Suara.com - Polres Jayawijaya menahan sejumlah tokoh masyarakat dari kedua kampung yang beberapa waktu lalu terlibat perang tradisional. Polisi berharap mereka mendorong terjadi kesepakatan damai dan mencegah terjadinya bentrokan susulan.
Kapolres Jayawijaya AKBP Dominggus Rumaropen mengatakan petugas menahan para tokoh karena belum ada kesepakatan yang dihasilkan terkait jumlah denda pembunuhan dua orang yang mengakibatkan perang tradisional beberapa hari lalu.
"Saya sudah tegaskan kepada kedua belah pihak yang adalah tokoh-tokoh penting di daerah masing-masing bahwa kalau hari ini belum ada kesepakatan, memang saya tidak izinkan untuk pulang. Kita tetap tahan," katanya.
Dominggus mengatakan mediasi dua pihak harus melahirkan kesepakatan denda demi terwujudnya perdamaian.
Ia mengajak tokoh-tokoh masyarakat yang sejak pagi hari hingga sore hari belum tuntas membahas besaran denda, agar tidak mempertahankan prinsip yang pada akhirnya tidak menemukan kesepakatan.
"Apabila keras (masing-masing pihak mempertahankan prinsip), saya masih akan tetap tahan mereka untuk ada di sini (mapolres), tidak boleh pulang. Kita sepakat hari ini harus selesai," katanya.
Pertemuan yang berlangsung di kantor polisi dan dipimpin langsung oleh Dominggus serta dua kepala distrik dan tokoh agama, ketua Lembaga Masyarakat Adat Jayawijaya itu merupakan tindak lanjut kesepakatan kedua pihak untuk menghentikan perang.
Hingga pukul tujuh sore, belum ada kesepakatan terkait besaran denda adat. Sebab masih terjadi tawar menawar besaran denda yang sebelumnya disebutkan salah satu pihak yang mencapai puluhan ekor babi ditambah dengan denda uang ratusan juta.
Ternak babi sangat bermanfaat bagi masyarakat di wilayah pegunungan dan berdasarkan informasi, harga babi berukuran sedang hingga besar berkisar Rp30 juta hingga 50 juta. [Antara]
Baca Juga: Polisi Jayawijaya Sita Puluhan Senjata Tradisional yang Mau Dibawa ke Kota
Berita Terkait
-
YLBHI: Kekuasan Polri di Ranah Sipil Mirip ABRI Zaman Orde Baru
-
Akui Sebar Data Kehamilan Erika Carlina di Grup WA, DJ Panda Memelas Minta Damai: Saya Janji Berubah
-
Perpol Baru Izinkan Polisi Aktif Isi Jabatan Sipil, Kok Berbeda dengan Putusan MK?
-
Otto Hasibuan Heran: Masyarakat Benci Polri, Tapi Orang Ramai Rela Bayar Demi Jadi Polisi
-
Amnesty International Beberkan 36 Video Kekerasan Polisi di Demo Agustus Lalu
Terpopuler
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- 7 HP Samsung Seri A Turun Harga hingga Rp 1 Jutaan, Mana yang Paling Worth It?
Pilihan
-
Jadwal dan Link Streaming Nonton Rizky Ridho Bakal Raih Puskas Award 2025 Malam Ini
-
5 HP RAM 6 GB Paling Murah untuk Multitasking Lancar bagi Pengguna Umum
-
Viral Atlet Indonesia Lagi Hamil 4 Bulan Tetap Bertanding di SEA Games 2025, Eh Dapat Emas
-
6 HP Snapdragon RAM 8 GB Termurah: Terbaik untuk Daily Driver Gaming dan Multitasking
-
Analisis: Taktik Jitu Andoni Iraola Obrak Abrik Jantung Pertahanan Manchester United
Terkini
-
Ramai Patungan Beli Hutan, Memang Boleh Rimba Dibeli Dan Bagaimana Caranya?
-
Peradilan Militer Dinilai Tidak Adil, Keluarga Korban Kekerasan Anggota TNI Gugat UU ke MK
-
Ria Ricis dan Selebriti Pandu Shopee Live Superstar, Jumlah Produk Terjual Naik Hingga 16 Kali
-
5 Kali Sufmi Dasco Pasang Badan Bela Rakyat Kecil di Tahun 2025
-
Kelola Sendiri Sampah MBG, SPPG Mutiara Keraton Solo di Bogor Klaim Untung hingga 1.000 Persen
-
Di Hadapan Kepala Daerah, Prabowo Ingin Kelapa Sawit Jamah Tanah Papua, Apa Alasannya?
-
Komnas Perempuan: Situasi HAM di Papua Bukan Membaik, Justru Makin Memburuk
-
Jaksa Agung: KUHP-KUHAP Baru Akan Ubah Wajah Hukum dari Warisan Kolonial
-
15 WN China Serang TNI di Area Tambang Emas Ketapang: 5 Fakta dan Kondisi Terkini
-
LBH: Operasi Militer di Papua Ilegal dan Terstruktur Sistematis Sejak 1961