Suara.com - Sejumlah anggota DPR RI khususnya Komisi IX mendukung dan menjadi relawan uji klinis fase II vaksin Nusantara di RSPAD Gatot Soebroto, pekan ini.
Sikap wakil rakyat terhormat tersebut menjadi sorotan, karena dilakukan saat Badan Pengawas Obat dan Makanan resmi meminta pengujian vaksin Nusantara dihentikan sementara karena dinilai tak memenuhi prosedur ilmiah.
Ketua IDI atau Ikatan Dokter Indonesia Daeng M Faqih mengatakan, BPOM sejauh ini sudah melakukan tugasnya secara profesional.
BPOM, kata dia, bekerja sebagai pengawas mengatur protokol dalam penelitian obat hingga vaksin, termasuk kala pandemi covid-19.
"Secara protokoler, di Indonesia, yang melakukan penilaian memakai kaidah ilmiah terkait obat dan vaksin itu hanya BPOM. Lalu, kalau bukan BPOM, siapa lagi?" kata Daeng dalam daring bertema 'Siapa Suka Vaksin Nusantara', Sabtu (17/4/2021).
Karena itu, Daeng meminta DPR RI tak terkesan mengambilalih tugas dan posisi BPOM, terkait prosedur pembuatan vaksin Nusantara.
"DPR bekerja untuk mengawasi lembaga seperti pemerintah dan lembaga-lembaga di dalamnya. Tapi yang seharusnya diawasi adalah kinerjanya. jangan sampai seolah-olah mengambilalih kinerja (BPOM)," kata dia.
Daeng mengkhawatirkan tindak-tanduk DPR terkait vaksin Nusantara akan kebablasan, sehingga bukan tak mungkin terdapat intervensi terhadap BPOM.
"Kalau itu tidak dijaga, saya khawatir lembaga profesional ke depan seperti BPOM ini akan rentan dimasuki unsur-unsur politis. Saya sangat khawatir. Pekerjaan profesional ini harus di jaga karena prosedur keilmuan yang dikerjakan," kata dia.
Baca Juga: Mengenal Cara Kerja Sel Dendritik, Bahan Utama Vaksin Nusantara
Untuk diketahui, BPOM menegaskan vaksin Nusantara belum memenuhi cara pengolahan yang baik atau good manufacturing practices alias GMP.
BPOM juga menilai tim pengembang vaksin Nusantara belum memenuhi standar praktik laboratorium yang baik atau good laboratory practice/GLP.
Tak hanya itu, BPOM juga mengatakan vaksin Nusantara tidak jelas secara konsepual, apakah benar-benar vaksin atau terapi.
Karenanya, BPOM meminta tim peneliti untuk menghentikan sementara proses pengembangan vaksin dan kembali ke fase pra-klinik dengan melengkapi prosedur saintifik yang baik dan benar.
Namun, sejumlah Anggota DPR justru berbondong-bondong berpartisipasi sebagai relawan uji klinis fase II vaksin Nusantara.
Berita Terkait
-
Mengenal Cara Kerja Sel Dendritik, Bahan Utama Vaksin Nusantara
-
Ketua IDI: Dukungan Politikus ke Vaksin Nusantara Tak Ada Artinya
-
Tenaga Ahli Menteri Kesehatan: 95 Persen Bahan Baku Vaksin Nusantara Impor
-
58 Artis, Ulama, hingga Sastrawan Dukung BPOM soal Vaksin Nusantara
-
BPOM Dituding Berpolitik soal Vaksin Nusantara
Terpopuler
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Gus Yahya Ngaku Sejak Awal Inginkan Islah Sebagai Jalan Keluar Atas Dinamika Organisasi PBNU
-
Rais Aam PBNU Kembali Mangkir, Para Kiai Sepuh Khawatir NU Terancam Pecah
-
Puasa Rajab Berapa Hari yang Dianjurkan? Catat Jadwal Berpuasa Lengkap Ayyamul Bidh dan Senin Kamis
-
Doa Buka Puasa Rajab Lengkap dengan Artinya, Jangan Sampai Terlewat!
-
Pedagang Korban Kebakaran Pasar Induk Kramat Jati Mulai Tempati Kios Sementara
-
Buku "Jokowi's White Paper" Ditelanjangi Polisi: Cuma Asumsi, Bukan Karya Ilmiah
-
Gibran Turun Gunung ke Nias, Minta Jembatan 'Penyelamat' Siswa Segera Dibangun
-
Mensos Salurkan Santunan Rp15 Juta bagi Ahli Waris Korban Bencana di Sibolga
-
Pengamat: Sikap Terbuka Mendagri Tito Tunjukkan Kepedulian di Masa Bencana
-
Anjing Pelacak K-9 Dikerahkan Cari Korban Tertimbun Longsor di Sibolga-Padangsidimpuan