Studi tersebut menemukan ada dua alasan utama mengapa perubahan iklim memengaruhi keputusan mereka soal memiliki anak.
Alasan utamanya adalah ketakutan akan masa depan dunia yang akan dihadapi generasi berikutnya dengan iklim yang berubah.
"Mereka berpikir perubahan iklim yang cepat, kemungkinan adanya hal-hal yang lebih buruk dalam beberapa dekade mendatang terlepas dari upaya yang sedang kita lakukan, hingga rasa pesimis tentang kemampuan kita untuk menanggapi perubahan iklim, akan tetap membuat anak-anak menderita," jelasnya.
Alasan kedua, orang berpikir dengan memiliki anak akan menambah 'carbon footprint', atau jejak karbon, yang akan berdampak lebih banyak pada perubahan iklim.
Profesor Matthew juga mengatakan tidak mengherankan jika banyak orang memasukkan masalah perubahan iklim dalam rencana jangka panjang hidup mereka.
"Sekarang karena krisis iklim makin memburuk, saya rasa membuat orang-orang semakin mempertimbangkannya dalam mengambil keputusan hidup, soal di mana mereka ingin tinggal, pekerjaan seperti apa yang ingin mereka lakukan, dan tentu saja tentang apakah mereka ingin memiliki anak dan berapa banyak."
Mereka yang yakin soal masa depan
Tetapi tidak semua orang merasakan yang hal yang sama, termasuk mereka yang setiap harinya bekerja untuk mengurangi dampak perubahan iklim.
Ketan Joshi adalah seorang penulis dan analis data yang bekerja di bidang perubahan iklim dan energi yang memiliki dua orang anak.
Ketan merasa yakin masih ada waktu untuk memastikan generasi masa depan memiliki kehidupan yang aman dan inilah yang menjadi fokusnya.
Baca Juga: Sri Mulyani Ingatkan Pertamina Soal Perubahan Iklim
"Saya rasa ini bukanlah perubahan yang tidak bisa dihindari, tapi bukan juga berarti tidak bisa diubah atau tidak ada solusinya," ujar Ketan.
"Perubahan iklim bukanlah sesuatu yang sudah pasti … kalaupun sudah pasti, rasanya bukan jadi pembenaran untuk tidak punya anak di masa depan."
Ketan malah lebih khawatir kalau kita malah terfokus pada pilihan pribadi dan membiarkan Pemerintah atau pelaku industri tidak melakukan apa-apa.
"Yang membuat saya marah adalah ketika ada pihak berwenang, di perusahaan dan di pemerintahan yang mengambil keputusan gegabah seperti mereka yang memutuskan untuk tidak mau punya anak."
'Hal yang bisa saya kendalikan'
Aaron, kini berusia 24 tahun, mengakui keputusannya untuk menjalani vasektomi terlalu drastis bagi kebanyakan orang.
"Saya sadar tidak semua orang perlu mengambil langkah yang sama. Saya tidak mengharapkan atau tidak ingin setiap orang di planet ini kemudian melakukan vasektomi, karena belum tentu baik untuk semua orang."
Berita Terkait
- 
            
              Krisis Iklim Kian Mengancam Kesehatan Dunia: Ribuan Nyawa Melayang, Triliunan Dolar Hilang
 - 
            
              Bill Gates: Dunia Salah Arah Hadapi Krisis Iklim, Kenapa Demikian?
 - 
            
              Nyamuk Ditemukan di Islandia, Pertanda Iklim Global Kian Menghangat
 - 
            
              IRENA: Dunia Butuh Dua Kali Lipat Aksi untuk Selamat dari Krisis Iklim
 - 
            
              Saat Suhu Bumi Naik, Nyamuk pun Berpesta: Awas Ancaman 'Ledakan' Demam Berdarah
 
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
 - 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
 - 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
 - 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
 - 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
 
Pilihan
- 
            
              Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
 - 
            
              Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
 - 
            
              Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
 - 
            
              Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
 - 
            
              Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
 
Terkini
- 
            
              Tegas! Ketua Banggar DPR Sebut Danantara yang Wajib Bayar Utang Whoosh
 - 
            
              Bahaya Judol dan Narkoba Lebih Besar dari Korupsi? Yusril Ungkap Fakta Lain Soal RUU Perampasan Aset
 - 
            
              Mata Lebam Siswi SD di Palembang, Ibu Menangis Histeris Duga Anaknya Dianiaya di Sekolah!
 - 
            
              Ngeri! Tanah di Makasar Jaktim Amblas Bikin Rumah Warga Ambruk, Disebabkan Apa?
 - 
            
              Gus Ipul Murka: Bansos Dipakai Bayar Utang dan Judi Online? Ini Sanksinya!
 - 
            
              Prabowo Tak Masalah Bayar Cicilan Utang Whoosh Rp1,2 T per Tahun: Saya Ambil Alih, Gak Perlu Ribut!
 - 
            
              Kades 'Geruduk' DPR, Minta Dilibatkan Ikut Kelola MBG ke Dasco
 - 
            
              Gubernur Riau Terjaring OTT, Begini Reaksi Ketua DPR Puan Maharani
 - 
            
              Kritik Rezim Prabowo, Mantan Jaksa Agung Bongkar Manuver Politik Muluskan Gelar Pahlawan Soeharto
 - 
            
              Jerit Pilu dari Pedalaman: Remaja Badui Dibegal Celurit di Jakarta, Tokoh Adat Murka