Suara.com - Para korban gempa Haiti, yang menewaskan sedikitnya 1.941 orang memerlukan makanan, tempat bernaung dan perawatan medis. Upaya penyelamatan pada Selasa dilanjutkan setelah badai tropis menghantam negara di Karibia itu dengan hujan yang menyebabkan banjir berbahaya.
Kerusakan akibat gempa di sejumlah rumah sakit besar menghambat upaya kemanusiaan. Para dokter di tenda-tenda darurat berjuang menyelamatkan nyawa mereka yang terluka, termasuk anak-anak dan lansia. Namun mereka tak mampu membantu semua pasien.
"Tak ada cukup dokter dan sekarang dia sudah meninggal," kata Lanette Nuel yang duduk lunglai di samping jenazah putrinya di luar gedung rumah sakit Les Cayes, salah satu kota yang terdampak parah oleh gempa dan hujan badai.
Putrinya yang berusia 26 tahun dan beranak dua itu tertimpa reruntuhan saat gempa berkekuatan 7,2 magnitudo mengguncang. Kini dia terbaring diselimuti kain putih di atas lantai.
"Kami datang kemarin sore, dia meninggal pagi ini. Saya tak bisa melakukan apa-apa," kata ibunya.
Gempa pada Sabtu itu meruntuhkan puluhan ribu bangunan di negara termiskin di benua Amerika tersebut, yang masih belum pulih dari gempa 11 tahun lalu yang menewaskan 200.000 orang.
Selain korban tewas, gempa terakhir juga melukai 9.915 orang dan banyak lagi yang dilaporkan hilang atau tertimbun reruntuhan, kata dinas pelindungan sipil pada Selasa sore.
Upaya penanggulangan menjadi rumit akibat krisis politik dan sulitnya akses dari ibu kota ke bagian selatan karena sejumlah tempat dikuasai geng-geng kriminal.
Banjir bandang dan longsor akibat badai tropis Grace, yang pada Selasa sore bergerak melintasi Jamaika, telah memperburuk situasi.
Baca Juga: Diguncang Gempa 4.5 M, Warga Tasikmalaya Ngaku Tak Rasakan Getaran
"Tak terhitung banyaknya keluarga di Haiti yang kehilangan semua miliknya akibat gempa itu kini hidup dengan kaki di dalam air akibat banjir," kata Bruno Maes, perwakilan Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) di negara itu.
"Saat ini, sekitar setengah juta anak Haiti tidak memiliki atau memiliki akses terbatas ke tempat penampungan, air bersih, perawatan kesehatan dan gizi."
PBB mengatakan mereka telah mengalokasikan dana darurat 8 juta dolar (Rp 115,1 miliar) untuk membantu para penyintas.
Negara-negara Amerika Latin seperti Venezuela, Chile, Meksiko, Panama, Kolombia dan negara tetangga Republik Dominika mengirimkan makanan, obat-obatan dan keperluan lain. Amerika Serikat juga mengerahkan pasokan dan tim penyelamat
Meski geng-geng kriminal menutup akses jalan selama berbulan-bulan, Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan mengatakan "negosiasi berhasil" dicapai sehingga konvoi bantuan bisa menjangkau Les Cayes.
Rumah sakit di Les Cayes, sekitar 150 km arah barat ibu kota Port-au-Prince, bahkan lebih kewalahan pada Selasa ketika para pasien yang dirawat di tenda-tenda dipindahkan ke dalam gedung untuk menghindari badai tropis.
Direktur RS Peterson Gede mengatakan paramedis sudah berusaha melakukan yang terbaik.
"Kami tak mampu menangani semua pasien," kata dia. "Dan kami sudah menerima bantuan, tapi tidak cukup."
Di kampung tenda di Les Cayes yang banyak ditinggali anak-anak dan bayi, lebih dari seratus orang berusaha memperbaiki atap darurat dari batang kayu dan terpal yang rusak akibat badai Grace. Beberapa dari mereka berlindung di bawah lembaran plastik.
Mathieu Jameson, wakil kepala komite yang dibentuk oleh penghuni kampung tenda, mengatakan ratusan orang di sana sangat membutuhkan makanan, tempat berlindung dan perawatan kesehatan.
"Kami tak punya dokter. Kami tak punya makanan. Tiap pagi warga baru bertambah. Kami tak punya kamar mandi, tak ada tempat untuk tidur. Kami perlu makanan, kami perlu lebih banyak tenda," kata Jameson, menambahkan bahwa kampung tenda masih menunggu bantuan pemerintah. (Sumber: Antara/Reuters)
Berita Terkait
-
Diguncang Gempa 4.5 M, Warga Tasikmalaya Ngaku Tak Rasakan Getaran
-
Tasikmalaya Diguncang Gempa di Hari Kemerdekaan, Terasa hingga Bandung Selatan
-
Korban Tewas Gempa Haiti Tembus 1.297 Orang
-
Kelas! Petenis Jepang Naomi Osaka Sumbangkan Pendapatannya untuk Korban Gempa Haiti
-
Diguncang Gempa Dahsyat Tewaskan Ratusan Orang, Haiti Umumkan Kondisi Darurat
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
Pilihan
-
Bernardo Tavares Cabut! Krisis Finansial PSM Makassar Tak Kunjung Selesai
-
Ada Adrian Wibowo! Ini Daftar Pemain Timnas Indonesia U-23 Menuju TC SEA Games 2025
-
6 Fakta Demo Madagaskar: Bawa Bendera One Piece, Terinspirasi dari Indonesia?
-
5 Rekomendasi HP 1 Jutaan RAM 8 GB Terbaru, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Pertamax Tetap, Daftar Harga BBM yang Naik Mulai 1 Oktober
Terkini
-
Dana Bagi Hasil Jakarta dari Pemerintah Pusat Dipangkas Rp15 Triliun, Pramono Siapkan Skema Ini
-
KemenPPPA Dorong Evaluasi Program Makan Bergizi Gratis Pasca Kasus Keracunan
-
BGN Enggan Bicara Sanksi untuk Dapur MBG, Malah Sebut Mereka 'Pejuang Tanah Air'
-
Agus Suparmanto Sah Pimpin PPP, Mahkamah Partai Bantah Dualisme Usai Muktamar X Ancol
-
DPRD DKI Sidak 4 Lahan Parkir Ilegal, Pemprov Kehilangan Potensi Pendapatan Rp70 M per Tahun
-
Patok di Wilayah IUP PT WKM Jadi Perkara Pidana, Pengacara: Itu Dipasang di Belakang Police Line
-
Divonis 16 Tahun! Eks Dirut Asabri Siapkan PK, Singgung Kekeliruan Hakim
-
Eks Dirut PGN Ditahan KPK! Terima Suap SGD 500 Ribu, Sempat Beri 'Uang Perkenalan'
-
Ikutilah PLN Journalist Awards 2025, Apresiasi Bagi Pewarta Penggerak Literasi Energi Nasional
-
Soal Arahan Jokowi Dukung Prabowo-Gibran 2 Periode, Gus Yasin: PPP Selalu Sejalan dengan Pemerintah