Suara.com - Belakangan ini, terminologi Incremental Capital Output Ratio banyak dibahas oleh media massa. Incremental Capital Output Ratio merupakan suatu besaran tanpa satuan hitung yang menunjukkan besarnya tambahan kapital (investasi) baru yang dibutuhkan untuk menaikkan satu unit output.
Nilai ICOR didapat dengan membandingkan nilai investasi yang ditanamkan terhadap tambahan output yang terjadi sepanjang periode investasi. Besaran ICOR adalah proxy efisiensi sebuah perekonomian, dimana nilai ICOR menunjukkan efisiensi relatif suatu perekonomian. Atau dengan kata lain nilai ICOR yang rendah mengindikasikan tingginya produktivitas kapital.
ICOR bisa menjadi salah satu parameter yang menunjukkan tingkat efisiensi investasi di suatu negara. Semakin tinggi nilai ICOR semakin tidak efisien suatu negara untuk investasi.
Mengutip data Badan Pusat Statistik, ICOR Indonesia pada tahun 2019 berada pada angka 6,77. Artinya, untuk menghasilkan satu unit output dibutuhkan lebih dari 6 tambahan kapital baru.
Padahal, menurut pemerintah idealnya angka ICOR berada di kisaran 3, yang artinya ICOR Indonesia dua kali lipat dari angka ideal. ICOR Indonesia mengalami peningkatan secara konsisten dan lebih tinggi dibandingkan dengan negara peer-nya seperti Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam.
Bicara soal investasi, mengutip laporan Global Competitiveness Index dari World Economic Forum, korupsi adalah salah satu faktor penghambat investasi di Indonesia. Namun, apakah korupsi juga berdampak langsung secara khusus pada nilai ICOR Indonesia?
Lembaga yang berbeda, Transparansi Internasional, semenjak tahun 1995, telah menerbitkan Indeks Persepsi Korupsi, yakni peringkat negara-negara di dunia berdasarkan persepsi (anggapan) publik terhadap korupsi di jabatan publik dan politis.
Kenaikan skor suatu negara pada peringkat ini salah satunya dipicu penegakan hukum yang tegas kepada pelaku suap dan korupsi. Sementara penurunan skor dipicu maraknya suap dan pungutan liar pada proses ekspor-impor, pelayanan publik, pembayaran pajak tahunan, hingga proses perizinan dan kontrak.
Kenaikan skor Indeks Persepsi Korupsi tersebut yang akhirnya menentukan semakin baiknya peringkat suatu negara. Semakin kecil peringkat ranking, maka semakin bagus suatu negara dari korupsi.
Baca Juga: Kejati Sumut Tangkap Buronan Korupsi Alat Tangkap Ikan di Aceh Singkil
Riset Lifepal mencoba melihat bagaimana Indeks Persepsi Korupsi Indonesia mempengaruhi nilai ICOR di negara ini.
Tidak ada hubungan langsung antara perbaikan Indeks Persepsi Korupsi Indonesia terhadap ICOR.
Data di atas memperlihatkan bahwa ICOR Indonesia semakin tinggi tiap tahunnya. Ini menandakan investasi di Indonesia untuk saat ini tidak efisien. Seperti disebutkan sebelumnya, semakin tinggi nilai ICOR semakin tidak efisien suatu negara untuk investasi. Apakah ini disebabkan semata-mata oleh korupsi?
Nyatanya tidak serta merta. Sebab, data tersebut menunjukkan bahwa ranking Indonesia dalam Indeks Persepsi Korupsi setiap tahun semakin baik. Tercatat pada 2010, Indonesia berada di posisi 110 diantara negara-negara di dunia, namun pada tahun 2019, Indonesia memperbaiki posisi hingga ke posisi 85.
Memang posisi 85 sendiri masih cukup tinggi dibandingkan sejumlah negara ASEAN lain seperti Singapura yang berada di posisi 4 dunia, dan Malaysia yang berada di posisi 51. Namun, membaiknya peringkat korupsi Indonesia, tidak serta merta membuat rasio ICOR Indonesia membaik. Malah, nilai ICOR Indonesia terus memburuk dalam beberapa tahun terakhir.
Rendahnya produktivitas pekerja Indonesia menghambat efisiensi investasi
Sebagai pembanding, Lifepal melihat pula data produktivitas pekerja Indonesia dari Census and Economic Information Center. Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa tren produktivitas pekerja Indonesia mengalami penurunan. Tren penurunan tersebut ternyata sejalan dengan tren kenaikan ICOR Indonesia.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Bedak Viva Terbaik untuk Tutupi Flek Hitam, Harga Mulai Rp20 Ribuan
- 25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 1 November: Ada Rank Up dan Pemain 111-113
- Mulai Hari Ini! Sembako dan Minyak Goreng Diskon hingga 25 Persen di Super Indo
- 7 Rekomendasi Mobil Bekas Sekelas Brio untuk Keluarga Kecil
- Sabrina Chairunnisa Ingin Sepenuhnya Jadi IRT, tapi Syaratnya Tak Bisa Dipenuhi Deddy Corbuzier
Pilihan
-
Nasib Sial Mees Hilgers: Dihukum Tak Main, Kini Cedera Parah dan Absen Panjang
-
5 HP dengan Kamera Beresolusi Tinggi Paling Murah, Foto Jernih Minimal 50 MP
-
Terungkap! Ini Lokasi Pemakaman Raja Keraton Solo PB XIII Hangabehi
-
BREAKING NEWS! Raja Keraton Solo PB XIII Hangabehi Wafat
-
Harga Emas Turun Hari ini: Emas Galeri di Pegadaian Rp 2,3 Jutaan, Antam 'Kosong'
Terkini
-
Ratusan Warga Prasejahtera di Banten Sambut Bahagia Sambungan Listrik Gratis dari PLN
-
Hasto PDIP: Ibu Megawati Lebih Pilih Bendungan dan Pupuk Daripada Kereta Cepat Whoosh
-
Putri Zulkifli Hasan Sambut Putusan MK: Saatnya Suara Perempuan Lebih Kuat di Pimpinan DPR
-
Projo Tetapkan 5 Resolusi, Siap Kawal Prabowo hingga 2029 dan Dukung Indonesia Emas 2045
-
Budi Arie Bawa Gerbong Projo ke Gerindra? Sinyal Kuat Usai Lepas Logo Jokowi
-
Cinta Terlarang Berujung Maut, Polisi Tega Habisi Nyawa Dosen di Bungo
-
Dua Tahun Lalu Sakit Berat, Kini Adies Kadir Didoakan Kembali di Majelis Habib Usman Bin Yahya
-
Makna Arahan Mendagri Tito Karnavian Soal Dukungan Pemda Terhadap PSN
-
Raja Keraton Solo Pakubuwono XIII Wafat, Akhir Perjalanan Sang Pemersatu Takhta Mataram
-
Rawan Tumbang Saat Hujan Deras, Pemprov DKI Remajakan Puluhan Ribu Pohon di Jakarta