Suara.com - Bencana banjir bandang Sukabumi yang terjadi pada Senin (21/9/2020) telah mengakibatkan dua warga meninggal dunia dan seorang warga masih dalam proses pencarian tim SAR. Selain itu, ada 10 warga mengalami luka-luka.
Menurut data yang dirangkum hingga Rabu (23/9/2020), pukul 13.00 WIB, peristiwa tersebut telah berdampak pada 176 kepala keluarga atau 525 jiwa dan sebanyak 78 jiwa terpaksa mengungsi.
Sedikitnya 127 unit rumah yang tersebar di 11 desa terdampak, dengan rincian 34 unit rumah rusak berat, 23 rusak sedang, dan 70 rusak ringan.
Berdasarkan analisa sementara yang dihimpun Pusat Pengendali dan Operasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana, wilayah kejadian banjir bandang Sukabumi merupakan dataran rendah yang berada di bawah kaki Gunung Salak dan dilalui beberapa sungai, yakni Sungai Citarik-Cipeuncit dan Sungai Cibojong.
Menurut monitoring bahaya banjir bandang InaRisk BNPB, wilayah yang terdampak itu memiliki indeks bahaya sedang hingga tinggi terhadap banjir bandang.
Berdasarkan pantauan GPM-NASA (inaWARE) dalam 24 Jam terakhir sebelum kejadian, wilayah hulu atau di sebelah utara Sukabumi maupun di wilayah yang terdampak mengalami curah hujan sedang-tinggi dengan intensitas hingga-120 milimeter.
Hujan dengan intensitas tinggi tersebut menyebabkan massa air di daerah hulu menjadi semakin besar.
Adapun kondisi wilayah sungai yang rusak dan banyak terjadi erosi serta sedimentasi menyebabkan potensi terbentuk bendung alami.
Ketika bendung alami tersebut menjadi besar dan terganggu keseimbangannya oleh intensitas hujan tinggi, kemudian menyebabkan bendung alami tersebut berpotensi terjadi limpasan air beserta lumpur dengan jumlah yang besar dan cepat, atau yang kemudian disebut banjir bandang.
Baca Juga: Dramatis, Kisah Kakak Beradik Selamatkan Diri dari Banjir Bandang Sukabumi
Berikutnya, berdasarkan analisis citra Himawari-8 LAPAN yang disampaikan Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati melalui pernyataan tertulis kepada Suara.com, sebelum terjadinya banjir bandang pada pukul 16.40 WIB, hujan terdeteksi terjadi sejak pukul 15.30 WIB dengan intensitas sedang 40 milimeter per jam kemudian semakin meningkat menjadi 100 milimeter per jam pada pukul 16.40.
Intensitas hujan tertinggi berada pada bagian hulu yaitu di sekitar Gunung Salak.
Pantauan tersebut menimbulkan adanya kemungkinan hujan yang terakumulasi dalam 24 jam terakhir menjadi tertampung di daerah hulu kemudian meluap dan menghancurkan bendung alami yang diduga terbentuk dibagian hulu sungai.
Selanjutnya berdasarkan hasil monitoring Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, curah hujan yang terukur di wilayah Pos Perkeb Tugu Menteng, Kecamatan Lengkong dan Pos Ganesha, Kecamatan Cisolok adalah sebesar 88 milimeter dan 57 mm. Curah hujan tersebut tergolong tinggi.
Analisis meteorologi BMKG berdasarkan citra radar, tampak bahwa pada pukul 14.08 WIB, Senin (21/9/2020) terdapat pertumbuhan awan konvektif di Sukabumi bagian utara dan Selatan. Awan Konvektif tersebut berupa cumulunimbus yang terbentuk sangat cepat dan intensif.
Dari hasil analisa tersebut, kesimpulan yang didapat adalah bahwa meluapnya Sungai Citarik-Cipeucit dan Sungai Cibojong menjadi faktor penyebab terjadinya banjir bandang.
Berita Terkait
-
Bandingkan Kunjungan Presiden di Jember, Ucapan Dewi Perssik Soal Bencana Aceh Tuai Kritik Pedas!
-
Catatan Bencana Alam di Indonesia 2025: Dari Erupsi Gunung Hingga Banjir Sumatra
-
Sentil Pejabat yang 'Flexing', Rocky Gerung Sebut Prabowo Perlu Sosok Jujur untuk Kendalikan Bencana
-
Anjing Pelacak K-9 Dikerahkan Cari Korban Tertimbun Longsor di Sibolga-Padangsidimpuan
-
Ibu-Ibu Korban Bencana Sumatra Masih Syok Tak Percaya Rumah Hilang, Apa Langkah Mendesak Pemerintah?
Terpopuler
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
Pilihan
-
Cek Fakta: Viral Klaim Pigai soal Papua Biarkan Mereka Merdeka, Benarkah?
-
Ranking FIFA Terbaru: Timnas Indonesia Makin Pepet Malaysia Usai Kena Sanksi
-
Sriwijaya FC Selamat! Hakim Tolak Gugatan PKPU, Asa Bangkit Terbuka
-
Akbar Faizal Soal Sengketa Lahan Tanjung Bunga Makassar: JK Tak Akan Mundur
-
Luar Biasa! Jay Idzes Tembus 50 Laga Serie A, 4.478 Menit Bermain dan Minim Cedera
Terkini
-
Wagub Babel Hellyana Resmi Jadi Tersangka Ijazah Palsu
-
Eksklusif! Jejak Mafia Tambang Emas Cigudeg: Dari Rayuan Hingga Dugaan Setoran ke Oknum Aparat
-
Gibran Bagi-bagi Kado Natal di Bitung, Ratusan Anak Riuh
-
Si Jago Merah Ngamuk di Grogol Petamburan, 100 Petugas Damkar Berjibaku Padamkan Api
-
Modus 'Orang Dalam' Korupsi BPJS, Komisi 25 Persen dari 340 Pasien Hantu
-
WFA Akhir Tahun, Jurus Sakti Urai Macet atau Kebijakan Salah Sasaran?
-
Kejati Jakarta Tetapkan 2 Pegawai BPJS Ketenagakerjaan Jadi Tersangka Tindak Pidana Klaim Fiktif JKK
-
Sempat Kabur dan Nyaris Celakai Petugas KPK, Kasi Datun HSU Kini Pakai Rompi Oranye
-
Jadi Pemasok MBG, Perajin Tempe di Madiun Raup Omzet Jutaan Rupiah per Hari
-
Cegah Kematian Gajah Sumatera Akibat EEHV, Kemenhut Gandeng Vantara dari India