnya pembatasan sebagai tanda bahwa penyakit sudah berakhir. Mereka membanjiri pasar, mereka pergi ke pemakaman, tidak ada penegakan (langkah-langkah jarak sosial)," kata Samra Fakhar, seorang ahli bedah di kota barat laut Peshawar.
Pihak berwenang telah memperingatkan bahwa Pakistan kemungkinan akan menyaksikan lebih dari satu juta kasus pada bulan Juli, dan Organisasi Kesehatan Dunia WHO telah menyerukan adanya tindakan pembatasan baru, suatu tindakan yang ditolak Khan.
Di rumah sakit Pakistan yang kewalahan, para dokter mengatakan bahwa para pemimpin nasional telah menyia-nyiakan bulan-bulan awal yang berharga untuk bersiap menghadapi potensi serangan virus.
"Kami memiliki kesempatan untuk mempersiapkan semua ini, tetapi sayangnya itu tidak terjadi. Segalanya menjadi lebih buruk," kata Saeedullah Shah, seorang dokter gugus tugas Asosiasi Medis Islam Pakistan untuk penanganan COVID-19.
"Apakah kita siap untuk itu? Tidak sama sekali ... Orang-orang akan mulai menjadi kasar ketika mereka tidak menemukan tempat tidur."
Hal lebih lanjut yang mempersulit krisis adalah alat pengujian terbatas yang membuat data pasien terlihat lebih rendah. Pekan lalu, angka penguburan yang dikeluarkan oleh sembilan kuburan yang dikelola pemerintah di ibukota Bangladesh, Dhaka, serta puluhan kuburan kecil di kota tetangga, menunjukkan setidaknya 1.600 angka kematian tambahan terjadi pada bulan April dan Mei.
Baca Juga: Soal Mobil Listrik, Hyundai dan LG Sepakat Perluas Kemitraan
Namun data resmi kementerian kesehatan menunjukkan hanya 450 orang meninggal dunia karena COVID-19 di dua kota selama periode tersebut.
Situasi serupa bermunculan di Afghanistan yang dilanda konflik: Pemerintahnya hanya mengakui terjadi lebih dari 26.000 kasus dan 500 kematian - jumlah yang tampaknya sangat mustahil untuk sebuah negara yang gagal menegakkan ‘lockdown’ di tengah pertempuran yang sedang berlangsung ditambah buruh miskin yang tidak dapat hanya berdiam diri di dalam rumah.
"Kami mendapat laporan meningkatnya dugaan kematian (akibat COVID-19), orang-orang menguburkan mayat di malam hari," kata gubernur Kabul, Mohammad Yakub Haidary pekan lalu, seraya menambahkan bahwa di ibu kota Afghanistan itu diduga lebih dari satu juta orang terinfeksi Corona.
"Ada bencana yang akan datang," pungkasnya. (ap/gtp) (AFP)
Tag
Berita Terkait
-
Percepat Penanganan, Gubernur Ahmad Luthfi Cek Lokasi Tanah Longsor Cibeunying Cilacap
-
Dikalahkan Mali, Optimisme Indra Sjafri Jelang SEA Games 2025 Tak Surut!
-
Pascalongsor di Cibeunying Cilacap, Gubernur Ahmad Luthfi Imbau Tingkatkan Kewaspadaan
-
20 Warga Masih Hilang, Pemprov Jateng Fokuskan Pencarian Korban Longsor Cilacap
-
Mantan Pemain Sunderland Debut bersama Bangladesh, Lawan Negara Eks Persija Jakarta
Terpopuler
- 7 Body Lotion di Indomaret untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Rawat Garis Penuaan
- 7 Rekomendasi Lipstik Transferproof untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp20 Ribuan
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 November: Ada Beckham 111, Magic Curve, dan Gems
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 6 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp2 Jutaan
Pilihan
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
Terkini
-
Akal Bulus Pasutri Polisi Gadungan: Pura-pura Istri Pendarahan, Mobil Sopir Online Lenyap
-
Geger Siswa SMPN 19 Tangsel Tewas Diduga Dibully, Mendikdasmen: Saya Akan Dalami Kasus Ini!
-
Operasi Langit di Cilacap: BNPB 'Halau' Hujan Demi Percepat Evakuasi Korban Longsor
-
Perjalanan Cinta Rugaiya Usman dan Wiranto
-
RUU KUHAP Dikebut Tanpa Suara Publik, Anggota Komisi III DPR Terancam Dilaporkan ke MKD
-
Viral Hewan Ragunan Kurus Diduga Dana Jatah Makan Ditilep, Publik Tuntut Audit
-
Kabar Duka! Istri Wiranto, Rugaiya Usman Meninggal Dunia di Bandung
-
Geger Bayi di Cipayung: Dibuang di Jurang, Ditemukan Hidup dalam Goodie Bag Saat Kerja Bakti
-
Tegas! Pramono Anung Larang Jajarannya Persulit Izin Pembangunan Rumah Ibadah di Jakarta
-
Pramono Bantah Isu Tarif LRT Rp160 Ribu: Jadi Saja Belum