Suara.com - Indonesia Corruption Watch atau ICW menilai tingginya tuntutan agar koruptor dihukum mati, adalah manifestasi rasa frustrasi masyarakat terhadap upaya penegakan hukum kepada pelaku rasuah.
“Refleksi rasa frustrasi masyarakat atas upaya pemberantasan korupsi yang tidak berjalan efektif,” kata Peneliti ICW Adnan Topan Husodo lewat video diskusi daring, Jumat (12/3/2021).
Menurutnya, masyarakat menilai hukuman mati sebagai jalan pintas menyelesaikan permasalahan korupsi di Tanah Air.
“Diasumsikan menimbulkan rasa takut bagi pelakunya,” ujarnya.
Padahal, kata Adnan, permasalahan koruptor di Indonesia disebabkan oleh ketidakberesan sistem di sektor pemerintah, privat dan masyarakat.
“Korupsi akan selalu terjadi jika kesempatan untuk melakukannya terbuka lebar. Korupsi merupakan kejahatan kalkulasi, peluang ditangkap kecil, peluang menikmati hasil kejahatan besar,” kata Adnan.
Karenanya, dalam menangani korupsi, dibutuhkan tiga pendekatan sekaligus, penindakan, pencegahan, dan pendidikan.
“Mendorong kemampuan dan kemauan untuk mendeteksi berbagai potensi korupsi dan segera mungkin membangun sistem anti korupsi,” ujarnya.
“Mengintensifkan pendidikan antikorupsi di tingkat masyarakat, mulai dari tingkat dasar, memfasilitasi partisipasi publik dan memberikan perlindungan bagi mereka yang aktif melawan korupsi,” sambung Adnan.
Baca Juga: 336 Orang Divonis Mati, Komitmen Jokowi Lindungi Hak Rakyat Dinilai Rendah
Berita Terkait
-
336 Orang Divonis Mati, Komitmen Jokowi Lindungi Hak Rakyat Dinilai Rendah
-
Hukuman Mati Bagi Koruptor, Anggota Komisi III DPR: Tidak Masalah
-
Pelaku Pembunuhan 2 Perempuan Muda Terancam Hukuman mati
-
Penjual Kebab di Gresik Terancam Hukuman Mati, Ini Sebabnya
-
ICW Desak KPK Usut Pihak yang Melindungi Nurhadi Saat Jadi Buron
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
Disebut Menteri Berbahaya, Menkeu Purbaya Langsung Skakmat Hasan Nasbi
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
Terkini
-
Ricuh di PN Jaksel: Polisi dan Pendukung Aktivis Khariq Anhar Saling Dorong Rebut Poster
-
Dua Pria Ditangkap Terkait Pencurian Permata Berharga di Museum Louvre
-
Mengenang Johnson Panjaitan: Kritik Keras untuk Polri dan Ingatkan 'Potong Kepalanya'
-
Jaksa Ungkap Detik-detik Kompol Yogi dan Ipda Aris Habisi Brigadir Nurhadi di Gili Trawangan
-
Pramono Anung Pastikan Kasus Sumber Waras Tuntas, Siap Bangun RS Tipe A di Atas Lahan 3,6 Hektar
-
Kasus Kereta Anjlok Terus Berulang, DPR Minta Kemenhub Lakukan Audit Keselamatan Independen
-
Menhut Raja Juli Minta Maaf ke Warga Papua Usai BKSDA Bakar Mahkota Cenderawasih: Ini Jadi Catatan
-
Prabowo Tak Happy, Mendagri Setrap Pejabat Bojonegoro Gegara Realisasi Belanja Rendah: Jangan Bohong
-
Mulai Dibahas Hari Ini, DPR Berharap Biaya Haji 2026 Turun Lagi Tanpa Mengurangi Kualitas
-
Jatinegara Berdarah: Pria Nekat Tebas Leher Kenalan Gara-Gara Sabu, Ini Motifnya!