Suara.com - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menyebut ada beberapa daerah dengan angka stunting tertinggi. Diantaranya yakni Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Sulawesi Barat dan Aceh.
Hasto menuturkan saat berkunjung ke NTT, pihaknya melihat bahwa lingkungan menjadi salah satu faktor penyebab stunting.
Faktor lingkungan diantaranya yaitu air bersih, rumah tak layak huni hingga jamban yang harus diperhatikan.
"Faktor stunting di NTT, kalau kami lihat faktor lingkungan menjadi satu masalah yang masih penting untuk diperhatikan seperti air bersih rumah tidak layak huni dan juga jamban karena apa faktor ini dikenal dengan faktor sensitif," ujar Hasto dalam Forum Merdeka Barat bertajuk 'Cegah Stunting, Tingkatkan Daya Saing' dari Youtube FMB9ID_IKP, Senin (4/4/2022)
Kata Hasto, jika faktor lingkungan kurang bagus, maka dapat berdampak pada kesehatan anak yang mudah sakit dan tidak naiknya berat badan.
"Kalau itu (faktor lingkungan) kurang bagus menjadikan anak mudah sakit dan berat badannya tidak naik dan seterusnya seperti diare, TBC," ucap dia.
Selain itu, Hasto menuturkan banyak kasus-kasus karena faktor lingkungan berdampak pada berat badan dan tinggi anak yang tidak naik. Sehingga dikatakan anak tersebut stunting.
"Kasus-kasus yang masih cukup banyak itu yang membuat berat badan tidak naik kalau 2, 3 bulan berat badan tidak naik, maka kemudian nanti bulan-bulan berikutnya tinggi badan tidak tambah dan akhirnya tinggi badan dan akhirnya tinggi badan tidak sesuai dengan umurnya dan kemudian kita katakan sebagai stunting," papar Hasto.
Sebelumnya, Hasto menyebut penurunan stunting dari tahun-tahun sebelumnya relatif belum mencapai 14 persen di tahun 2024. Sehingga diperlukan adanya percepatan strategi nasional terkait percepatan pencegahan stunting.
"Kalau kita lihat dari penurunan dari tahun tahun sebelumnya, itu relatif belum bisa mencapai angka 14% di tahun 2024. Oleh karena itu tadi sangat jelas disampaikan oleh pak Wapres bahwa tahun 2018, 30,8 kemudian tahun 2021 24,4, sehingga penurunan ini 6% dalam waktu 3 tahun, sehingga penurunannya 2% lebih dikit ya," papar Hasto.
Hasto mengungkapkan, untuk mencapai target 14 persen membutuhkan penurunan 3 persen menuju percepatan penurunan stunting ke 2024.
"Kalau kita ingin menuju angka 14% sesuai dengan arah bapak presiden tahun 2024, maka membutuhkan paling tidak 3% sehingga membutuhkan percepatan penurunan menuju ke 2024," ucap dia.
Berita Terkait
Terpopuler
- Resmi Dibuka, Pusat Belanja Baru Ini Hadirkan Promo Menarik untuk Pengunjung
- Kenapa Motor Yamaha RX-King Banyak Dicari? Motor yang Dinaiki Gary Iskak saat Kecelakaan
- 7 Rekomendasi Motor Paling Tangguh Terjang Banjir, Andalan saat Musim Hujan
- 5 Shio Paling Beruntung di 1 Desember 2025, Awal Bulan Hoki Maksimal
- Ke Mana Saja Rp26 Triliun Dana Transfer Pusat Mengalir di Sulawesi Selatan?
Pilihan
-
6 Mobil Turbo Bekas untuk Performa Buas di Bawah Rp 250 Juta, Cocok untuk Pecinta Kecepatan
-
OPEC Tahan Produksi, Harga Minyak Dunia Tetap Kokoh di Pasar Asia
-
Menteri UMKM Sebut Produk Tak Bermerek Lebih Berbahaya dari Thrifting: Tak Terlihat tapi Mendominasi
-
Telkom Siapkan Anak Usaha Terbarunya infraNexia, Targetkan Selesai pada 2026
-
Ironi di Kandang Sendiri: UMKM Wajib Sertifikasi Lengkap, Barang China Masuk Bebas?
Terkini
-
Ratusan Nyawa Melayang, Mengapa Status Bencana Nasional Masih Menggantung?
-
Komisi III DPR: Reformasi Polri Harus Kultural, Bukan Struktural
-
Said Didu Bongkar Sejarah IMIP: Dari Deal SBYXi Jinping hingga Dugaan Siasat Izin
-
Tok! Komisi III DPR-Pemerintah Sepakat Bawa RUU Penyesuaian Pidana ke Paripurna
-
Gudang Narkoba dan Senpi di Apartemen Mewah Tangerang Terbongkar, 'Koleksi' Pelaku Bikin Ngeri
-
Usai Diperiksa KPK, Ridwan Kamil Akui Ada Aliran Uang ke Lisa Mariana: Konteksnya Pemerasan
-
Awardee LPDP PK 2025 Gelar Berani Bermimpi untuk Dorong Akses Pendidikan bagi Anak Muda
-
Kemenhut Klarifikasi Pernyataan Bupati Tapsel: Tidak Satupun Izin Penebangan Kayu Sejak Juli 2025
-
Bareskrim Buru 'Hantu' di Balik Tumpukan Kayu Gelondongan Banjir Dahsyat Sumatra
-
Wamendagri Bima Tinjau Posko Bencana di Kota Solok: Tekankan Koordinasi dan Gerak Cepat Pemerintah