Suara.com - Pengamat politik Rocky Gerung ikut menyoroti sikap Pangdam Jaya Mayjen Dudung Abdurachman yang mengaku memerintahkan anak buahnya untuk mencopot baliho bergambar Habib Rizieq Shihab.
Terkait hal itu, Rocky Gerung menilai sikap Istana yang ambigu soal TNI merecoki urusan Habib Rizieq ini adalah sumber masalahnya. Istana sampai hari ini tidak jelas sikapnya soal momentum tersebut, mengaku tidak memerintahkan Pangdam Jaya turunkan baliho Imam Besar Front Pembela Islam itu, tapi di sisi lain tidak mengonformasi apakah tindakan Pangdam Jaya itu salah atau tidak.
Rocky menganggap sikap ambigu Istana ini makin menambah deret blunder rezim. Makanya, Rocky mengatakan jangan salahkan publik yang memunculkan meme sarkastis yang cenderung mengolok-olok institusi TNI.
“Kalau Presiden tak tahu menahu (manuver Pangdam Jaya) semestinya beri sanksi. Kan hirarki komando dalam militer yang ambil inisiatif harus perintah pejabat tingginya. Kalau hanya keterangan pers (dari staf KSP) seolah membenarkan itu artinya Istana mau ambil keuntungan dari opini publik. Ini berbahaya mau umpankan perdebatan. Baliho itu kampanye politik sipil, saya menagih kejelasan Istana soal bagaimana sikap peristiwa di Petamburan,” jelas Rocky dalam kanal Youtube Rocky Gerung Official seperti dikutip Hops.id--media jaringan Suara.com, Minggu, (22/11/2020).
Dia menilai tampilnya Pangdam Jaya dalam kasus Petamburan dan pencopotan baliho Habib Rizieq ini adalah testing water politik dan publik juga paham manuver Istana dengan mengumpankan Pangdam Jaya.
Rocky Gerung menganalisis, Pangdam Jaya jadi tameng dan dapat restu Istana, meskipun sikap Istana dalam keterangan persnya, jelas ambigu.
“Jadi kalau militer misalnya pak Pangdam Jaya anggap itu HRS keterlaluan, itu kesimpulan pribadi beliau sebagai warga negara. Kalau itu kesimpulan institusi pun, enggak ada soal, tapi kesimpulan (manuver ke HRS) itu harus disampaikan kepada Presiden, supaya Presiden yang putuskan. Apakah turunkan baliho atau enggak. Jadi tak boleh Pangdam Jaya ambil keputusan, Pangdam boleh buat kesimpulan jangan buat keputusan,” jelas Rocky.
Insiden pencopotan baliho Habib Rizieq oleh TNI itu, membuat publik menganalisis ada upaya Istana untuk menyelundupkan sesuatu secara samar-samar dan itu ditafsirkan samar-samat pula oleh Pangdam Jaya.
Kesimpulan awal Rocky soal manuver Pangdam Jaya yaitu Pangdam Jaya merasa dapat izin diam-diam dari Istana untuk bermanuver. Selama tak mendapat teguran, Pangdam Jaya akan merasa melakukan fungsinya menjaga ketertiban dan keamanan.
Baca Juga: Candaan Rocky Gerung Soroti TNI Turunkan Baliho Habib Rizieq
“Mungkin Pangdam anggap Istana mengizinkan secara diam-diam test agreement untuk memberi sinyal ada yang terganggu keutuhan berbangsa. Tapi itu bukan dimaksudkan untuk minta Pangdam turunkan tentara. Pubik akan tagih kenapa Pangdam yang berinisiatif turunkan baliho,” ujar bekas dosen Universitas Indonesia itu.
Alih-alih menyalahkan Pangdam Jaya, setelah menganalisis Rocky Gerung malah justru kasihan ke Pangdam Jaya. Kok bisa? Jadi Rocky melihat Pangdam Jaya merasa manuvernya mendapatkan perlindungan dari Istana.
“Kasihan Pangdam Jaya juga, karena dia ditawan opini pubik dan berupaya jelaskan bahwa dia adalah petugas yang diberi hak menilai keadaan. Sekarang tunggu apakah penilaian itu harus dilaksanakan dengan keputusan mengirim tentara turunkan baliho atau diminta diam-diam Istana untuk semacam gelar kekuatan di situ, interpretasi orang Istana menyuruh (Pangdam)” ujarnya.
Inisiator Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) itu menegaskan kembali sepanjang Istana tak bicara tegas soal drama TNI vs Habib Rizieq ini maka publik akan menduga Istana menyuruh Pangdam Jaya masuk dalam pengaruh politik.
“Jadi saya tak salahkan Pangdam Jaya, termasuk (tak salahkan) pengamat yang nilai apakah Pangdam atau FPI (yang salah). Saya salahkan Istana yang ambigu, ragu-ragu memutuskan apakah yang sebetulnya terjadi di situ,” tuturnya.
Berita Terkait
-
Fenomena Donasi Bencana: Rocky Gerung Sebut Nilai Kemanusiaan 'Tumbuh Subur' di Luar Pemerintah
-
Said Didu Ungkap Bandara 'Ilegal' Lain Selain Morowali, Rocky Gerung: Siapa Kepala Negaranya?
-
Manuver Projo Merapat ke Gerindra: Rocky Gerung Sebut 'Gempa Bumi Politik' dan Minta Media Bongkar
-
Rocky Gerung Bongkar 'Sogokan Politik' Jokowi ke Prabowo di Balik Manuver Budi Arie
-
Rocky Gerung: Dengan Seizin Pak Jokowi, Maka Projo Akan Dihibahkan ke Gerindra
Terpopuler
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- 7 HP Samsung Seri A Turun Harga hingga Rp 1 Jutaan, Mana yang Paling Worth It?
Pilihan
-
Viral Atlet Indonesia Lagi Hamil 4 Bulan Tetap Bertanding di SEA Games 2025, Eh Dapat Emas
-
6 HP Snapdragon RAM 8 GB Termurah: Terbaik untuk Daily Driver Gaming dan Multitasking
-
Analisis: Taktik Jitu Andoni Iraola Obrak Abrik Jantung Pertahanan Manchester United
-
29 Unit Usaha Syariah Mau Spin Off, Ini Bocorannya
-
Soal Klub Baru usai SEA Games 2025, Megawati Hangestri: Emm ... Rahasia
Terkini
-
Cirebon Dipilih Jadi Titik Strategis Siaga SPKLU PLN Saat Nataru
-
Jaksa Bongkar 3 Nama Titipan Walkot Semarang untuk Nadiem di Kasus Pengadaan Chromebook
-
Jangan ke MA, Mahfud MD Dorong Presiden Ambil Alih Pembatalan Perpol Jabatan Sipil Polri
-
Proyek Chromebook Diduga Jadi Bancakan, 3 Terdakwa Didakwa Bobol Duit Negara Rp2,18 Triliun
-
Inovasi Penanganan Bencana di Indonesia, Tiga Pelajar SMA Memperkenalkan Drone Rajawali
-
Pascabanjir di Padang, Penyintas Mulai Terserang ISPA dan Penyakit Kulit
-
Prabowo Panggil Semua Kepala Daerah Papua ke Istana, Sinyal Gebrakan Baru?
-
Pakai Analogi 'Rekening Koran', Hasan Nasbi Tantang Balik Penuduh Ijazah Jokowi
-
Pengelola SPPG di Bogor Klaim 90 Persen Sumber Pangan MBG Sudah Lokal
-
Kagetnya Roy Suryo Usai Lihat LP di Polda Metro Jaya: Ternyata Jokowi Dalang Pelapor