Suara.com - Djoko Tjandra mengaku sudah memiliki kedekatan terdakwa Tommy Sumardi saat dirinya masih berstatus buronan. Bahkan, terpidana kasus cessie Bank Bali itu meminta bantuan Tommy untuk menanyakan status DPO Djoko Tjandra di NCB Interpol Indonesia.
Hal itu diceritakan Djoko Tjandra saat dihadirkan sebagai saksi dalam sidang kasus suap penghapusan red notice dengan terdakwa Tommy, Kamis (26/11). Permintaan untuk mengurus status DPO itu ditanyakan Djoko Tjandra saat dirinya bersembuyi di Malaysia.
"Saya tanya by phone, saya waktu itu ada di Malaysia. Saya tanya, 'Tom ini masalah DPO masih terganjal di sistem', Saya cuma katakan di sistem apakah ada upaya untuk bantu cek kondisinya gimana, dan gimana bisa dilepaskan, karena tujuan saya pulang untuk daftar PK," kata Djoko Tjandra.
Kata Djoko Tjandra, Tommy menyepakati hal tersebut dan kemudian menanyakan status DPO. Namun, bantuan dari Tommy bukan cuma-cuma. Kepada Djoko Tjandra, Tommy meminta 'ongkos' untuk mengurus hal tersebut.
"Djok bahwa kalau pengurusan dari DPO harus ada ongkos-ongkos. Ada biayanya," kata Djoko Tjandra menirukan perkataan Tommy.
Ongkos yang diminta Tommy untuk mengurus hal tersebut mencapai Rp 15 miliar. Mendengar angka tersebut, Djoko Tjandra menawar dengan harga lebih rendah hingga kesepakatan bertemu di angka Rp 10 miliar.
"Tommy bilang 'You sediakan Rp 15 miliar'. Saya bilang 'aduh Tom berat dengan biaya Rp 15 miliar, gimana kalau Rp 5 miliar'. Akhirnya, kami sepakati angka Rp 10 miliar," paparnya.
Djoko Tjandra menyebut, ongkos yang dimaksud oleh Tommy ditujukan untuk bertanya soal status DPO nya ke NCB Interpol Indonesia. Pasalnya, Djoko Tjandra tidak tahu kalau status DPO itu ada di pihak Imigrasi.
"Kami melalui NCB, karena relantionship red notice atau DPO itu di NCB. Tentunya Kami hari ini tahu sekian banyak sidang masalahnya bukan di situ," beber dia.
Baca Juga: Red Notice Djoko Tjandra, Saksi Sebut Brigjen Prasetijo Bawa Barang ke TNCC
Uang senilai Rp 10 miliar itu dibayar oleh Djoko Tjandra secara bertahap. Pembayaran tersebut diberikan melalui Sekretaris Djoko Tjandra, Nurmawan Fransisca dan sopir Djoko Tjandra bernama Nurdin.
"USD 100 ribu tanggl 12 Mei, USD 50 ribu lagi tanggal 22 Mei. Itu sudah cukup total USD 500 ribu, tambah SGD 200 ribu," papar Djoko Tjandra.
Dalam perkara ini, Djoko Tjandra didakwa melanggar Pasal 5 ayat (1) huruf a atau b atau Pasal 13 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP juncto Pasal 65 ayat (1) dan (2) KUHP.
Selanjutnya, Prasetijo didakwa melanggar Pasal 5 ayat 2 juncto Pasal 5 ayat 1 huruf a atau b Undang-Undang (UU) Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU Tipikor) juncto Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP dan/atau Pasal 11 atau Pasal 12 huruf a atau b UU Tipikor juncto Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP.
Kemudian, Napoleon didakwa melanggar Pasal 5 ayat 2 juncto Pasal 5 ayat 1 huruf a atau b UU Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tipikor juncto Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP dan/atau Pasal 11 atau Pasal 12 huruf a atau b UU Tipikor juncto Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP.
Sedangkan, Tommy Sumardi didakwa melanggar Pasal 5 ayat (1) huruf a atau b atau Pasal 13 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tipikor sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tipikor juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP juncto Pasal 65 ayat (1) dan (2) KUHP.
Berita Terkait
-
Sidang Hasto, Djoko Tjandra Diduga Danai Harun Masiku? Hakim Cecar Saksi Kasus Suap PAW
-
Ungkap Pertemuan Harun dan Djoko Tjandra Terjadi Sebelum Suap Wahyu, KPK: Ada Perpindahan Uang
-
3,5 Jam Dicecar KPK, Djoko Tjandra Bungkam soal Kasus Harun Masiku!
-
Diperiksa KPK 3,5 Jam, Djoko Tjandra Mengaku Tak Kenal Harun Masiku hingga Hasto Kristiyanto
-
Diam-diam Diperiksa KPK, Apa Kaitan Djoko Tjandra dengan Buronan Harun Masiku?
Terpopuler
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- 7 Sepatu Adidas Diskon hingga 60% di Sneakers Dept, Cocok Buat Tahun Baru
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Kencang bak Ninja, Harga Rasa Vario: Segini Harga dan Konsumsi BBM Yamaha MT-25 Bekas
Pilihan
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
-
Aksi Adik Kandung Prabowo yang Makin Mencengkeram Bisnis Telekomunikasi
-
Sesaat Lagi! Ini Link Live Streaming Final Futsal ASEAN 2025 Indonesia vs Thailand
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
Terkini
-
Lebih 'Merdeka' di Balai Kota, Pramono Anung Blak-blakan: Jujur, Enak Jadi Gubernur
-
Fraksi Partai Nasdem Dukung Pilkada Lewat DPRD: Sesuai Konstitusi dan Pancasila
-
DPR Desak KPK Jelaskan Penghentian Penyelidikan Kasus Aswad Sulaiman Secara Transparan
-
Hadapi Tantangan Geografis, Pendidikan dan Kesejahteraan Anak di Maluku Utara Jadi Fokus
-
AMAN Catat Konflik 202 Ribu Hektare Wilayah Adat Bengkulu Sepanjang 2025
-
Harapan Publik Tinggi, KPK Tegaskan Penghentian Kasus Aswad Sulaiman Berbasis Alat Bukti
-
Rentetan Kecelakaan Kerja di Galangan PT ASL Shipyard Kembali Terjadi, Polisi Turun Tangan
-
Viral Sekelompok Orang Diduga Berzikir di Candi Prambanan, Pengelola Buka Suara
-
Bahlil Lahadalia Jamu Cak Imin dan Zulhas Hingga Dasco di Kediamannya, Bahas Apa?
-
Tak Bisa Beli Roti Gegara Cuma Punya Uang Tunai: Kenapa Toko Lebih Suka Cashless?