Suara.com - Presiden Joko Widodo melantik sepuluh orang untuk mengisi Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional. Pelantikan Megawati Soekarnoputri sebagai ketua dewan pengarah dikritik karena latar belakangnya yang politikus: ketua umum PDI Perjuangan.
Dengan mempertimbangkan peran BRIN yang begitu strategis di dunia riset dan inovasi nasional, seorang legislator dan guru besar menyatakan kekhawatiran mereka bahwa di masa mendatang bakal terjadi politisasi di bidang riset nasional. Megawati dinilai tidak tepat mengisi jabatan yang seharusnya untuk kalangan yang ahli bidang riset dan inovasi.
Sepanjang sejarah pembangunan riset di Indonesia, saat ini merupakan titik yang krusial dalam kaitannya dengan intervensi ideologi-politik di dunia riset dan inovasi, kata anggota Komisi Energi, Riset, Teknologi, dan Lingkungan Hidup DPR Mulyanto. Hal ini tercermin dari ditunjuknya Megawati yang juga menjabat ketua Dewan Pengarah Badan Pembina Ideologi Pancasila.
"Dengan kondisi ini, menurut saya, terbuka lebar peluang politisasi riset. Apalagi Ketua Dewan Pengarah BRIN memiliki kewenangan yang lumayan besar, termasuk membentuk satuan tugas khusus," kata Mulyanto.
Sebelum pelantikan di Istana Jakarta, kemarin, para pakar sudah memberikan masukan kepada Presiden Jokowi untuk meninjau ulang kebijakan memilih Megawati menjadi ketua Dewan Pengarah BRIN. Para pakar ingin mencegah potensi adanya politisasi riset di dalam BRIN.
Realitasnya, meskipun sudah mendapat berbagai masukan dari para pakar, Jokowi tetap melantik Megawati.
Presiden Jokowi disebut Mulyanto tidak memperhatikan masukan para ahli.
Melalui akun media sosial dan dengan izin mengutip, Guru Besar UIN Jakarta Azyumardi Azra berkata, posisi ketua dan anggota Dewan Pengarah BRIN semestinya terdiri dari kalangan ilmuwan atau peneliti berkaliber internasional jika ingin BRIN serius dalam melalukan riset dan inovasi yang unggul.
"Tidak pada tempatnya ketua Dewan Pengarah BRIN ketum parpol yang tidak punya kepakaran soal riset dan inovasi--boleh jadi BRIN menjadi alat politik," kata Azyumardi.
Baca Juga: Dewan Pengarah BRIN Diharapkan Perkuat Inovasi di Indonesia
Jokowi seharusnya dapat belajar dari kasus Badan Pembinaan Ideologi Pancasila, di mana ketua Dewan Pengarah BPIP juga dijabat ketua umum partai politik, Megawati.
Dengan perkembangan yang sekarang terjadi, Azyumardi menyebut BPIP telah menjadi partisan dan kehilangan kepercayaan publik. Dia memperkirakan ke depan BRIN bakal bernasib sama seperti BPIP.
"Saya kira sulit bersaing. Sementara LPNK (LIPI, BPPT, LAPAN, BATAN) sudah dilebur menjadi OR (organisasi riset) yang semua dipimpin PLT. Tidak cukup waktu sekitar 2 tahunan bagi Presiden Jokowi mengkonsolidasi BRIN menjadi legacy-nya yang baik--tidak berantakan seperti sekarang," tutur Azyumardi.
"Kekacauan yang diakibatkan BRIN merupakan malapetaka riset dan inovasi Indonesia bertahun-tahun sekarang dan ke depan."
Di tengah rasa khawatir akan masa depan BRIN di bawah pengarahan Megawati, harapan tetap berusaha dinyalakan.
Wakil Ketua Komisi Energi, Riset, Teknologi, dan Lingkungan Hidup DPR Eddy Soeparno berharap, "Dewan pengarah dapat memberikan masukan memberikan bimbingan dan arahan yang produktif kepada BRIN agar BRIN dapat mengembangkan dan mempercepat proses riset dan inovasi nasional ke depannya."
Berita Terkait
-
Hadiri Final Soekarno Cup 2025 di Bali, Megawati Sampaikan Pesan Anak Muda Harus Dibina
-
Pesan Megawati untuk Bakat Muda Nusantara: Lahirlah Bintang Baru dari Soekarno Cup
-
Viral Mau Cari Lelaki Pintar, Tinggi, dan Tampan: Ini Fakta Sebenarnya Isi Pidato Megawati
-
Megawati Ngaku Tak Punya Ponsel: Karena Aku Orang yang Dicari
-
Momen Megawati Sebut Dirinya Paket Lengkap: Aku Anak Presiden, Pintar dan Banyak yang Naksir
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Soal Klub Baru usai SEA Games 2025, Megawati Hangestri: Emm ... Rahasia
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
Terkini
-
Pakar UGM: Hunian Tetap Korban Bencana di Sumatra Harus Dibangun di Zona Aman
-
Bayar Mahal Setara Gaji Bulanan, Penggemar Lionel Messi Mengamuk di Stadion Salt Lake India
-
Bersenjata Tajam hingga Alat Setrum, 15 WNA China Serang TNI di Kawasan Tambang Emas Ketapang
-
UMP 2026 Diumumkan Hari Ini? Menaker Kasih Bocoran:Insya Allah Menggembirakan
-
Prabowo Mau Menhut Tak Ragu Cabut Izin Pemanfaatan Hutan, Butuh Bantuan Minta ke TNI-Polri
-
Nadiem Makarim Dirawat di RS Saat Sidang Perdana, Apa Keputusan Hakim?
-
BGN Minta Kepala SPPG Awasi Ketat Proses Memasak dan Distribusi MBG
-
Tangkal Hoaks, Polda Metro Jaya dan FWP Gelar Uji Kompetensi Wartawan
-
Menko Usul WFA Nasional 2931 Desember 2025 untuk Dukung Mobilitas Nataru
-
Dana Kampanye Jadi Celah Korupsi, Pakar Sebut Pilkada Tak Langsung Tak Efektif