Suara.com - Pegiat lingkungan mengkhawatirkan bahaya pasir dolomit buatan di Teluk Manila. Para ilmuwan memperingatkan pasir buatan itu dapat membahayakan kesehatan manusia dan satwa laut.
Pasir putih buatan di sepanjang 500 meter garis pantai Manila, ibu kota Filipina, ditentang keras oleh para pegiat lingkungan. Daerah Teluk Manila yang awalnya sangat tercemar oleh minyak dan sampah, telah diubah menjadi lokasi pantai pasir putih.
Pegiat lingkungan mengatakan bagaimanapun juga, pantai tetap tidak bersih. "Ini ilusi," kata Lia Mai Torres, direktur eksekutif Center for Environmental Concerns Philippines. "Hanya karena warnanya putih bukan berarti bersih,” tambahnya.
Pasir putih dibuat dari pecahan berton-ton batu dolomit yang bersumber dari sebuah tambang di Cebu, Filipina tengah. Para ahli mengatakan sebenarnya penggunaan pasir yang terbuat dari batuan dolomit dalam proyek semacam itu sangat jarang.
Sebagian besar pantai berpasir di seluruh dunia terbentuk dari kuarsa dan feldspar, sedangkan pasir dolomit umumnya digunakan untuk pembangunan jalan.
"Saya tidak pernah menemukan pengisian pasir pantai dengan pasir dolomit," kata Arnaud Vander Velpen, yang memimpin pemantauan dan inovasi di Departemen Pemantauan dan Tata Kelola Pasir UNEP / GRID-Geneva.
Pengisian pasir penting bagi ekosistem UNEP / GRID-Geneva pada dasarnya mendukung pencarian sumber pasir alternatif agar tidak mengganggu ekosistem di sungai dan lautan saat proses ekstraksi. Vander Velpen menekankan pentingnya menggunakan pasir yang cocok dengan susunan pasir asli untuk melindungi fauna pantai.
"Jika Anda mengubah karakteristik inti dari pasir asli, pasir orisinal, Anda perlu melakukan analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) untuk mengetahui bagaimana hal itu akan berdampak pada ekosistem, dan ekosistem di sekitarnya," kata Velpen kepada DW.
Sayangnya menurut Torres, penilaian seperti itu tidak dilakukan di Manila. Hanya demi keindahan semata? Perairan Teluk Manila sebelumnya sangat tercemar oleh minyak dan sampah dari daerah pemukiman dan pelabuhan terdekat.
Baca Juga: Mengunjungi Negeri Frozen Ala Thailand di Frost Magical Ice of Siam
Tanda "Dilarang berenang" di lokasi pantai memperingatkan pengunjung untuk menjauh dari laut. Departemen Lingkungan dan Sumber Daya Alam Filipina (DENR) membantah bahwa pasir dolomit menimbulkan risiko bagi kesehatan manusia dan ekosistem.
Namun, para ilmuwan dari Universitas Filipina membantah klaim DENR. Sebuah pernyataan dari Institute of Biology mengatakan bahwa penggunaan pasir dolomit tidak menyelesaikan tahap rehabilitasi apapun, dan "bahkan lebih merugikan keanekaragaman hayati yang ada serta masyarakat di daerah tersebut.”
"Pelimpahan dolomit di Teluk Manila telah secara efektif menutupi sebagian zona intertidal (area pasang surut) yang digunakan oleh burung air sehingga mengurangi habitat mereka,” menurut pernyataan tersebut.
Pada puncak musim migrasi, Teluk Manila adalah rumah bagi 90 spesies burung air, termasuk spesies yang menjadi perhatian konservasi internasional yang menghadapi risiko kepunahan yang sangat tinggi di alam liar.
Selain itu, para ilmuwan Marince Science Institute memperingatkan bahwa menghirup partikel debu dolomit yang halus dalam waktu yang lama dapat "menyebabkan efek kesehatan kronis.”
Efeknya bisa menyebabkan ketidaknyamanan di dada, sesak napas, dan batuk. Mereka juga memperingatkan butiran pasir dolomit akan terkikis selama badai dan mengalir ke laut.
Berita Terkait
-
Nggak Perlu ke Bali: Ada Pantai Pasir Putih, Sunset Cantik, dan Kuliner Hits juga di Jakarta!
-
Pantai Mengiat, Tampilkan View Alam Indah dengan Hamparan Pasir Putih Luas
-
Pantai Nusa Dua, Persona Keindahan Alam di Kuta Selatan Pulau Bali
-
Taman Wisata Pasir Putih, Objek Wisata Keluarga dengan HTM Murah di Depok
-
Liburan Singkat di Lampung, Menikmati Keindahan Pasir Putih Pulau Tangkil
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
-
Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
Terkini
-
Prediksi Cuaca Hari Ini 4 Oktober 2025: Waspada Hujan Lebat dan Gelombang Tinggi
-
Terkuak! Kasus Keracunan Siswa di Jakarta Akibat Dapur MBG Tak Jalani SOP BGN
-
Prabowo Blusukan ke Monas, Cek Persiapan HUT ke-80 TNI
-
Gedung Ponpes Al-Khoziny Ambruk Tewaskan 13 Orang, FKBI Desak Investigasi dan Soroti Kelalaian Fatal
-
Prakiraan Cuaca 4 Oktober 2025 di Berbagai Kota Wisata dari Bogor, Bali hingga Yogyakarta
-
Dolar Diramal Tembus Rp20.000, Ekonom Blak-blakan Kritik Kebijakan 'Bakar Uang' Menkeu
-
'Spill' Sikap NasDem: Swasembada Pangan Harga Mati, Siap Kawal dari Parlemen
-
Rocky Gerung 'Spill' Agenda Tersembunyi di Balik Pertemuan Jokowi dengan Abu Bakar Ba'asyir
-
Kriminalisasi Masyarakat Adat Penentang Tambang Ilegal PT Position, Jatam Ajukan Amicus Curiae
-
Drama PPP Belum Usai: Jateng Tolak SK Mardiono, 'Spill' Fakta Sebenarnya di Muktamar X