Suara.com - Sepuluh tahun sejak diktator Muammar Gaddafi dibunuh oleh pemberontak Libya, negara kaya minyak itu masih berjuang untuk keluar dari kekerasan dan konflik senjata antar kelompok.
Muammar Gaddafi, sering disebut sebagai Kolonel Gaddafi, memerintah Libya dengan tangan besi selama 42 tahun setelah melancarkan kudeta tahun 1969 dan mengulingkan monarki.
Gaddafi, yang menggambarkan dirinya sebagai pahlawan revolusioner Arab dan Afrika, tanpa ampun menghancurkan semua oposisi dan lawan politiknya.
Namun pada tahun 2011, dia digulingkan dalam pemberontakan yang terinspirasi oleh Musim Semi Arab.
Para pemberontak mendapat dukungan dari NATO. Pada 20 Oktober 2011, kelompok pemberontak berhasil menangkap Gaddafi yang bersembunyi dekat kampung halamannya, Sirte, menyiksanya dan kemudian membunuhnya.
Sang "pemimpin revolusioner" tewas secara mengenaskan, jasadnya kemudian diseret dan dipamerkan di pasar.
Tetapi kelompok-kelompok bersenjata kemudian terjerumus dalam konflik berkepanjangan.
Tahun lalu PBB merintis gencatan senjata dan proses perdamaian, namun tidak berhasil menyelesaikan perpecahan yang mendalam.
Perpecahan politik "makin genting"
Baca Juga: Selesai Kumandangkan Azan Ashar, Seorang Muazin di Libya Meninggal Dunia
Sebaliknya, Libya makin terpecah belah di sepanjang garis regional dan ideologis, dengan bermacam-macam milisi yang saling bersaing untuk menguasai negara kaya minyak itu.
Gencatan senjata memang sudah disepakati Oktober tahun lalu, dan pemerintahan persatuan dibentuk bulan Maret tahun ini untuk mempersiapkan pemilihan umum.
Namun banyak pengamat tetap meragukan, apakah perkembangan itu akan membawa stabilitas.
"Sehubungan dengan situasi 10 tahun terakhir, Libya sekarang berada dalam situasi yang jauh lebih baik," kata Hamish Kinnear, analis dari lembaga penelitian Verisk Maplecroft, kepada kantor berita AFP.
"Gencatan senjata yang disepakati pada Oktober 2020 terus berlanjut dan Pemerintah Persatuan Nasional diakui sebagai satu-satunya pemerintah Libya."
"Tapi stabilitas politik Libya semakin genting," ujarnya.
Berita Terkait
-
Solidaritas Libya untuk Palestina: Unjuk Rasa Dukung Gaza Menggema di Tripoli
-
Ranking FIFA: Intip Sepak Bola Tiga Negara Afrika yang Berada di Atas Indonesia
-
WNI Aman dari Bentrokan Maut di Tripoli Libya: Kemlu: Tak Ada yang Jadi Korban
-
Lawan Usulan Trump, Libya Dorong Dana Rekonstruksi Gaza!
-
Tragedi Migran: Libya Temukan 2 Kuburan Massal, IOM Kecam Keras
Terpopuler
- 7 Serum Vitamin C yang Bisa Hilangkan Flek Hitam, Cocok untuk Usia 40 Tahun
- 5 Mobil Diesel Bekas Mulai 50 Jutaan Selain Isuzu Panther, Keren dan Tangguh!
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- Harta Kekayaan Abdul Wahid, Gubernur Riau yang Ikut Ditangkap KPK
- 5 Mobil Eropa Bekas Mulai 50 Jutaan, Warisan Mewah dan Berkelas
Pilihan
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
-
Cuma Mampu Kurangi Pengangguran 4.000 Orang, BPS Rilis Data yang Bikin Kening Prabowo Berkerut
-
Rugi Triliunan! Emiten Grup Djarum, Blibli PHK 270 Karyawan
-
Angka Pengangguran Indonesia Tembus 7,46 Juta, Cuma Turun 4.000 Orang Setahun!
Terkini
-
Hotman Paris Sebut Saksi Ahli CMNP Jadi 'Senjata Makan Tuan' dalam Sidang Sengketa NCD
-
Lagi Jadi Fokus Dirut Transjakarta, Kenapa Mode Share Transportasi Umum di Jakarta Baru 22 Persen?
-
Rumah Hakim PN Medan Kebakaran, Sengaja Dibakar atau Murni Kecelakaan?
-
Akhir Petualangan Dokter Predator, Priguna Anugerah Divonis 11 Tahun Penjara
-
Tolak Soeharto Pahlawan, Cerita Pilu Penyintas Tragedi Tanjung Priok: Ditelanjangi di Markas Kodim
-
Bukan Lagi Soal Look Good, Ini Prioritas Baru Kelas Menengah Indonesia yang Harus Dipahami Brand
-
Momen Haru Jokowi Saksikan Pelepasan Jenazah Raja Solo PB XIII, Ribuan Warga Tumpah Ruah
-
7 Provinsi Terkorup di Indonesia Versi ICW: Riau dan NTT Jadi Pemuncak
-
Mencurigakan! Kenapa Kerangka Manusia di Gedung ACC Baru Ditemukan Dua Bulan Setelah Kebakaran?
-
Dengar 'Curhatan' Kades, Dasco: DPR Kawal Masalah Lahan dan Dana Desa