Suara.com - Hampir 16 tahun yang lalu, warga Australia bernama Jane Bridges menyadari jika salah satu sisi wajahnya bengkak.
Ia dilarikan ke rumah sakit di Hobart dan pada pukul 21:30, semua giginya terpaksa dilepaskan.
"Saya diberikan set gigi yang diproduksi oleh rumah sakit publik di New Town dan saya meminta mereka membuatkan set yang sekecil mungkin," ujarnya.
"Mulut saya kecil, namun set yang saya dapatkan membuat sayaterlihat seperti punya mulut kuda."
"Set itu terlalu besar, tidak nyaman, namun saya tidak ingin meminta yang barupada mereka."
Meski sempat terlintas untuk membuat set gigi di klinik pribadi, Jane membatalkan niatnya karena harus membayar A$3,000-$4,000 , atau berkisar lebih dari Rp30-40 juta, yang seharusnya bisa dipakai untuk membayarsewa rumah dan bensin.
"Jadi selama 16 tahun, saya tidak punya gigi," katanya.
Setelah pemberitaan ABC tentangnya, seorang yang tidak dikenal di Queensland mengontak Jane dan menawarkan untuk membiayai set gigi barunya.
"Saya menangis mendengarnya," katanya.
Baca Juga: Dear Parents, Ini Keuntungan Mengajak Anak ke Dokter Gigi Sejak Dini!
"
"Saya sekarang bisa tersenyum dengan indah dan percaya diri."
"Setelah usahanya untuk mencari pekerjaan selama bertahun-tahun tidak berhasil, Jane pada akhirnya bisa mendapatkan pekerjaan di bidang 'customer service', yang menurutnya adalah berkat kepercayaan diri tambahan dari giginya.
Mempengaruhi kesehatan mental
Menyadari besarnya pengaruh memiliki gigi kepada kehidupannya, Jane berandai punya banyak uang.
Ia juga terdorong untuk menolong orang lain, seperti perempuan Queensland yang menolongnya.
Ia meminta agar lembaga asuransi kesehatan Australia, yaitu Medicare, juga membiayai prosedur gigi, karena kondisi gigi bisamenyulitkan seseorang yang ingin bekerja dan menikmati hidup.
"Saya punya teman yang punya masalah gigi bungsu. Ia bekerja paruh waktu dan ingin mencari pekerjaan lain ... ia tidak bisa melakukannya karena sakit gigi," katanya.
Selain itu, Jane juga memiliki teman yang tidak banyak tersenyum karena sudah mulai ompong.
"
"Hal seperti ini bisa mempengaruhi kesehatan mental mereka dan membuat mereka malas untuk keluar-keluar," katanya.
""Pemerintah harus tahu hal ini, ujarnya.
"Inilah cara saya berterima kasih pada perempuan yang membiayai gigi saya dengan membantu orang lain."
Asuransi kesehatan negara tidak membiayai keperluan gigi
Dewan PerwakilanIndependen di Australia, Andrew Wilkie, mengatakan "sudah terlalu lama" Pemerintah dan pihak oposisi tidak berkomitmen menambahkan keperluan gigi dalam program Medicare.
"Tidak ada penjelasan logis mengapa saat ini keperluan gigi tidak termasuk dalam asuransi, dan perawatan gigi gratis hanya tersedia untuk anak-anak," katanya.
Penyediaan layanan gigi untuk seluruh masyarakat Australia membutuhkan biaya besar, tapi menurut Andrew Australia adalah negara yang kaya.
"
"Uangnya ada. Yang kurang adalah keinginan figur politik untuk memberlakukannya."
"Di tahun 2019-20, Australia mencatat adanya 67.000 kasus perawatan di rumah sakit karena masalah gigi yang seharusnya bisa diselesaikan dari awal, menurut Institut Kesehatan dan Kesejahteraan Australia.
Anak berusia lima sampai sembilan tahun adalah kelompok umur terbesar yang mengalaminya.
Dalam periode tersebut, seharusnya 1.512 kasus masalah gigi bisa dihindari sehingga tidak perlu dilarikan ke rumah sakit.
Biaya adalah penyebab utama orang tidak mengakses layanan gigi. Dalam sebuah studi di tahun 2017-18, satu dari empat warga Australia di atas usia 15 tahun mengakui hal ini.
Bayar sewa rumah atau ke dokter gigi?
Richard Weeding yang tinggal di Tasmania mengatakan sering dihadapkan pilihan untuk membayar uang A$600 atau lebih dari Rp6 jutauntuk biaya hidupatau perawatan gigi.
"Harganya terlalu mahal ... saya tidak punya rumah sekarang jadi susah sekali," katanya.
Sementara itu, Angela Hanson sulit memilih antara membayar sewa rumah atau perawatan gigi.
"Suami dan saya bekerja jadi kami tidak punya kartu kesehatan, tidak bisa mengakses perawatan gigi yang murah, jadi kami harus memilih sakit gigi atau bayar sewa," katanya.
"Suami saya punya masalah gigi bungsu, namun tidak bisa ke dokter gigi sekarang karena harus menghemat."
Mariane Martin di lain sisi harus menunggu bertahun-tahun agar giginya yang sudah rusak dari kecil bisa diperbaiki.
Namun harga dan waktu tinggi di Australia membuatnya memilih untuk berobat ke dokter gigi di Thailand.
"Biaya perawatan di Australia terlalu mahal," katanya.
"Lebih murah jalan-jalan ke Thailand dan ke dokter di sana dari pada di sini."
Akhirnya, Mariane membenarkan giginya di Thailand.
"
"Saya perlu ke dokter gigi demi kepercayaan diri ... satu hal yang selalu kita bawa adalah senyum," ujarnya.
""Ketika tidak tersenyum, biasanya kita menjadi lebih tertutup, jadi ini yang berusaha saya ubah."
Juru bicara Kementerian Kesehatan dan Perawatan Lanjut Usia,Greg Hunt mengatakan Pemerintah "memahami pentingnya kesehatan mulut dan perannya dalam mendukung kesehatan warga secara umum".
Ia mengatakan walau negara bagian memiliki tanggung jawab utama dalam hal layanan gigi publik, mereka tengah bekerja sama dengan Pemerintah Federal untuk menyediakan opsi pembiayaan jangka panjang.
Diproduksi oleh Natasya Salim dari laporan dalam bahasa Inggris
Berita Terkait
-
Menakar Masa Depan PPP Pasca Dualisme
-
Kabar Buruk untuk Timnas Indonesia, Calvin Verdonk Cedera
-
Kini jadi Artis Sukses, Ayu Ting Ting Anggap 'Merajakan' Orang Tua sebagai Kewajiban Mutlak
-
Dari Italia hingga Jepang, Ini Aturan Makanan yang Tak Boleh Dianggap Remeh
-
3 Bandara Dicabut Status Internasional, Bandara IMIP Jadi Salah Satunya
Terpopuler
- 8 Sepatu Skechers Diskon hingga 50% di Sports Station, Mulai Rp300 Ribuan!
- Cek Fakta: Jokowi Resmikan Bandara IMIP Morowali?
- Ramalan Shio Besok 29 November 2025, Siapa yang Paling Hoki di Akhir Pekan?
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70 Persen di Foot Locker
- 3 Rekomendasi Sepatu Lari Hoka Terbaik Diskon 70 Persen di Foot Locker
Pilihan
-
Jejak Sunyi Menjaga Tradisi: Napas Panjang Para Perajin Blangkon di Godean Sleman
-
Sambut Ide Pramono, LRT Jakarta Bahas Wacana Penyambungan Rel ke PIK
-
Penjarahan Beras di Gudang Bulog Sumut, Ini Alasan Mengejutkan dari Pengamat
-
Kids Dash BSB Night Run 2025 Jadi Ruang Ramah untuk Semua Anak: Kisah Zeeshan Bikin Terharu
-
Profil John Herdman, Pesaing Van Bronckhorst, Calon Pelatih Timnas Indonesia
Terkini
-
Detik-detik Menegangkan Kebakaran RS Pengayoman Cipinang: Alarm 'Meraung', 28 Pasien Dievakuasi
-
Hikmah Surat Ad-Dhuha di Sel Gelap, Titik Balik Eks Dirut ASDP yang Merasa Ditinggal Tuhan
-
KPK Bantah Tuduhan Penggelapan Aset Rp 600 Miliar: Balik Sorot Dugaan Pemalsuan Dokumen Sitaan
-
Cegah Penjarahan Meluas, Polda Sumut Kerahkan Brimob di Minimarket hingga Gudang Bulog!
-
BMKG Lakukan Modifikasi Cuaca di Tiga Provinsi Sumatera untuk Amankan Penyaluran Bantuan Banjir
-
Bahlil Perintahkan Kader Golkar Turun Langsung ke Lokasi Bencana Aceh, Sumut, dan Sumbar
-
Kapolri Kerahkan Kekuatan Penuh: Buka Jalur Terisolasi di Aceh, Sumut, Sumbar
-
Detik-detik Gudang Logistik RS Pengayoman Cipinang Terbakar, 28 Pasien Dievakuasi
-
PBB Sebut Jakarta Kota Terpadat Dunia, Rano Karno Curiga Ada Jebakan Aglomerasi?
-
Kirim Bantuan Skala Besar untuk Korban Bencana Sumatra, Pemprov DKI Pakai KRI dan Helikopter