Suara.com - Di sebuah pemakaman di kota Stavropol, di barat daya Rusia, terdapat barisan kuburan baru.
Gundukan tanah segar ditutupi hamparan kembang. Bendera-bendera berlambang unit elite militer Rusia berkibar tertiup angin, menghiasi kuburan itu.
Pada salib kayu terdapat potret para tentara, nama mereka, dan tanggal kematian mereka.
Para prajurit yang dimakamkan di sini kehilangan nyawa mereka setelah 24 Februari lalu.
Itu adalah tanggal dimulainya "operasi militer khusus ke Ukraina" yang diperintahkan Presiden Rusia, Valdimir Putin.
Baca juga:
- Mengapa Rusia kehilangan banyak tank di Ukraina?
- Putin bertekad lanjutkan invasi di Ukraina sampai 'tujuan mulia' tercapai
- Apakah Rusia sengaja mengincar warga sipil Ukraina?
Di kuburan itu saya bertemu Dmitry. Dia meletakkan anyelir merah di makam mantan komandannya, yang dulu sama-sama sebagai anggota pasukan terjun payung, seorang perwira bernama Sergei Tysyachny.
"Dia seperti ayah kedua bagi saya dan anak-anak," kata Dmitry kepada saya. "Kami mencintainya, kami menghormatinya dan kami berduka untuknya."
Pujian untuk tentara Rusia seperti itu berbeda dengan kenyataan yang yang terjadi di Ukraina. Rusia bersikeras bahwa serangan militer mereka di Ukraina diperlukan dan dibenarkan. Namun Sekjen PBB menyebutnya sebagai "invasi skala penuh... yang melanggar piagam PBB".
Baca Juga: 50 Hari Bertahan dari Serangan Rusia, Zelensky Berterima Kasih pada Rakyat
Ada juga kemarahan publik internasional atas laporan kekejaman militer Rusia dan dugaan kejahatan perang di Ukraina.
"Saya tidak percaya kabar bohong ini," kata Dmitry tentang tuduhan kejahatan perang yang ditujukan terhadap beberapa tentara Rusia.
"Saya tidak akan pernah mempercayai mereka. Saya mengenal komandan saya, Sergei, yang mengajari kami untuk mengambil tindakan. Saya percaya rekan-rekan dan militer saya. Mereka tidak akan pernah melakukan hal seperti itu," ujar Dmitry.
"Namun penyelidikan tentang dugaan kejahatan perang itu sedang berlangsung," ujar saya kepadanya.
"Bagaimana jika Anda diperlihatkan bukti kuat bahwa kejahatan telah terjadi? Apakah Anda akan mempercayainya?" kata saya.
"Saya yakin tidak akan ada bukti. Saya yakin," jawabnya.
Baca juga:
- 'Tentara Rusia memperkosaku dan membunuh suamiku'
- Kota saya digempur artileri, tapi ibu saya di Rusia tidak percaya
Pemahaman bahwa Rusia benar dan negara Barat salah berakar pada informasi selama bertahun-tahun di Rusia. Informasi ini disebarkan media milik pemerintah.
Kremlin memanfaatkan kendali mereka atas stasiun televisi untuk meyakinkan warga Rusia bahwa mereka tinggal di benteng yang terkepung, dikelilingi oleh musuh, antara lain NATO, Amerika Serikat, Inggris, dan Uni Eropa.
Narasi itu menyebut bahwa "musuh-musuh itu" merencanakan kekacauan di Rusia dari pagi hingga malam.
Monopoli media oleh pemerintah Rusia juga meyakinkan banyak orang di negara ini bahwa pasukan mereka di Ukraina sedang memerangi "Nazi", "neo-Nazi", "ultra-nasionalis" dan "membebaskan Ukraina dari fasisme".
Narasi itu menciptakan realitas paralel di sekitar peristiwa di Ukraina.
Karena semua sumber berita independen Rusia telah diblokir atau ditutup, mengakses pandangan alternatif di Rusia menjadi semakin sulit.
Istri almarhum Sergei Tysyachny, Lada, setuju untuk menemui saya di pusat kota Stavropol.
"Saya tidak ingin mempercayainya. Saya masih belum bisa sepenuhnya mempercayainya," kata Lada tentang saat dia diberitahu bahwa suaminya telah terbunuh.
Dia juga menolak untuk percaya bahwa tentara Rusia telah melakukan kekejaman.
"Saya tahu bahwa seluruh dunia menentang kita sekarang," kata Lada. "Mereka akan menuduh Rusia apa pun."
Dan Rusia pun menuduh Barat, termasuk jurnalis dari negara Barat, melakukan berbagai cara untuk menyudutkan negara mereka.
Di penghujung hari itu di Stavropol, kami pun mendapati diri kami sebagai bahan berita, bukan hanya meliputnya.
Sebuah situs berita lokal yang populer menerbitkan artikel tentang kedatangan kru BBC. Berita itu mengabarkan tentang saya dan dengan juru kamera saya yang mewawancarai Lada di bangku taman umum.
Berikut kutipannya: "Sangat mudah untuk menebak bagaimana perasaan warga Stavropol yang baru saja menjanda saat berbicara dengan wartawan dari negara yang menjadi pendukung kematian suaminya."
Upaya untuk menghubungkan Inggris dengan kematian tentara Rusia di Ukraina menunjukkan bagaimana jurnalis Barat di Rusia semakin dipandang sebagai musuh.
Narasi itu juga menunjukkan bagaimana pihak berwenang di Rusia mencari kambing hitam untuk kengerian yang terjadi di Ukraina.
Berita Terkait
-
Hasil dan Klasemen BRI Super League Usai Persija Kalah Kontroversial dari Semen Padang
-
Cegah Kematian Gajah Sumatera Akibat EEHV, Kemenhut Gandeng Vantara dari India
-
First Fight II Siap Panaskan Jakarta, Sajikan Duel Panas hingga Laga 1 vs 3
-
Eksklusif! Jejak Mafia Tambang Emas Cigudeg: Dari Rayuan Hingga Dugaan Setoran ke Oknum Aparat
-
Klausul Rp170 Miliar Menguap? Liverpool Dapatkan Penain Ini Gratis, Barcelona Rugi Bandar
Terpopuler
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
Pilihan
-
Cek Fakta: Viral Klaim Pigai soal Papua Biarkan Mereka Merdeka, Benarkah?
-
Ranking FIFA Terbaru: Timnas Indonesia Makin Pepet Malaysia Usai Kena Sanksi
-
Sriwijaya FC Selamat! Hakim Tolak Gugatan PKPU, Asa Bangkit Terbuka
-
Akbar Faizal Soal Sengketa Lahan Tanjung Bunga Makassar: JK Tak Akan Mundur
-
Luar Biasa! Jay Idzes Tembus 50 Laga Serie A, 4.478 Menit Bermain dan Minim Cedera
Terkini
-
Wagub Babel Hellyana Resmi Jadi Tersangka Ijazah Palsu
-
Eksklusif! Jejak Mafia Tambang Emas Cigudeg: Dari Rayuan Hingga Dugaan Setoran ke Oknum Aparat
-
Gibran Bagi-bagi Kado Natal di Bitung, Ratusan Anak Riuh
-
Si Jago Merah Ngamuk di Grogol Petamburan, 100 Petugas Damkar Berjibaku Padamkan Api
-
Modus 'Orang Dalam' Korupsi BPJS, Komisi 25 Persen dari 340 Pasien Hantu
-
WFA Akhir Tahun, Jurus Sakti Urai Macet atau Kebijakan Salah Sasaran?
-
Kejati Jakarta Tetapkan 2 Pegawai BPJS Ketenagakerjaan Jadi Tersangka Tindak Pidana Klaim Fiktif JKK
-
Sempat Kabur dan Nyaris Celakai Petugas KPK, Kasi Datun HSU Kini Pakai Rompi Oranye
-
Jadi Pemasok MBG, Perajin Tempe di Madiun Raup Omzet Jutaan Rupiah per Hari
-
Cegah Kematian Gajah Sumatera Akibat EEHV, Kemenhut Gandeng Vantara dari India