Suara.com - John Holian, kepala sekolah di Uniondale mengundurkan diri setelah menyuruh siswanya yang berkulit hitam untuk berlutut sambil minta maaf yang tulus.
Menyadur News Day Jumat (26/03) John Holian adalah kepala lama Sekolah Marianis St. Martin de Porres. Ia memutuskan untuk mundur di tengah protes atas insiden tersebut, kata Marianist Brothers.
"Sekolah Maria St. Martin de Porres telah menerima pengunduran diri mantan kepala sekolah kami," kata sekolah itu dalam sebuah surat kepada orang tua.
"Pimpinan Sekolah Marianis St. Martin de Porres terus mengkaji kejadian tersebut untuk memastikan bahwa tidak pernah terulang lagi dalam bentuk apapun. Kejadian ini tidak mencerminkan kami."
Holian akan segera digantikan oleh Shawn Lisa Torres, seorang pekerja sosial klinis berlisensi dan administrator sekolah bersertifikat yang anak-anaknya bersekolah di sekolah tersebut.
Seorang anak laki-laki kelas enam dibawa ke kantor Holian setelah insiden pada akhir Februari di mana seorang guru bahasa Inggris merobek lembar kerja yang sedang dikerjakan, kata Trisha Paul, ibu anak laki-laki itu.
"Saya merasa seolah-olah dia menyuruhnya berlutut karena dia orang kulit hitam," kata Paul.
Pada hari Rabu, Paul mengatakan dia tidak puas dengan pengunduran diri Holian. "Saya terkejut dia mengundurkan diri, tidak dipecat mengingat apa yang telah dia lakukan."
Kelas hari itu seharusnya membaca teks bersama, tetapi putranya, Trayson, malah mulai mengerjakan kertas karena dia sudah selesai membaca, katanya.
Baca Juga: Facebook Dituduh Bertindak Rasis kepada Pekerja Kulit Hitam
Dia awalnya tidak percaya putranya dipaksa berlutut, tapi Holian membenarkannya. Holian mengatakan bahwa seorang ayah Nigeria pernah membawa putranya ke sekolah dan menyuruhnya berlutut sambil minta maaf.
"Karena itu biasanya cara orang-orang di beberapa bagian Afrika mengungkapkan ketulusan mereka," kata Paul.
Paul menanggapi hal ini dan berkata bahwa alasan itu tak masuk akal. "Saya bingung karena saya tidak melihat ada relevansinya. Anak saya bukan orang Nigeria," kata Paul menggambarkan putranya sebagai orang Amerika Haiti.
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Ada Terdakwa Perkara Tata Kelola Minyak Mentah Pertamina Tersandung Kasus Petral, Ada Riza Chalid?
-
Skandal Korupsi Ekspor POME: Kejagung Periksa 40 Saksi, Pejabat dan Swasta Dibidik
-
Polisi Ungkap Alasan Roy Suryo Cs Dicekal: Bukan karena Risiko Kabur, Tapi...
-
Misteri Diare Massal Hostel Canggu: 6 Turis Asing Tumbang, 1 Tewas Mengenaskan
-
Lapor ke Mana Pun Tak Direspons, Kisah Wanita Korban Eksibisionisme yang Ditolong Damkar Benhil
-
Brasil Minta Duit Miliaran Dolar Buat Jaga Hutan, tapi Izin Tambang Jalan Terus
-
Korupsi Tax Amnesty: Kejagung Sebut Periksa Sejumlah Nama Sebelum Pencekalan, Termasuk Bos Djarum?
-
Anggaran Bantuan Hukum Warga Miskin di Jember Mengalami Penurunan
-
Detik-detik Tembok Sekolah di Palmerah Roboh: Udah Goyah, Lari Selamatkan Diri dari Api
-
Kementerian HAM Akan Kumpulkan Seluruh Data Hak Asasi Manusia Lewat Platform Ini