Suara.com - Hingga awal Juni 2022, setidaknya 46 persen warga dewasa Australia sudah pernah terkena COVID-19. Angka ini didapat dari tes darah yang dilakukan untuk mengetahui antibodi virus tersebut.
Para peneliti sudah melakukan "serosurvey", atau survei yang dilakukan dengan memeriksa darah, terhadap mereka yang menyumbangkan darah.
Ini adalah serosurvey kedua yang dilakukan untuk menemukan adanya antibodi terhadap SARS-CoV-2 yang menyebabkan COVID-19.
Hasilnya, angka antibodi sudah meningkat hampir tiga kali lipat dari angka 17 persen di akhir Februari lalu.
Peneliti senior di Kirby Institute, Dorothy Machalek, mengatakan penemuan ini tidaklah mengejutkan walau angka antibodi ini sangat besar.
"Pada bulan April, perbatasan internasional dibuka dan berbagai pembatasan dilonggarkan, juga banyak warga yang tidak lagi mengenakan masker sehari-hari," kata Dr Machalek.
"Kita juga memasuki musim dingin sehingga perilaku warga berubah - cuaca juga lebih dingin jadi kita lebih banyak berada dalam ruangan.
"Jadi ini bukan hal yang sangat mengejutkan, tetapi memang terjadi kenaikan besar."
Rendahnya angka pengetesan, banyaknya kasus tanpa gejala, dan juga tes antigen yang dilakukan di rumah menyebabkan kemungkinan angka kasus yang lebih tinggi daripada yang resmi dilaporkan.
Baca Juga: Update Covid-19 Global: Angka Kematian Australia Capai Rekor Tertinggi Karena Omicron BA.4 dan BA.5
Dr Machalek mengatakan, meskipun tes darah dari para pendonor ini bukan gambaran sempurna dari apa yang terjadi sebenarnya, namun telah memberikan gambaran lebih nyata mengenai berapa banyak warga Australia yang sebenarnya sudah terinfeksi COVID-19.
Infeksi paling banyak di kalangan dewasa muda
Bukti dari angka-angka infeksi sebelumnya menunjukkan mereka yang paling banyak terjangkit adalah kelompok yang berusia antara 18-29 tahun, dengan jumlah 61,7 persen, sementara yang paling rendah, sebanyak 25,7 persen, adalah mereka yang berusia 70-89 tahun di negara bagian Victoria, NSW, Queensland dan Australia Barat.
Di Australia Barat, berdasarkan survei donor darah, terjadi kenaikan jumlah infeksi dari 0,5 persen ke angka 37,5 persen dalam tiga bulan.
Para peneliti mengecek 5.139 sampel dari para donor Australia yang berusia antara 18-89 tahun untuk menemukan adanya antibodi COVID-19.
Mereka mencoba menemukan dua tipe antibodi SARS-CoV-2 untuk mengetahui apakah infeksi itu terjadi selama beberapa bulan terakhir atau baru terjadi belakangan ini saja.
Sampel donor tersebut diambil dari periode tanggal 9 sampai 18 Juni tahun ini.
Dr Machalek mengatakan ada sejumlah keterbatasan yang mereka alami dan survei yang mereka lakukan tidaklah 100 persen akurat.
"Kami menyadari bahwa mungkin kami tidak bisa menangkap sekitar 20 persen infeksi yang ada," katanya.
Kasus akan terus melonjak
Pengecekan berikutnya terhadap para pendonor yang terdaftar di Palang Merah Australia akan dilakukan pada akhir Agustus.
Dr Machalek memperkirakan angka infeksi di kalangan warga Australia akan meningkat lagi dengan adanya varian baru Omicron yang muncul.
"Saya kira di satu titik tertentu tingkat antibodi ini akan mencapai titik stabil dan kemudian akan terjadi penurunan," katanya.
"Kita juga harus menyadari bahwa banyak kasus di kalangan warga tidaklah berarti tingkat kekebalan jadi tinggi.
"Jadi penting sekali untuk mendapatkan vaksinasi booster bila memang sudah waktunya atau jika Anda memenuhi syarat, serta mengenakan masker di tempat yang berisiko terkena virus.
Kepala Bidang Kesehatan Australia, Professor Paul Kelly, mengatakan data yang dikumpulkan dari berbagai survei ini merupakan data penting untuk menentukan kebijakan terkait pandemi.
Data tersebut nantinya akan didistribusikan ke semua negara bagian dan pemerintah federal.
Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari ABC News.
Berita Terkait
-
Siap-siap! Liburan Nataru Harga Tiket Pesawat Turun 14 Persen
-
10 Aplikasi untuk Menghapus Objek Foto yang Mengganggu di Latar Belakang
-
Korban Keracunan Makan Bergizi Gratis Bertambah! Komnas PA Turun Tangan
-
Publik Soroti Ponpes Ambruk Renggut Nyawa: Kelalaian Pembangunan atau Takdir?
-
Mesin Pencari Itu Gimana Sih? Panduan Simpel untuk Pemula
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
Pilihan
-
6 Fakta Demo Madagaskar: Bawa Bendera One Piece, Terinspirasi dari Indonesia?
-
5 Rekomendasi HP 1 Jutaan RAM 8 GB Terbaru, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Pertamax Tetap, Daftar Harga BBM yang Naik Mulai 1 Oktober
-
Lowongan Kerja PLN untuk Lulusan D3 hingga S2, Cek Cara Daftarnya
-
Here We Go! Jelang Lawan Timnas Indonesia: Arab Saudi Krisis, Irak Limbung
Terkini
-
Kepala BPHL Dicecar Pembangunan Jalan di Kawasan IUP PT WKM, Hakim: Saudara Kok Nggak Bisa Jawab!
-
Anggota DPR Ngamuk! Minta BGN 'Spill' Nama Politisi Peminta Jatah Dapur MBG
-
Gus Yasin 'Sentil' Balik Kubu Mardiono: Aturan AD/ART Sudah Diubah di Muktamar!
-
Cucu Mahfud MD Jadi Korban, Pakar Sebut Keracunan MBG Bukti Kegagalan Sistemik Total
-
Motif Sejoli Tega Buang Bayi di Palmerah, Malu Nikah Siri Tak Direstui
-
PPP Memanas! Kubu Mardiono Klaim Duluan Daftar, Agus Suparmanto Tidak Sah Jadi Ketum?
-
Penganiayaan Jurnalis di Jaktim Berakhir Damai, Pelaku Meminta Maaf dan Tempuh Restorative Justice
-
Eks Dirut PGN Hendi Prio Santoso Ditahan KPK, Diduga Terima Duit Panas Jual Beli Gas
-
Asosiasi Sopir Logistik Curhat ke DPR: Jam Kerja Tak Manusiawi Bikin Penggunaan Doping dan Narkoba
-
Usai Muktamar Ricuh, Kubu Agus Suparmanto Ajak Mardiono Bergabung Demi Lolos Parlemen 2029