Suara.com - Aisyah, bocah 7 tahun meninggal dunia diduga karena dirukiah oleh dukun. Tak sampai di situ, mayat gadis malang ini disimpan di kamar selama empat bulan oleh orang tuanya.
Kasus pembunuhan Aisyah terjadi di dusun Paponan, Desa Bejen, Kecamatan Bejen, Kabupaten Temanggung.
Peristiwa keji ini terbongkar usai jenazah Aisyah ditemukan di rumahnya pada Minggu (16/5/2021).
Kronologi Aisyah ditemukan meninggal
Semua berawal dari rasa kangen tante atau budhe dan kakek. Keduanya sudah tidak bertemu dengan Aisyah selama empat bulan terakhir.
Akibat rasa rindu dan juga penasaran, budhe dan kakek Aisyah berkunjung ke rumah orang tua Aisyah.
Saat sampai, betapa kagetnya mereka menjumpai Aisyah sudah jadi jenazah. Mayat Aisyah sudah disimpan selama empat bulan di kamar sampai nyaris hanya menyisakan kerangka.
Orang tua menyebut Aisyah sedang dirawat setelah dirukiah karena nakal
Budhe dan kakek Aisyah pun meminta penjelasan dari orang tua Aisyah. Ayah dan ibu bocah tersebut pun mengatakan bahwa Aisyah sedang menjalani perawatan setelah empat bulan dirukiah karena nakal.
Baca Juga: Isu Dukun Santet, Emak-emak Beri Imbalan Rp 15 Juta Bagi Pembunuh Nabi
Setelah mendengar penjelasan dari orang tua Aisyah, kakek dan budhe bocah malang ini pun langsung melapor ke kepala desa yang kemudian diteruskan laporannya ke kepolisian.
Pengakuan dukun versi unggahan viral di Facebook: Aisyah nakal karena kerasukan genderuwo
Polisi menindak lanjuti laporan terkait penemuan jenazah Aisyah ini. Dua pelaku ditangkap, mereka adalah Haryono (56) dan Budiono (43). Keduanya adalah dukun yang merukiah Aisyah yang tinggal tak jauh dari rumah orang tua Aisyah.
Kedua dukun mengklaim Aisyah nakal karena kerasukan genderuwo. Maka dari itu mereka merukiah Aisyah dengan tujuan mengusir makhluk halus yang disebut bersemayam di tubuh gadis kecil tersebut.
Cara rukiah yang dilakukan kedua dukun tersebut adalah dengan menenggelamkan tubuh Aisyah ke dalam bak sampai meninggal. Jasadnya kemudian dibaringkan di kamar, dukun tersebut mengatakan Aisyah suatu hari akan terbangun kembali.
Kronologi kasus Aisyah ini pun viral setelah dibagikan oleh pengguna Facebook dengan akun Eris Riswandi, Senin (17/5/2021).
Posisi mayat ada di dalam kamar, kondisinya kering, tinggal kulit dan tulang
Kepolisian Resor Temanggung, Jawa Tengah menyelidiki penemuan mayat anak perempuan berinisial ALH (7) di Desa Bejen, Kabupaten Temanggung.
Kapolres Temanggung AKBP Benny Setyowadi di Temanggung, Senin, dikutip Antara mengatakan pada Minggu 16 Mei 2021 sekitar pukul 23.00 Polsek Bejen Polres Temanggung mendapat laporan dari warga dan Kepala Desa Bejen ada penemuan mayat di salah satu rumah warga.
“Petugas polsek lantas mendatangi lokasi, kemudian menemukan mayat anak perempuan di dalam kamar,” kata AKBP Benny.
Benny mengatakan bahwa penyelidikan masih berjalan. Dalam kasus ini, kepolisian mengamankan empat orang.
“Kami melakukan pemeriksaan terhadap ibu dan bapak dari anak tersebut serta dua tetangganya,” ungakpnya.
Terkait soal penyebab anak itu meninggal, Benny mengatakan jajarannya masih mendalami. Pada hari Senin tim Dokpol Polda Jateng melakukan autopsi terhadap korban.
Kalau dugaan dari keterangan awal, lanjut dia, anak tersebut sudah meninggal sekitar 4 bulan lalu.
“Posisi mayat ada di dalam kamar, kondisinya kering, tinggal kulit dan tulang. Akan tetapi, kami lihat dari hasil autopsi saja,” kata AKBP Benny.
Tanggapan Sosiolog Kriminal
Drs. Soeprapto, S.U, seorang Sosiolog Kriminalitas dari Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu sosial dan Politik UGM menilai setidaknya ada empat faktor yang membuat beberapa orang tua melakukan tindakan yang berakibat fatal bagi anaknya sendiri.
"Saat ini banyak anak menjadi korban ulah orang tua karena beberapa sebab. Pertama, banyak orang tua yang tidak faham betul 4 fungsi keluarga (edukasi, perlindungan, ekonomi, dan reproduksi). Kedua, tidak memiliki kecerdasan emosional yang tinggi, ketiga, tingkat rasionalitasnya rendah dan yang keempat, tingkat maturity-nya rendah," kata Soeprapto saat dihubungi Suara.com, Rabu (19/5/2021).
Soeprapto menambahkan, seseorang dengan kecerdasan emosi dan rasionalitas yang rendah akan mudah menjastifikasi ke arah mistis apabila menemukan hal yang susah teratasi, seperti misalnya kenakalan anak.
"Akibatnya ketika ada hal yang tidak teratasi dengan mudah seperti kenakalan anak, sakit yang belum diketemukan, maka larinya jika tidak menjastifikasi gangguan makhluk halus maka arahnya adalah santet," lanjutnya.
"Mengusir genderuwo kok sampai menenggelamkan kepala?"
Pria yang bekerja di Departemen Sosiologi Fisipol UGM tersebut lantas menyoroti sesuatu yang tak wajar. Baginya, pengakuan pelaku menenggelamkan Aisyah ke bak untuk mengusir sosok makhluk halus yang dicurigai ada dalam tubuhnya adalah hal tak wajar.
"Mengusir genderuwo dengan cara merendam kepala anak sampai pingsan itu jelas bukan tindakan wajar. Biasanya, mengusir makhluk halus dari tubuh seseorang cukup dengan menekan ujung jempol atau dengan percikan air, tapi ini kok pakai merendam kepala," papar Soeprapto.
Ia meyakini dukun yang menangani Aisyah tidak secara sengaja ingin menghilangkan nyawa anak itu.
Niat awal sang dukun ialah untuk mengeluarkan makhluk halus yang dianggap ada di tubuh Aisyah, namun sayang praktik penenggelaman itu justru menghilangkan nyawa Aisyah.
"Saya yakin sang dukun tidak berniat membunuh, mereka hanya ingin mengusir makhluk halus yang 'dianggap bertengger' di tubuh anak tersebut. Harapannya dengan direndam di air, kemudian sulit bernafas makan makhluk akan keluar, tapi ternyata merendamnya kebablasan sampai meninggal," paparnya.
Soeprapto lantas membandingkan tindakan si dukun yang menangani Aisyah dengan dukun pada umunya. Tindakan pengusiran makhluk halus yang dilakukan oleh dukun yang juga tetangga korban itu dinilai berlebihan.
"Bagi dukun yang mumpuni, harusnya tahu seseorang yang nakal atau mudah ngamuk itu kerasukan atau ada gangguan jiwa. Cara mengusirnya ada doa atau didukung sarana percikanair atau pegang kepala atau pegang ujung jempol atau bisa juga dengan media ranting pohon kelor," jelas Soeprapto.
"Tidak harus dengan dimasukan ke air. Jika dengan cara di atas tidak sembuh maka berarti bukan kerasukan, sehingga harus dikinsultasikan ke psikolog atau psikiater atau neurolog atau general medical check up," sambungnya.
Soeprapto menyimpulkan tindakan yang dilakukan oleh dukun dan orang tua Aisyah setidaknya bisa dikategorikan sebagai kelalaian yang berakibat menghilangkan nyawa seseorang.
"Setidaknya dapat dikategorikan melakukan tindakan lalai yang menyebabkan hilangnya nyawa seseorang," pungkasnya.
Berita Terkait
-
7 Tempat Wisata Hidden Gem di Temanggung: Pesona, Lokasi, dan Harga Tiket
-
Sikapi Pembunuhan Anak Kadernya di Cilegon, DPP PKS Desak Polisi Usut Tuntas dan Transparan
-
Telepon Terakhir Anak 9 Tahun: Apa Pemicu Pembunuhan Sadis di Rumah Mewah Cilegon?
-
Diminta Menikah Muda, Aisyah Aqilah: Nikah Itu Nggak Bisa Dipatok Umur!
-
TKI Asal Temanggung Hilang Selama 20 Tahun di Malaysia, Ahmad Luthfi Pastikan Kondisinya Aman
Terpopuler
- 5 Mobil Sedan Bekas yang Jarang Rewel untuk Orang Tua
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- 5 Sepatu Lari Hoka Diskon 50% di Sports Station, Akhir Tahun Makin Hemat
- 5 Rekomendasi Sepatu Lokal Senyaman Skechers Buat Jalan-Jalan, Cocok Buat Traveling dan Harian
- 6 Mobil Bekas untuk Pemula atau Pasangan Muda, Praktis dan Serba Hemat
Pilihan
-
Bencana Sumatera 2025 Tekan Ekonomi Nasional, Biaya Pemulihan Melonjak Puluhan Triliun Rupiah
-
John Herdman Dikontrak PSSI 4 Tahun
-
Bukan Sekadar Tenda: Menanti Ruang Aman bagi Perempuan di Pengungsian
-
4 Rekomendasi HP Xiaomi Murah, RAM Besar Memori Jumbo untuk Pengguna Aktif
-
Cek di Sini Jadwal Lengkap Pengumuman BI-Rate Tahun 2026
Terkini
-
Jurnalisme Masa Depan: Kolaborasi Manusia dan Mesin di Workshop Google AI
-
Suara.com Raih Top Media of The Year 2025 di Seedbacklink Summit
-
147 Ribu Aparat dan Banser Amankan Misa Malam Natal 2025
-
Pratikno di Gereja Katedral Jakarta: Suka Cita Natal Tak akan Berpaling dari Duka Sumatra
-
Kunjungi Gereja-Gereja di Malam Natal, Pramono Anung: Saya Gubernur Semua Agama
-
Pesan Menko Polkam di Malam Natal Katedral: Mari Doakan Korban Bencana Sumatra
-
Syahdu Misa Natal Katedral Jakarta: 10 Ribu Umat Padati Gereja, Panjatkan Doa untuk Sumatra
-
Melanggar Aturan Kehutanan, Perusahaan Tambang Ini Harus Bayar Denda Rp1,2 Triliun
-
Waspadai Ucapan Natal Palsu, BNI Imbau Nasabah Tidak Sembarangan Klik Tautan
-
Bertahan di Tengah Bencana: Apa yang Bisa Dimakan dari Jadup Rp 10 Ribu Sehari?