Suara.com - Sejak kecil, kita telah belajar memilih warna kuning untuk menggambar Matahari.
Lalu, menambahkan sedikit warna jingga atau merah jika mengilustrasikan momen matahari terbit atau terbenam.
Tetapi bintang di pusat tata surya kita itu sebenarnya tidak hanya berwarna kuning, jingga, atau merah saja.
Tapi gabungan semua warna ini bersama-sama, dan banyak lagi.
Matahari memancarkan cahaya dalam spektrum warna yang berkesinambungan.
Baca juga:
- Ledakan dahsyat yang merobek ruang angkasa, memunculkan rongga raksasa dan melahirkan bintang baru
- Planetarium tertua dunia yang masih berfungsi dengan baik
- Awan es misterius di sekeliling sistem tata surya kita
Jika melihat melalui prisma, Anda akan melihat sinar Matahari dibagi menjadi merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, hingga ungu.
Ini semua adalah warna dalam spektrum yang terlihat, seperti dalam pelangi.
Faktanya, pelangi adalah bagaimana sinar Matahari yang terlihat oleh mata ketika melewati tetesan air di atmosfer, yang bertindak seperti prisma kecil.
Baca Juga: 5 Struktur Geologi Paling Menakjubkan di Tata Surya
Kami berharap melalui artikel ini dapat memperluas informasi bintang kita yang mempesona, tetapi harap diingat bahwa Anda tidak boleh melihat Matahari secara langsung - maupun tidak langsung dengan menggunakan teleskop atau teropong - karena ini dapat menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki pada penglihatan hingga menyebabkan kebutaan.
Namun, meskipun Matahari multi-warna terlihat cerah, itu tidak sepenuhnya benar.
Ketika semua warna cahaya yang dipancarkan Matahari dicampur, kita hanya mendapatkan satu warna.
Jika kita ingin tahu apa itu, ada petunjuk di langit.
Awan halus di atas sana, yang memantulkan sinar Matahari kepada kita, tidak berwarna kuning atau warna lain.
Mereka berwarna putih karena itulah warna sebenarnya yang dipancarkan Matahari.
Mengapat terlihat seperti kuning?
Setiap warna dalam spektrum Matahari memiliki panjang gelombang yang berbeda.
Di salah satu ujungnya berwarna merah, yang memiliki panjang gelombang terpanjang.
Kemudian warna memendek dalam panjang gelombang, turun dari merah ke jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ke ungu, warna dengan panjang gelombang terpendek pada spektrum.
Foton (partikel elementer) pada warna dalam panjang gelombang yang lebih pendek terlihat menyebar dan tidak beratur di atmosfer, dibandingkan gelombang yang lebih panjang.
Di ruang angkasa, di mana cahaya bergerak tanpa hambatan, tidak ada yang mendistorsi foton, dan Matahari muncul sebagai bola cahaya putih, 'warna asli' bintang kita.
Namun, ketika sinar matahari melewati atmosfer bumi, molekul di udara mendistorsi foton dengan panjang gelombang yang lebih pendek.
Warna pada spektrum dengan gelombang yang lebih panjang mencapai mata kita dengan lebih mudah.
"Atmosfer menghalangi bagian paling energik dari spektrum cahaya, yang sesuai dengan ultraviolet dan zona biru," jelas Angel Molina, yang menjalankan situs bernama The Astronomer's Diary.
"Jadi, seperti bola lampu yang hangat, Matahari terlihat di Bumi tanpa warna dingin, yang dihilangkan oleh atmosfer. Ia memperoleh warna yang lebih hangat, cenderung ke nada kuning."
Tetapi mengapa dalam rona kuning, dan bukan merah atau jingga, yang panjang gelombangnya bahkan lebih panjang?
Gonzalo Tancredi, yang mengajar astronomi di Universitas Republik di Uruguay, mengatakan kepada BBC bahwa sinar Matahari berada di tengah spektrum warna, yaitu kuning, setelah warna dengan panjang gelombang yang lebih pendek dari hijau ke ungu diserap.
Apakah matahari berwarna hijau?
Anda mungkin pernah menemukan tulisan di internet atau unggahan di media sosial yang mengeklaim bahwa Matahari sebenarnya berwarna hijau.
Gonzalo Tancredi mengatakan pendapat itu berasal dari fakta bahwa jika kita membuat grafik berwarna dari spektrum Matahari, maka akan tampak seperti gunung dengan puncaknya di zona hijau.
Mata manusia tidak dapat membedakan antara warna radiasi Matahari, tetapi ada instrumen yang dapat membedakannya, dan mereka mendeteksi warna hijau sebagai yang paling intens.
"Tapi begitu kita menghilangkan panjang gelombang yang lebih pendek, seperti biru, dari grafik itu, puncaknya akan berpindah ke warna kuning," kata Gonzalo Tancredi.
"Detail ini juga membantu menjelaskan mengapa kita melihat Matahari kuning di Bumi."
Mengapa matahari terbenam berwarna merah?
Ketika Matahari terbit atau terbenam, ia berada pada titik terdekatnya dengan cakrawala, yang membuat sinar matahari melewati lebih banyak molekul atmosfer.
Hal ini menyebabkan distorsi warna kebiruan yang lebih besar, memungkinkan warna merah dan jingga dalam gelombang yang lebih panjang mendominasi penampilan Matahari.
Bahkan, fenomena tersebut memiliki nama, yaitu hamburan Rayleigh, dinamai menurut fisikawan Inggris abad ke-19 Lord Rayleigh.
Saat Matahari bergerak di langit, sudutnya ke Bumi terus berubah, memberikan warna yang berbeda pada waktu yang berbeda dalam sehari, termasuk pemandangan Matahari terbenam berwarna merah.
Berita Terkait
-
Stop Abaikan! Kulit Anak Lebih Rentan Rusak Akibat Sinar Matahari
-
Kenapa Belakangan Cuaca Terasa Sangat Panas? Kenali Apa Itu Kulminasi Matahari
-
Cari Sunscreen Lokal yang Bagus dan Murah? Ini 5 Pilihan Terbaik Mulai Rp18 Ribuan
-
Benarkah Matahari Jatuh di Aceh? Viral di Medsos dan Ini Fakta Sebenarnya!
-
5 Rekomendasi Sunscreen yang Tidak Bikin Mata Pedih, Nyaman Dipakai Seharian
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
-
Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
Terkini
-
Dolar Diramal Tembus Rp20.000, Ekonom Blak-blakan Kritik Kebijakan 'Bakar Uang' Menkeu
-
'Spill' Sikap NasDem: Swasembada Pangan Harga Mati, Siap Kawal dari Parlemen
-
Rocky Gerung 'Spill' Agenda Tersembunyi di Balik Pertemuan Jokowi dengan Abu Bakar Ba'asyir
-
Kriminalisasi Masyarakat Adat Penentang Tambang Ilegal PT Position, Jatam Ajukan Amicus Curiae
-
Drama PPP Belum Usai: Jateng Tolak SK Mardiono, 'Spill' Fakta Sebenarnya di Muktamar X
-
Horor MBG Terulang Lagi! Dinas KPKP Bongkar 'Dosa' Dapur Umum: SOP Diabaikan!
-
Jalani Kebijakan 'Koplaknomics', Ekonom Prediksi Indonesia Hadapi Ancaman Resesi dan Gejolak Sosial
-
Mensos Gus Ipul Bebas Tugaskan Staf Ahli yang Jadi Tersangka Korupsi Bansos di KPK
-
Detik-detik Bus DAMRI Ludes Terbakar di Tol Cikampek, Semua Penumpang Selamat
-
Titik Didih Krisis Puncak! Penutupan Belasan Tempat Wisata KLH Picu PHK Massal, Mulyadi Geram