Suara.com - Seorang pahlawan tidaklah harus berasal dari negeri sendiri dan Charlotte Maramis adalah salah seorang yang terlibat membantu perjuangan kemerdekaan Indonesia di tahun 1945, walau dia berasal dari Australia.
Mungkin bisa disebut nasib yang mempertemukan Charlotte dengan suaminya Anton Maramis, seorang pemuda asal Sulawesi Utara di Sydney di tahun 1942, yang kemudian melibatkan dirinya dalam banyak hal berhubungan dengan Indonesia.
Sekarang sebuah buku berjudul "Anton and Me" yang terbit di tahun 2020 menceritakan lengkap pengalaman hidup Charlotte dalam pertaliannya dengan perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Buku ini diedit oleh wartawan harian Sydney Morning Herald, Hamish McDonald, dengan judul kecil "When Merdeka came to Sydney."
Buku ini diterbitkan oleh Australia Indonesia Association cabang New South Wales, sebuah perkumpulan yang sudah berdiri sejak tahun 1945 yang juga banyak terlibat dalam kegiatan mendukung kemerdekaan Indonesia dan menjadi bagian erat juga dari kehidupan Charlotte dan Anton Maramis.
"Di satu sisi buku ini adalah kisah percintaan. Judul lain yang bisa dibuat mungkin "Asmara di Tengah Prasangka", yang menceritakan seorang perempuan muda kelas menengah Australia yang jatuh cinta dengan seorang pelaut asal Sulawesi Utara yang bekerja di kapal Belanda, ketika Jepang tiba di Indonesia tahun 1942," kata Michael Kramer dari AIA New South Wales kepada wartawan ABC Indonesia Sastra Wijaya.
Menurut Michael, buku ini juga membeberkan pergerakan kemerdekaan di Australia saat itu yang terjadi di sekitar 10 ribu warga asal Indonesia yang sudah berada di Australia akibat perang.
Charlotte yang juga dikenal dengan nama panggilan Lottie ke Indonesia mengikuti suaminya Anton di tahun 1949.
Cerita pertemuan keduanya
Dalam salah satu bagian dari buku setebal 192 halaman tersebut, Charlotte menceritakan pertemuannya dengan Anton Maramis pertama kalinya.
Baca Juga: Tepat di Hari Pahlawan, KPK Tahan Bupati Labuhanbatu Utara
Charlotte yang lahir di tahun 1927 tersebut adalah anak perempuan seorang kapten kapal di Sydney.
Di tahun 1942 ia pertama kali bertemu dengan Anton di kantor seorang nenek sahabat ibunya yang disebutnya "Nenek Byrnes" yang menyediakan tempat bagi beberapa orang asal Indonesia yang ada di Sydney untuk mengadakan pertemuan.
Salah seorangnya adalah Anton Maramis yang tiba di Sydney sebagai awak kapal Belanda, namun kemudian tidak mau menyatakan kesetiaan kepada Belanda dan berjuang bagi kemerdekaan Indonesia.
Charlotte berulang kali melihat Anton sepintas karena Anton dan teman-temanya bergerak "di bawah tanah" dan khawatir diketahui oleh mata-mata Australia dan Belanda karena ketika itu Australia masih mendukung Belanda di tahun 1942.
"Kami membicarakan pinangan Anton dengan keluarga. Saya baru berusia 18 tahun ketika itu namun saya memang suka Anton."
"Ibu saya kemudian mengatakan bahwa bila Anton kembali ke Australia setelah setahun, dan kami tetap saling menyukai, maka mereka akan merestui hubungan kami."
Terpopuler
- 7 Sepatu New Balance Diskon 70 Persen di Sports Station, Mulai Rp100 Ribuan
- Petugas Haji Dibayar Berapa? Ini Kisaran Gaji dan Jadwal Rekrutmen 2026
- Liverpool Pecat Arne Slot, Giovanni van Bronckhorst Latih Timnas Indonesia?
- 5 Mobil Bekas Selevel Innova Budget Rp60 Jutaan untuk Keluarga Besar
- 5 Shio Paling Beruntung Besok 25 November 2025, Cuan Mengalir Deras
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Diminta Jangan Banyak Omon-omon, Janji Tak Tercapai Bisa Jadi Bumerang
-
Trofi Piala Dunia Hilang 7 Hari di Siang Bolong, Misteri 59 Tahun yang Tak Pernah Tuntas
-
16 Tahun Disimpan Rapat: Kisah Pilu RR Korban Pelecehan Seksual di Kantor PLN
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Makin Pedas
-
FIFA Atur Ulang Undian Piala Dunia 2026: 4 Tim Unggulan Dipastikan Tak Segrup
Terkini
-
Program Prolanis Bantu Penderita Diabetes Tetap Termotivasi Jalani Hidup Lebih Sehat
-
Tak Hadir di Audiensi, Keluarga Arya Daru Minta Gelar Perkara Khusus Lewat Kuasa Hukum
-
Gus Yahya Staquf Diberhentikan dari Ketua NU, Siapa Penggantinya?
-
Kuasa Hukum Nadiem Makarim: Kasus Kliennya Mirip Polemik Tom Lembong dan Ira Puspadewi
-
1.131 Aktivis Dikriminalisasi, ICEL dan Koalisi Sipil Desak Kapolri Terbitkan Perkap Anti-SLAPP
-
Kemajuan yang Membebani: Ketika Perempuan Jadi Korban Pertama Pembangunan
-
Kapan Bahasa Portugis Diajarkan di Sekolah? Ini Jawaban Mendikdasmen
-
Geram Legislator Senayan Soal Bandara PT IMIP Beroperasi Tanpa Libatkan Negara: Kedaulatan Terancam!
-
Wamenkes Dante: Sistem Rujukan BPJS Tak Lagi Berjenjang, Pembayaran Klaim Disesuaikan Kompetensi RS
-
Pemprov DKI Gagas LPDP Jakarta, Siap Biayai Warga Kuliah S2-S3 hingga Luar Negeri